H_4

1K 84 1
                                    

"Abang? Plaster nya pink banget nih? Mana gambarnya boneka koleksi si sepupu Minjeong lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang? Plaster nya pink banget nih? Mana gambarnya boneka koleksi si sepupu Minjeong lagi." gerutu Beomgyu yang gagal menahan tangan Jeno untuk menempelkan plaster di bekas bogemannya.

"Bagus kalau gitu. Nanti kalau Bubu tanya kenapa pakai plaster, bilang aja ada jerawat, Minjeong kasih plaster Kuromi supaya cepat hilang." ucap Jeno santai sembari memasukkan sampah plaster ke dalam saku jaketnya.

Berandal-berandal gini, Jeno tetap memprioritaskan kebersihan. Jadi tidak heran penampilannya selalu bersih dan tampan.

"Ckk." decak Beomgyu saat memperhatikan pantulan wajahnya dari layar gelap ponselnya.

Jeno merebahkan punggung ke sandaran kursi sambil menarik nafas dalam-dalam. Laki-laki itu berusaha memenuhi paru-parunya dengan udara pagi yang masih terasa lebih bersih dari udara musim gugur yang biasa terasa kering.

Di atas mereka, langit biru menampakkan semburat-semburat mendung tipis, sangat mendukung resahnya hati sepasang kakak beradik itu. Pun daun Ginkgo berwarna kuning keemasan yang juga bersusulan gugur di sekitar.

"Jangan pernah lagi berurusan dengan mereka yang selalu pamer harta dan kekuasaan. Mau sekuat apapun lo, mereka tetap akan menang karena sejak awal kita sudah kalah dari mereka."

Kalimat Jeno memang terdengar seperti petuah lumrah yang diwejangkan seorang kakak pada adiknya, namun Beomgyu lebih dari sekedar mengerti ucapan Jeno.

Saat itu dirinya baru memasuki tahun pertama di SMA, dan Jeno tahun terakhir.

Seperti ucapan kepala sekolah sebelumnya, memang tak ada seorang pun yang lebih di atas kekuatan Jeno.

Sampai suatu hari, Jeno harus terlibat masalah dengan seorang putra konglomerat. Hari itu, untuk pertama kalinya Beomgyu mendapati Taeyong menangis di hadapan orang lain demi memohon ampunan untuk Jeno.

Bahkan, walau tinju sekalipun yang Jeno layangkan kepada dirinya, dengan lapang dada Beomgyu akan memaklumi.

"Kelas gue kebetulan dibatalkan, jadi sekarang antar gue ke tempat part time, dan bawa ini motor untuk dicuci." Jeno memberikan kunci motornya pada Beomgyu.

Si adik mengangguk patuh. Menerima kunci motor dan lebih dulu berdiri menghampiri motor yang terparkir di belakang.

Melihat Beomgyu sudah beranjak, Jeno diam-diam memegangi lututnya sebelum juga melangkah menyusul sang adik.

Diacaknya rambut gondrong Beomgyu yang bersiap mengenakan helm, "Traktir gue makan juga!"

Beomgyu terkekeh, "Odeng aja tapi ya?" balasnya tak kalah jahil.

***

          "Chan, penggalangan dana ini akan jadi acara resmi pertama kamu sejak menginjak usia tujuh belas tahun. Daddy harap, ini akan jadi awal yang baik untuk kamu ke depannya."

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang