H-36

589 68 7
                                    

Widiih double up bener nih!
Happy reading y'all

⚠ Typos Alert ⚠

================================

          Menghemat uang, malas mondar-mandiri, atau terlalu lelah. Entah untuk alasan keberapa, tapi yang jelas Beomgyu memilih untuk bermalam dan tidur di kursi tunggu yang ada di koridor rumah sakit.

Ia bahkan sudah mandi dengan menumpang di kamar mandi rumah sakit. Sekarang ia sedang duduk di samping brankar Jeno.

Kakak keduanya itu belum mau membuka mata. Walau sebenarnya sudah bangun.

Beomgyu pun tau. Ia juga sudah menduga akan demikian. Kakaknya itu pasti marah karena ia membawanya untuk dirawat di rumah sakit.

"Bam kan ga pernah merawat orang sakit Bang, jadi ga ada pilihan lain." ucap Beomgyu tanpa memedulikan orang-orang yang juga berada di bangsal itu.

Jeno memalingkan kepala hingga sebelah telinganya tenggelam pada bantal, sedangkan telinga satu lagi ia tutup dengan lengan yang bebas dari selang infus.

Beomgyu menghela nafas, "Ayo makan dulu, bang." bujuknya untuk yang kesekian kali.

"Berisik. Banyak orang yang sakit di sebelah, tau." desis Jeno masih memejamkan mata.

"Hahaa, kami malah merasa terhibur sekarang nak." sahut seorang nenek yang setengah duduk di brankar paling pojok. Wanita yang sedang menyuapinya pun juga tertawa.

Nenek itu kemudian mengerling jahil ke arah Beomgyu. Membuat anak itu ikut tertawa menang, merasa bahagia karena mendapat dukungan. "Tuh, dengar kan bang?"

Tskk

Akhirnya Jeno kalah. Ia asal duduk bersandar pada kepala brankar.

"Nah, sekarang ayo makan." cengir Beomgyu sambil menyodorkan sesendok bubur pucat yang sama sekali membuat Jeno makin tak nafsu makan.

Pasien itu masih mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Enggan bicara apalagi memakan makanan yang sudah ia tebak tidak akan punya banyak cita rasa.

"Kalo abang memang marah, ya sudah urus sendiri aja. Bam mau pergi aja."

Bibir tipis yang menggerutu itulah yang membuat Jeno kembali teringat pada masa kecil. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di benaknya.

Ia jadi tertarik menjahili adiknya seperti dulu.

"Bisa pergi kemana lo memangnya?" cibir Jeno dengan sengaja meledek Beomgyu.

"Yah ... Daegu! Busan! Kemana kek, Jeju! Pokoknya pergi. Mau jadi gembel juga-"

Puk puk

"Sudah, sudah." Jeno terbahak kecil sambil menepuk kepala Beomgyu. Ia sudah cukup puas mendengar omelan sang adik. "Iya gue makan."

Beomgyu melipat tangannya di depan dada, duduk bersandar pada kursi sambil memastikan Jeno makan dengan baik.

"Hah, pada akhirnya traktiran pertama gue malah makanan rumah sakit." cicit Jeno membuat Beomgyu mencebik.

"Itu dia! Padahal ini gaji pertama Bam."

Puk puk

Jeno menepuk lagi kepala Beomgyu, kali ini lebih tulus.

Maaf ya dek. Ucap batinnya.

***

         Mengakhiri acara sarapannya yang teramat hambar, Jeno yang merasa sudah lebih baik kini berada di kamar mandi.

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang