7 Hari kemudian
Akshaya yang sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin lusa itu, hari ini memutuskan untuk kembali masuk ke kelas setelah ia merasa badannya jauh lebih kuat di banding sebelumnya. Siang ini perempuan itu sudah berada di dalam kelas, bersama Isvara dan Yummna.
Kelas itu juga sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Akshaya benar-benar tak bisa fokus pada kuliah kali ini, ia harus mengakui bahwa ia kepikiran akan Athalia, pasalnya sejak pagi perempuan itu juga belum memberi kabar padanya, bahkan pesannya sejak tadi juga belum kunjung di balas.
Berbagai pertanyaan muncul, Bagaimana perempuan itu disana tanpa nya? Jika ia lelah siapa yang akan menyemangatinya? Jika Thalia ingin sesuatu siapa yang akan menyipkannnya? Semua itu berkecambuk dalam diri Aya.
Dari belakang terdengar suara Isvara dan Yummna berbisik. Tak lama, Akshaya menoleh saat Isvara menepuk punggungnya.
" Masih kepikiran sama Thalia?" tanya Isvara
Aya menggangguk. " Dia kalau mau sesuatu disana gimana? Siapa yang nyiapin? Kalau dia capek gimana? Kalau dia mau sesuatu gimana? Dia gak ada kasih kabar apapun sampai siang ini"
" Udah tenang aja. Thalia baik-baik aja kok. Dia fun disana keliatan enjoy juga" ujar Yummna
" Kalian tau dari mana?"
Isvara menunjukan instastory milik Aksa. Di dalam video yang berdurasi 20 detik itu terlihat Aksa sedang menjahili Thalia, perempuan itu tertawa bahkan dalam video itu Thalia juga membalas menjahili. Di instastory selanjutnya pun masih berisi tentang Thalia, kali ini mereka terlihat tengah menikmati es krim dengan canda dan tawa.
Akshaya tersenyum. " Syukurlah kalau dia happy. Aku tenang" kalimat yang penuh pilu tapi Akshaya mengemas itu menjadi kalimat ucapan syukur
" Sabar ya" ucap Isvara
" Haha santai" tawa menyakitkan itu terdengar dari perempuan itu.
" Kamu nanti jemput dia?" tanya Yummna
" Engga"
" Terus Thalia pulang sama siapa?" sambung Isvara
" Kak Aksa kayaknya. Soalnya tadi aku telpon Pak Broto katanya lagi anter mamanya Thalia ke luar kota"
" Sorry bahas ini jadi buat kamu sedih"
Aya kembali tertawa pelan. " Hahaha siapa yang sedih sih? Kenapa juga harus sedih gak sih?" Akshaya kembali melemparkan pandangan pada dosen yang berdiri di depan.
Mereka kembali memperhatikan paparan dari dosen. Kelas berlangsung dua setengah jam. Tepat pukul 14:30 kelas telah usai.
Akshaya langsung berpamitan pada Isvara dan Yummna. Ia segera memisahkan diri dari kedua temannya itu.
Perempuan itu mengarah pada taman belakang kampus. Lalu ia duduk dibawah pohon besar. Akshaya menarik nafas panjang menghirup udara sebanyak yang ia mampu lalu menghembuskannya.
Akshaya menyandarkan tubuhnya pada batang pohon itu. Tanganya merogoh kedalam tas, kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dan korek serta buku. Perempuan itu menyalakan rokok dan mulai membaca buku yang ia bawa.
Menikmati luka akan menjadikan ia terbiasa, hingga akhirnya ia tak merasa pedih saat luka itu menghampirinya lagi. Itu yang menjadikan Akshaya selalu terbiasa akan apapun luka yang ia terima dalam hidup ini termasuk luka yang satu ini.
Tiga batang rokok terbakar, puluhan halaman sudah terlewat, namun perempuan itu masih terus belum ingin mengakhiri kegiatannya. Hingga seorang perempuan berdiri didepannya dan membuat perhatiannya pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA
Fiksi Penggemar- Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. - Saat itu karsa ku untuk memiliki mu setinggi bumantara, seluas sagara, hingga mengubah sikapku sehangat arunika, seindah arutala. Hingga jiwa ini menyadari bahwa suajan...