SANGALAS (19)

221 34 11
                                    

..

Di tengah-tengah kamar yang remang-remang itu, terlihat dua orang begitu menikmati pergulatan duniawi mereka. Desahan demi desahan menggema di kamar bahkan hingga terdengar hingga luar kamar unit apartement itu. Sprei kasur yang semula tertata rapih kini sudah tak tak beraturan.

" Aaaaahhhh" Pekik panjang dari dua orang itu mengakhiri permainan panjang mereka.

Akshaya merebahkan diri di samping Thalia, perempuan itu tak lupa menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Mereka mulai mengatur nafas mereka yang tak terengah-engah itu.

Athalia memeluk tubuh Akshaya. Ia menjadikan dada Aya menjadi bantalnya. Perempuan dalam pelukan itu mencium puncak kepala Thalia.

" Makasih sayang" ucap lembut Aya

" Makasih juga sayang"

Mereka saling memeluk satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata apapun dalam waktu yang lumayan lama. Masing-masing dari mereka masuk kedalam pikirannya sendiri. Hingga akhirnya saat nafas mereka sudah mulai teratur, Athalia memulai percakapan malam itu.

Perempuan itu mengadahkan kepalanya." Sayang, kamu bakal jadi nemerima tawaran romo untuk menetap di Perth?"

" Masih aku pikirin sayang, tapi kayaknya aku bakal nerima tawaran romo. Karena kan emang cita-citaku dari dulu,buka galeri disana"

" Kalau kamu jadi ke Pert, terus aku disini sama siapa? Aku gak bisa tanpa kamu, aku gak bisa sendiri. Aku takut" ucap Thalia dengan suara gemetar. Perempuan itu telah membayangkan dirinya tanpa Aya itu akan terasa berat bahkan ia tak sanggup membayangkan jika itu akan beneran terjadi.

Aya mendekap erat tubuh Thalia. " Kamu gak bakal sendiri sayang, aku bakal ngajak kamu kesana"

" Kamu mengajak ku?"

" Tentu. Aku tidak akan pergi kalau kamu tidak ikut bersamaku"

" Aaa manis sekali"

" Kamu kira aku bisa gitu gak ada kamu? Engga bisalah, alasan aku hidup sampai sekarang ya kamu. Cuma untuk liat mata indah kamu, liat senyum manis kamu setiap saat. Ya kali aku harus ngelewatin hari-hariku tanpa itu semua,yang ada bisa gila aku tanpa kamu" ujar Aya

" Aaa mau nangis"

Muachh

Thalia mencium bibir Aya sekilas. " Makasih ya udah hadir dalam hidup aku"

" Aku yang harusnya makasih sayang, kamu dulu mau temenan sama anak bandel ini yang sukanya ribut terus pas SD, ngajak berantem cowok, kamu doang tuh satu-satunya cewe yang mau temenan sama aku disaat yang lainnya menjauh. Makasih ya bahkan sampai sekarang kamu satu-satunya orang diluar keluargaku yang selalu ada untuk aku" ujar Aya

" Sama-sama. Initnya aku bersyukur banget semesta nemuin aku sama kamu"

" Aku juga bersyukur untuk itu"

" Makasih ya Para"

Akshaya menatap tajam Thalia. " Sama-sama Ngipaaa. Oh Panyaa nya mana?" ketus Aya

Thalia tertawa. Ia mencubit gemas ujung hidup Aya yang menunjukan wajahnya kesal itu. " Haha masih aja kesel. Masa gak boleh nih panggil Para lagi?"

" Engga ada! Dah males aku, lagian bisa-bisanya yang manggil Ngipa bukan cuma aku. Aku kesel ya Athalia, kamu biarin dia manggil itu dulu. Gak suka aku. Ihh"

" Haha masih aja kesel. Iya deh iya, maaf ya. Ya udah deh aku manggil sayang aja. Gimana?"

" Nah itu harus. Kamu itu hanya punyanya Akshaya Sandykala Wiyata! Inget ya!"

AKSATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang