NGOYO (2)

279 29 2
                                    

Malam ini saat bintang dan bulan dengan indahnya menampakan diri sempurna diangkasa seorang perempuan duduk dibawahnya dengan palet, kuas dan tangan yang penuh dengan cat. Perempuan itu yang sedang menatap kearah lukisan didepannya.

Dari belakang seseorang sedari tadi ikut mengagumi lukisan indah itu. Ia terus menatap gadis berbakat itu dari belakang. Athalia tersenyum. Ia mendekat.

Merasa seseorang mendekat, Akshaya menoleh. " Ngipa kok belum tidur?" Ia meletakan palet dan kuas. Perempuan itu berdiri.

" Nunggu Para" Athalia menyibakan rambut Akshaya kebelakang telinga. Ia mengelap cerotan tipis cat di pipi. " Para masih mau lukis?"

" Sebenernya iya. Tapi kalau Ngipa udah ngantuk, Para lanjut besok aja"

Athalia menggeleng. " Lanjutin aja, Ngipa tunggu Para" Perempuan itu ikut duduk diatas kain.

" Ngipa gak papa nunggu Para selesaiin ini?"

" Gak papa dong"

Akshaya kembali duduk. Ia kembali melanjutkan lukisannya yang hampir selesai itu.

Menyaksikan kuas itu menari dengan indah diatas kanvas menjadi pertunjukan terindah buat Athalia. Melihat Akshaya menikmati setiap goresan yang dilakukan diatas canvas selalu berhasil memikat matanya untuk terus menyaksikan itu.

Beberapa puluh menit berlalu. Hingga akhirnya Akshaya membubuhi lukisan itu dengan tanda tangannya. Selepas itu ia melirik Athalia. Pandangan mereka bertemu. Senyum manis Akshaya terukir indah, disambut dengan lengkungan bibir yang tak kalah indah dari Athalia.

" Ngipa masuk dulu aja gih ke kamar soalnya udah malem. Para tinggal beberes terus naruh ini di studio lukis kok nanti Para nyusul" ucap Akshaya

Athalia menggangguk. Ia berdiri lalu meninggalkan halaman belakang itu.

Akshaya memegang dadanya. Jantungnya berdetak kencang. Ah dia benci ini, benci saat jantungnya tak mampu diajak bekerja sama saat kedua matanya menatap kedua bola mata indah milik Athalia ditambah dengan senyum manis perempuan itu.

Perempuan berambut pendek itu mengadahkan kepala. " Aku tak ingin memaksakan dia untuk menjadi milikku, aku hanya ingin kita selalu bersama, selalu melihat mata dan senyum indah itu dan itu sudah cukup bagiku" ucapnya pada semesta

Sementara dikamar. Athalia yang baru saja masuk itu langsung merebahkan diri diatas kasur. Ia menghembuskan nafas dari mulut. Ia berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak 2 kali lipat lebih cepat itu.

" Oke Thalia tenang-tenang. Aya temenmu dia hanya temenmu, dan kamu, kamu normal. Aya udah suka sama Atali, dia suka Atali. Dia suka Atali?!" Athalia menggelengkan kepala. " Gakk gakk boleh. Aya hanya punya Thalia dan dia gak boleh sama Atali. Aku gak mau Aya berubah. Aaa Ayaa plis jangan sama Atali, aku gak siap kehilangan perhatianmu" monolog Athalia.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Akshaya masuk dengan kondisi yang sudah bersih dan sudah mengganti baju. Perempuan itu mendapati Athalia yang masih belum memejamkan mata, melainkan masih menatap langit-langit kamar.

" Ngipa kenapa belum tidur?" Akshaya naik keatas kasur. Ia merebahkan diri disamping Thalia

Athalia menoleh ke kiri. " Ada yang mau aku tanyain ke kamu. Tapi aku mau kamu jawab jujur boleh?"

" Boleh. Soal apa?"

" Mmm soal kita"

Akshaya mengerutkan dahi. " Kita? Kenapa?"

" Aku dan kamu. Mm gimana ya nanyanya aku bingung. Eh gini gini, menurut mu aku kamu ini gimana?"

" Engga gimana-gimana. Kita temen baik gak musuhan. Eh bentar apa Para ada salah sama Ngipa? Kalau iya Para minta maaf"

AKSATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang