H-42

635 68 7
                                    

⚠ Typos Alert ⚠

=================================

      Tuk

Beomgyu mengangkat dagu dengan cepat saat merasa satu kepala earphone yang menyumpal telinganya ditarik oleh seseorang.

"Ngapain?" Itu Limji dengan wajah tak bersalahnya.

Memangnya gue keliatan lagi masak ya? Batin Beomgyu enggan menyuarakan. Anak itu hanya mengedik singkat dan kembali menyumpal telinganya.

Melihat tindakan Beomgyu, Limji menaikkan sebelah alis.

Dia diabaikan.

Grep

Tangan Beomgyu yang bahkan belum selesai membenarkan posisi earphone di telinganya sudah lebih dulu dicengkram oleh anak bertubuh lebih kekar itu. Limji bahkan menariknya, beranjak meninggalkan area sekolah.

Sekarang Beomgyu terlalu lelah untuk sekedar beradu mulut, ia memilih untuk menghentakkan pergelangan tangannya agar terlepas dari cengkraman Limji.

Kerutan di kening Limji semakin dalam kala mendapati perlawanan dari Beomgyu, "Lo ga mau ke Bistro?" tanya Limji sambil melirik pergelangan yang ia cengkram tadi. Sang empu mengusap pelan dengan satu tangannya yang lain.

"Gue sudah bisa kerja sendiri." sahut Beomgyu kemudian berencana melewati Limji namun anak itu lagi-lagi ditahan. Kali ini Limji menahan lengannya —tidak sekuat sebelumnya.

"Lo ... ga mungkin menghindar dari gue kan?" tanya Limji curiga. Seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, tindakannya bahkan terlewat normal.

Terakhir, mereka makan siang bersama di kafetaria bersama Eunho dan Jeongin. Tiga anak itu terlihat menempel bagai sahabat sehidup semati sejak lahir, malah Limji yang seharusnya merasa diasingkan.

Lagi-lagi Beomgyu tidak menjawab, ia hanya melepaskan tangan Limji dari lengan kemudian berlalu meninggalkan Limji bersama kebingungannya.

Brak brak brak

Bugh

Limji meringis ketika bahunya ditepuk keras dari belakang, "Beomgyu?" tanya Eunho, si tersangka ringan tangan —khususnya setiap kali bersama Limji.

Masih dengan mengusap bahunya yang terasa panas, Limji mengedikkan dagu ke arah punggung Beomgyu yang semakin menjauh.

"Loh? Kok lo jahat sih? Lo biarin Beomgyu kerja dan lo malah bengong di sini?" timpal Jeongin berancang mengajak Eunho untuk menyusul Beomgyu, namun Limji lebih dulu merentangkan satu tangan untuk menahan dua sahabatnya.

"Teman kalian itu siapa sih? Gue atau dia? Lengket banget gue liat-liat."

Ucapan Limji berhasil membuat Eunho mencebik, "Sama lo, kita jadi keliatan berteman sama gapura tau!" cibirnya. Walau begitu, Limji tidak tersinggung.

"Minggu lalu kalian sudah bolos ekskul, mau kena amuk Pak Park lagi?" bisik Limji merangkul Jeongin dan Eunho, kemudian memutar balik keduanya secara bersamaan. "Masuk sana! Biar gue yang urus Tuan Muda itu."

"Arrgh, yang benar aja!" protes Eunho. Sebenarnya dia hanya tidak ingin menghadiri klub drama yang ia ikuti secara terpaksa, tapi Jeongin sudah merangkulnya.

"Awas ya kalau lo ga bantu Beomgyu!" todong Eunho yang kini masih berusaha ditenangkan oleh Jeongin.

Ini memang gue doang yang paling normal. Jeongin menghela nafas saat Eunho akhirnya pasrah dan kembali ke ruang klub yang tadi sempat mereka tinggalkan.

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang