"Aang! Celamat pagi abangnya Bamgyuuuu."
Beomgyu mengerjabkan mata beberapa kali sebab lawan bicaranya tidak melirik walau sedetik.
"Wih, masak nih? Masak apa abang?" lanjut Beomgyu meski tidak mendapat reaksi apapun dari yang lebih tua."Kenapa pulang?"
Suara dan wajah Jeno sebenarnya terlalu datar, namun berhasil membuat Beomgyu bergidik.
"Memangnya abang bisa masak? Terakhir kali kena omel Bubu pas bikin Jeon tapi dicelup telur dulu tuh?"
Alih-alih menjawab pertanyaan sarkas dari sang kakak, Beomgyu memilih untuk membalasnya dengan ledekan.
Dan hal itu malah sukses membuat Jeno mengalihkan pandangan dari panci berisi Ramyeon yang mengepul. "Lo gue masak, mau?"
"Dih, marah-marah terus lho. Kan ponselnya kebawa Bubu bang, gimana Bam bisa telfon kalian? Lagi pula, harusnya Bam kan yang marah?"
"Kenapa Bam ditinggal?"
Beomgyu merengut dan duduk di salah satu kursi di meja makan. Wajahnya masih tetap berhadapan dengan datarnya raut Jeno.
"Si Shotaro Shotaro itu yang semalam di tempat anak teater?"
Walau kedua alisnya menukik heran, sang adik tetap saja mengangguk. Kenapa jadi tanya Shotaro? Dasar!
"Terus, kalau misalkan semalam Bam diculik gimana?"
Jeno berjalan mendekat, "Apes yang culik lo!"
Ttak
Panci berisikan Ramyeon matang kini sudah bertengger di hadapan Beomgyu. Tak lupa Jeno meletakkan dua mangkuk di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionRindu? Iya. Kembali? Entah. Perasaan terkait ingatan pahit tentang kehilangan kala itu masih kuat terpatri dan meninggalkan gores luka untuk sang hati. Sambil bersyukur atas keberadaan yang masih dipunya, memimpikan rumah asri yang dulu, hanyalah fa...