H-28

550 71 6
                                    

       "Haah, akhirnya kakak mau jawab telfon aku! Kakak kenapa tiba—"

"Maaf Haechan, kakak masih ambil cuti di kantor." ucap Mark pada benda pipih yang diapit telinganya dengan bantuan bahu kiri. Sedang kedua tangannya sibuk dengan bahan masakan.

"Iya, aku tau. Aku telfon bukan untuk itu kak. Tapi, Mae bilang ternyata kakak itu anaknya Om Jaehyun ya?! Kok kakak ga cerita sama aku sih?"

"Terus kakak kenapa harus kerja di perusahaan Daddy yang ga ada apa-apanya dibanding perusahaan Om Jaehyun?"

Cercaan pertanyaan dari lawan bicaranya membuat Mark menarik kesimpulan bahwa anak itu keliru memahami informasi.

Mungkin ia kira sejak awal Mark hidup bersama Jaehyun.

"Kak?" panggil suara dari seberang lagi.

"Hmm Haechan. Karena kakak sudah keterima kerja di Seo Company." sahut Mark sekenanya.

Terdengar kekehan kecil dari ponsel, "Oh, apa jangan-jangan kakak memang sengaja supaya ada alasan bisa ketemu dan dekat sama aku?"

Tiririiirit

Mendengar suara pintu terbuka, Mark yang masih bergulat dengan peralatan masak terpaksa meletakkan pisau dan meraih ponselnya demi memudahkannya untuk menoleh.

"Bam pulang ...." sapa sang adik yang memasuki rumah dengan kepala tertunduk.

"Oh Haechan, kakak tutup dulu telfonnya ya." tanpa menanggapi candaan Haechan sebelumnya, Mark buru-buru memutuskan panggilan itu.

Setelah mematikan kompor, Mark berlari kecil menghampiri Jeno dan Beomgyu yang menyandarkan punggung di sofa. "Gimana kegiatan kalian hari ini?" tanya Mark mengusap sayang puncak kepala Beomgyu.

"Gue baru sadar karena beberapa hari ini sibuk part time dan ga banyak melakukan hal lain, ternyata semua akun daring yang terdaftar pakai nama Lee Jeno semua hilang, Kak." tutur Jeno tak semangat.

Mark sudah tau. Itu rencana sang Daddy dan Bubu yang sudah dibicarakan pula bersama dirinya.

"Bahkan Bubu datang tanpa bilang apapun untuk ganti portfolio Bam di sekolah." tutur yang paling muda ikut menimpali.

Si sulung semakin merasa bersalah saat ia menjadi satu-satunya yang diam-diam sudah mengetahui semua tapi turut tak mengatakan apapun.

Tiririiirit

Menyadari tiga bersaudara itu sudah dalam satu ruangan, mereka menoleh serempak saat mendengar suara pintu kembali terbuka.

Tak

Benar. Seharusnya mereka empat bersaudara. Bukan tiga.

Jadi orang yang saat ini membuka pintu adalah Sungchan. Si pelengkap persaudaraan sekandung mereka.

Jeno sudah terlonjak berdiri namun Mark dengan sigap menahan lengannya agar tak berbuat sembrono.

Terlebih Sungchan terlihat tidak lantas memasuki rumah, melainkan melebarkan pintu dan menahannya sesaat.

"Terima kasih, sayang."

Tiga bersaudara yang berdiri seolah terpaku pada lantai itu terkesiap melihat siapa yang datang.

***

         Sebuah tiang tipis yang menjadi cantolan sekantong cairan bening didorong pelan oleh Sungchan.

"Dad, bukannya kita sudah sepakat kalau Mark yang akan jaga Jeno dan Bam di sini?"

Jaehyun mati-matian untuk tidak memotong kalimat anak sulungnya. Pria itu memilih mengeratkan rangkulannya pada Taeyong yang masih pucat di sampingnya.

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang