H-14

845 61 1
                                    

‼️Disclaimer‼️
Chapter ini mungkin akan terasa boring, karena sebagian besarnya kilas balik.
Bacanya pelan aja ya.
Happy reading!

=================================

         Setelah akhirnya menemukan satu putranya dengan cara mendadak di awal pagi tadi, pikiran Taeyong masih terus mengembara pada kejadian itu.

Selama membeli keperluan florist bersama Beomgyu, sesekali putra bungsu nya itu harus menepuk dulu untuk menyadarkan Taeyong dari lamunan.

Setelah tujuh belas tahun, setelah kejadian semalam, bukankah takdir terlalu mempermainkan Taeyong?

Pertemuannya dengan putra yang selama ini tak tersentuh olehnya, berhasil mencubit hati Taeyong hingga ia merasakan penyesalan yang teramat dalam.

Pagi tadi di depan kediaman keluarga Jung,

Lewat kaca spion, Taeyong masih bisa melihat Jaehyun mengusap tengkuk Sungchan yang terlihat tertunduk.

Ciiit

Mobil yang sudah melaju cukup kencang itu direm paksa hingga terdengar decitan cukup keras.

Jaehyun dan Sungchan yang sudah berjalan menuju mobil harus kembali menoleh karena terkejut.

Brug

Sungchan mengerjabkan mata rusanya saat tanpa aba-aba Taeyong yang berlari dari arah yang berlawanan menubruk tubuhnya dan memeluk dengan erat.

"B-bubu Taeyo-?"

"Iya, sayang. Ini Bubu." lirih Taeyong semakin menarik Sungchan ke dalam pelukannya.

Jaehyun yang melihat pemandangan itu sampai harus menyeka ujung matanya yang mulai berair.

Apa keinginannya sudah makin dekat untuk dicapai? Keluarganya secepatnya akan segera kembali utuh 'kan?

"B-bubu ga apa-apa?" tanya Sungchan merasa kikuk karena Taeyong yang tiba-tiba memeluknya dengan pilu.

Bagaikan tersentak oleh kenyataan, Taeyong segera melepas pelukannya, "Maaf. Syukurlah kamu pulang dengan selamat. Tadi kamu belum sempat sarapan, makan dengan baik hari ini ya." pinta Taeyong kemudian menarik langkahnya.

"Sampai ketemu lagi." lanjutnya dan berjalan cepat ke arah mobil. Kali ini ia benar-benar pergi. Meninggalkan kehampaan yang tak Sungchan mengerti.

Jaehyun menepuk pelan punggung Sungchan, mengajaknya untuk segera beranjak.

***


      Kesadaran Taeyong kembali tersentak saat sebuah tangan menangkup kedua tangannya yang terpilin di atas meja, "Tae?"

Dengan spontan si empunya nama Taeyong menarik tangan dan menyimpannya jauh dari jangkauan Jaehyun.

"Rumah kita ga sepenuhnya hancur 'kan? Secara praktis, ga pernah ada kata perpisahan dalam keluarga kita Tae, hanya saja kita yang memilih untuk melarikan diri 'kan?"

Mendengar kalimat Jaehyun yang terdengar putus asa, membuat Taeyong dilanda ragu.

Entah karena sudah lama tak bertemu, atau memang laki-laki dihadapannya ini sudah benar-benar terkunyah penyesalan. Tapi yang jelas, perasaan Taeyong mendadak abu-abu.

"Anak itu tumbuh cantik dan bersahabat baik dengan Beomgyu." lirih Taeyong menatap nanar lukisan di tembok kafenya.

Itu hasil tangan Beomgyu dan Ryujin yang diselesaikan tanpa melewatkan perdebatan kecil sepanjang pengerjaannya.

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang