DUA PULUH SATU - AKHIR DARI CERITA

333 35 41
                                    

*monggo lur 

...

Akshaya terjaga dari tidur panjangnya. Pandangan pertama yang ia liat adalah langit-langit ruangan yang begitu asing untuknya. Saat ia menundukan kepalanya, ia mendapati tubuhnya terpasang berbagai selang dan kabel.

Bola mata hitam itu, menyusuri setiap inci ruangan itu. Sepi tak ada seorangpun yang ia liat. Namun satu hal yang menjadi fokusnya adalah mencari keberadaan Thalia.

Tak berselang lama, pintu ruangan itu terbuka. Perawat yang mendapati Akshaya sudah sadar itu langsung memanggil dokter dan segera memeriksa kondisi Akshaya.

" Thalia?" satu kata yang berhasil terucap dari Aya saat kondisi tubuhnya masih begitu lemah.

" Istirahat lebih dahulu. Kami akan memberi kabar siuman anda pada keluarga anda" ujar dokter.

" Thalia" ucap Aya lirih

" Mba mohon jangan banyak bergerak dan berbicara dulu, kondisi anda masih sangat lemah"

" Aargghh.." erang Aya saat merasa sakit pada bagian dadanya secara tiba-tiba. Perempuan itu mengerang kesakitan sambil memegang dadanya.

Suster dan dokter memeriksa Akshaya kembali.

...

Sementara itu ditempat lain, api yang berkobar besar membakar peti itu bersahutan dengan deru tangis orang-orang yang ada di crematorium. Entah sudah berapa ribu tetesan air mata yang jatuh di lantai saat itu, dari mereka yang begitu merasa kehilangan.

Sandya merogoh kantong celana mengambil ponselnya yang berdering. Nomor kantor yang asing dan tak tersimpan di kontaknya. Namuan pria itu menerima panggilan itu.

" Bapak Sandya? Keluarga Mba Akshaya?" tanya seseorang dari ujung telpon

" Iya saya Sanyda orang tua Akshaya. Apa ini dari rumah sakit?" ucapan Sandya berhasil mengambil perhatian yang lainnya. Kini mereka semua menatap pada Sandya.

Pria itu mengeraskan suara telpon hingga semua orang disana dapat mendengarnya.

" Betul pak. Kami ingin memberi kabar bahwa Mba Akshaya sudah sadar dari komanya"

" Terima kasih informasinya. Kami akan kesana" ujar Sandya mengkahiri panggilan itu.

Pria itu memandang wajah orang-orang disekitarnya. Deru tangis makin kencang terdengar dari mereka.

Disaat Akshaya masih terbaring lemah, Athalia justru sudah terbang tinggi. Disaat Akshaya berhasil berjuang, Athalia harus menyerah. Disaat Akshaya membuka mata, Athalia justru menutup mata untuk selamanya.

Detik itu, saat api merenggut tubuh Athalia, semesta justru menyadarkan Akshaya. Semesta memisahkan mereka disaat mereka ingin mempersatukan diri dalam ikatan suci.

Isvara menatap pada peti yang sudah diselimuti api itu. " Aya sadar, Thalia. Dia sadar. " ucap Isvara ditengah isaknya.

" Thalia, tunangan mu sadar. Tapi kenapa kamu pergi?" sambung Yummna

Kedua perempuan itu saling berpelukan saat, ia harus menyaksikan kisah menyedihkan dari kedua sahabatnya.

..

Ruangan itu sangat sunyi. Akshaya sungguh membeci dimana ia harus menunggu seorang diri. Fikiranya kini membayangkan wajah Athalia, perempuan itu pasti senang melihatnya telah sadar, karena ini yang ia minta. Saat tak sadarkan diri waktu itu, Akshaya dengan jelas mendengar suara Thalia yang dengan lembut menyuruhnya bangun. Dan berkat itu, Akshaya kini telah membuka mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang