H-24

551 60 3
                                    

          Merasa kehilangan harapan untuk bicara baik-baik pada Jeno, satu-satunya pilihan Mark sekarang adalah mendekati Beomgyu.

Malam itu, Jeno mengunci diri di dalam kamarnya. Kemudian di hari selanjutnya, ia menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah.

Ia tidak membiarkan siapapun tau kegiatan apa yang sedang ia lakukan.

Yang jelas, Jeno melakukan apapun dan pergi kemanapun asalkan ia bisa mempersingkat waktunya di rumah.

Pergi kuliah, bekerja paruh waktu di beberapa tempat, atau sekedar bergaul dengan teman-teman baik yang ia kenali akrab ataupun tidak.

Jeno hanya merasa pengap untuk berinteraksi dengan keluarganya, jadi ia mencoba menjadi lebih egois dengan mengesampingkan Beomgyu.

Tentu ia khawatir, tapi ia sudah meminta maaf dan mendapatkan maklum dari sang adik.

Ga apa-apa kok, Bang. Jangan sampai terlewat waktu makan ya.

Hanya itu kalimat Beomgyu sebelum percakapan telfon mereka berakhir.

Jeno kembali memasuki ruangan yang dipenuhi sorot lampu beragam warna, dengan dentuman musik serta bau menusuk dari aroma alkohol.

"Gimana sih, anak paruh waktu kok main pergi-pergi aja?"

Itu bukan teguran. Melainkan candaan dari salah satu teman yang menitipkan Jeno pada pemilik klub.

Namanya Eric. Mereka hanya teman satu jurusan. Tapi menjadi kenal satu sama lain sejak hampir semua orang di kampus menyebut mereka kembar yang terpisah takdir.

Tentang kembar, Jeno merasa hatinya seperti tercubit. Semoga lo benar-benar ga apa-apa Bam.

"Gimana Jen? Okay ga di bartender?" tanya Eric saat Jeno tak menanggapi gurauannya.

"Okay kok." Jeno menjawab singkat.

Lagi pula ia memang butuh hingar bingar untuk meredam bising yang memenuhi isi kepalanya. Jeno hanya perlu terbiasa dengan menghirup bau alkohol dalam waktu lama.

"So, lemme know how passionate Bartender Jeno." ujar Eric mengangkat sebelah alisnya —masih berusaha menggoda Jeno dengan pekerjaan barunya.

Di balik meja panjang, Jeno mengambil gelas dan bersiap menyiapkan minuman untuk Eric, "Bayarnya dua kali lipat, deal?"

Lawan bicaranya seketika mengumpat. "Sudah lah, dance floor aja gue."

Eric turun dari kursi sambil mengangkat sebelah tangannya, "Semangat kerjanya, buddy!"

Jeno terkekeh, "Thanks." ucap Jeno tulus, walau ia tak yakin Eric mendengar suaranya yang tentu kalah dari dentuman musik.

***

          "Ga bisa! Ga bisa!"

Bruk

Beomgyu menggebrak meja yang menjadi poros tempatnya duduk bersama dua orang lain.

"Bam?!!" desis Ryujin panik karena orang-orang menatap tajam ke arah mereka.

Winter bahkan meminta maaf kemudian tertunduk malu, sebab sekarang mereka berada di kedai tteokbokki yang sedang ramai pengunjung.

"Harrkh, ga bisa gini! Gue juga harus cari kerjaan paruh waktu." tanpa peduli pada tatapan orang-orang, Beomgyu kemudian merebahkan kepalanya, membiarkan pipinya menempel pada meja yang berbau pasta cabai itu.

Dua gadis yang duduk di seberangnya menatap dengan iba, "Zaman sekarang, mana berani orang-orang rekrut anak di bawah umur, Bam?"

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang