H_3

1.1K 95 3
                                    

         Beomgyu masih duduk di salah satu sofa yang ada di ruang kepala sekolah dengan posisi tertunduk dalam.

Kesepuluh jari tangannya tak berhenti saling memilin —resah—, pun ujung kaki yang belum ada tanda-tanda untuk diam dengan tenang.

Toktok

"Silakan masuk!" seru kepala sekolah.

"Maaf pak, saya agak terlambat."

Begitu suara itu menyapa gendang telinga Beomgyu, sekujur tubuhnya mendadak meremang.

Kepala sekolah berdesah malas, "Duduk, Lee Jeno." titahnya.

Sofa yang Beomgyu duduki sedikit bergolak pertanda seseorang bergabung duduk di sebelahnya.

"Kakaknya lulus, sekarang adiknya yang lanjut jadi preman sekolah?" sambung kepala sekolah begitu Jeno mengambil posisi di sebelah Beomgyu.

Begitu memasuki ruangan ini, Jeno sudah lebih dulu menatap sosok yang duduk di sofa tepat berhadapan dengan sang adik. Beberapa lebam di wajah dan satu plaster di cekung hidung anak itu sudah cukup bagi Jeno untuk mengerti situasinya.

"Aishh, dasar anak-anak berandalan ini. Masih beruntung kamu wali dari Sungchan berhalangan hadir, bisa-bisa langsung dikeluarkan kamu dari sekolah ini!" hardik kepala sekolah sembari menggeleng malas.

Selagi kepala sekolah mengomel, Sungchan yang di bibirnya masih tersisa bercak merah berbisik pada seorang pria setengah baya yang duduk di sebelahnya.

Pria bersetelan rapi itu mengangguk sekali, kemudian berdeham. "Begini saja, tuan muda akan menganggap tidak ada yang terjadi asal anak ini meminta maaf."

"Lo yang mulai, kenapa gue yang harus minta maaf!" sergah Beomgyu dengan cepat.

"Yya! Yyaa! Ssst! Belum sadar juga, Lee Beomgyu? Bukti siapa yang terluka bahkan rekaman CCTV belum cukup menurut kamu?"

Tatapan Jeno terarah mengikuti jari telunjuk kepala sekolah yang tegas menunjuk layar laptop dan wajah Sungchan yang babak belur.

"Atas nama Beomgyu, saya meminta maaf dengan tulus atas yang telah adik saya lakukan. Kalau ada biaya pengobatan-"

Perkataan Jeno dipenggal paksa oleh tangan kiri Sungchan yang terangkat, "Gue ga butuh duit lo, cium kaki gue dan semua selesai."

Beomgyu spontan berdiri dan kembali meremat kerah seragam yang Sungchan kenakan.

Sreet

"Bang?" ucap Beomgyu tak percaya.

Tubuhnya terhuyung beberapa langkah mundur berkat sebuah dorongan. Bukan Sungchan ataupun kepala sekolah yang mendorongnya, melainkan Jeno yang kini berlutut di bawah kaki Sungchan.

Jeno menatap Beomgyu dengan tatapan yang berhasil membuat sang adik berdecih jengah. Tangan Jeno meraih pergelangan Beomgyu agar cepat bergabung dengannya.

"Anak setan!" umpat Beomgyu berbisik dengan amarah tertahan.

Sedang Sungchan, anak itu hanya mencebik menahan senyum kemenangannya.

***


       "Bang? Bam minta abang ke sekolah bukan untuk berlutut dan dipermainkan seenaknya sama anak sialan itu!" pekik Beomgyu begitu mereka keluar dari ruang kepala sekolah.

Tak perduli dengan tatapan dari beberapa siswa yang melewati koridor, Beomgyu terus mengekor langkah Jeno yang tak memberi komentar apapun.

"Bam bisa jelaskan semuanya, abang dengar Bam dul-"

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang