Pukul 22:00. Setelah melalui berbagai macam cara, dan ribuan bujukan akhirnya malam ini, Akshaya sudah berada di ruang rawat inap bersama Maesa. Perempuan itu benar-benar membenci setiap inci rumah sakit yang menyimpan kenangan buruk untuknya.
Akshaya terus menggenggam tangan Maesa. Ia menyembunyikan wajahnya pada perut Maesa saat disamping perempuan itu berdiri seorang perawat yang membawa jarum. Sejak tadi Akshaya menolak untuk menerima suntikan obat itu, hingga sekarang pun sudah dibujuk dan melakukan berbagai cara Akshaya tetap menolak.
Maesa mengusap punggung Akshaya. " Kalau nimas terus menolak gini, nanti tidak bisa cepet keluar dari rumah sakit"
" Aku tidak sakit" Akshaya menatap Maesa dengan wajah memelasnya. " Tolong bawa aku pulang biyang. Tolong bilang sama suster ini, aku gak mau disuntik"
" Mba ini gak sakit kok"
" Gak sakit dari mana?! Kalau gak sakit kakak saya gak bakal meninggal sus"
Degg
Hati Maesa terisis mendengar ini.
" Biyang tolong bawa aku pulang, aku gak mau disuntik" rengek Aya. " Biyang tolong jangan diam saja, kasih tahu suster ini. Aku tak mau disini"
" Paraa"
Akshaya dan Maesa menoleh. Athalia datang dengan Aksa.
" Ngipa ngipa tolong Para. Tolong bilang suster ini Para gak mau disuntik, Para mau pulang"
Atahlia mendekat, Maesa mundur, ia membiarkan Athalia kini yang berada disamping ranjang rumah sakit. Akshaya membunyikan wajahnya pada perut Thalia, ia memeluk erat perempuan itu. Atahlia menatap suster itu.
" Ini suntikan obat mba. Sejak tadi mba nya ini gak mau" jelas suster.
Athalia mengangguk paham. Ia kembali menatap wajah Aksahya yang pucat karena sakit ditambah dengan ketakutan itu. " Para gak mau disuntik?"
Akshaya menatap Athalia dengan wajah memelasnya. " Iya gak mau. Tolong bilang susternya"
" Nanti kalau Para gak mau suntik, nanti Para gak sembuh-sembuh. Kalau Para gak sembuh terus nanti yang temenin Ngipa siapa?" Athalia mengelus lembut pipi Akshaya. " Disuntik dulu ya. Kan ada Ngipa disini nemenin Para" ucap lembut Thalia
" Engga mau! Para gak papa Ngipa. Para gak sakit gak perlu disuntik. Para mau nemenin Ngipa lagi gak mau disini"
" Iya iya..."
" Ngipa ngipa ayo bilang susternya suruh pergi" Akshaya merengek.
Athalia memiringkan wajah Akshaya, tangan kanan Thalia memblok pandangan Aya kearah suster itu. Perempuan itu mencubit-cubit pelan lengan Aya. " Para nakal nih, gak mau disuntik"
" Sakit. Gak mau!"
" Oke gini, Para gak mau disuntik kan?"
" Iya Ngipa, Para gak mau"
" Ngipa bisa bantu bilang ke susternya untuk pergi, tapi kayak biasa dulu. Para harus jawab 3 soal matematika. Kalau bener semua, susternya gak jadi nyuntik. Gimana?"
" Bener ya?"
" Iya"
" Oke"
Athalia melirik suster itu sekilas. Tatapan itu sebagai tanda. Suster itu mulai menyiapkan jarum suntikan. Tangan Athalia terus mengusap tangan Aya membantu suster saat ia meraba area yang akan disuntik.
" Jawab pertanyaan Ngipa. Akar kuadrat 100 berapa?"
" Gampang. Jawabannya 10"
" Ih pinter. Pertanyaan ke dua, sebutin rumus luas lingkaran"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA
Fanfiction- Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. - Saat itu karsa ku untuk memiliki mu setinggi bumantara, seluas sagara, hingga mengubah sikapku sehangat arunika, seindah arutala. Hingga jiwa ini menyadari bahwa suajan...