H-34

491 60 1
                                    

         Suara erangan memecah heningnya pagi di ruangan sempit itu.

Beomgyu membalik badan dengan susah payah, semua tulangnya terasa nyaris patah saking kakunya.

Dengan gerutuan acak, anak itu mencoba menggeliat untuk meregangkan tubuh.

Ia merutuki kafe yang menjadi super ramai belakangan ini. Seokho bilang, kafe mereka mendadak populer berkat kabar burung yang menyebar tentang dua pria tampan di kafe itu.

Jadiah belakangan ini, kafe kerap akan pengunjung. Terutama para pelajar yang hampir setiap hari menyempatkan diri memesan di kafe.

Sudah satu bulan Beomgyu menjalani hari-harinya sebagai anak dua puluh tahun yang bekerja di kafe milik pria yang ia bantu saat hari pertama kepindahannya.

Behkan tepat semalam, ia baru saja menerima gaji pertamanya.

Walau mendapati badannya terasa remuk di pagi hari, Beomgyu cukup bahagia ketika melihat amplop cokelat yang ia simpan di atas meja dekat pintu.

Ketika melihat amplop gajiannya, Beomgyu sekilas menatap ke arah pintu. Ia jadi teringat saat semalam dirinya pulang tanpa ada Jeno di rumah itu.

Hanya ada sebuah sticky note kuning yang tertempel di pintu kamarnya.

Gue shift sore, kemungkinan bakal pulang larut. Jangan lupa makan sebelum tidur.

Padahal Beomgyu berniat ingin mengajak abangnya untuk makan enak di luar dengan gaji pertamanya. Tapi keinginan itu seketika pupus.

"Harusnya Bang Jeno sudah pulang, kan?" ucapnya dengan semangat lalu melompat dari kasur.

Klak

Ruang tengah masih terlihat sepi. Beomgyu melirik pada jam yang masih menunjukkan pukul delapan pagi. "Apa masih tidur?" cicitnya lagi sambil melirik pintu kamar Jeno.

Kepalan tangannya terulur untuk mengetuk dua kali pintu berwarna cokelat itu. Tapi tidak ada jawaban, membuat Beomgyu memberanikan diri membuka kenop.

Kosong.

Kamar Jeno terlihat sangat rapi bahkan di setiap sudut, tanpa celah.

Kepala Beomgyu dengan spontan ditarik miring, "Belum pulang?"

Anak itu celingukan ke arah meja makan. Sisa makan malam yang Jeno siapkan masih tidak berubah dari semalam usai ia makan.

Pandangan Beomgyu kemudian jatuh pada kertas yang menempel di pintu kamarnya. Kertas yang semalam berwarna kuning itu, pagi ini tergantikan oleh kertas lain berwarna hijau.

Langkah lebarnya bergerak dengan tergesa kembali mendekati pintu kamarnya sendiri.

Sorry gue kesiangan ke tempat kerja, ga sempat siapkan sarapan karena lupa belanja. Hari ini pesan dulu untuk sarapan.

Beomgyu menghela nafas.

Ia tau saat berniat mengambil minum semalam, isi kulkas mereka memang kosong, hanya ada beberapa botol air mineral di sana.

"Tapi apa Bang Jeno sekarang berubah jadi robot? Sudah tiga hari kita ga bertemu. Gue pulang, abang berangkat. Gue berangkat, abang berangkat. Abang pulang, gue tidur."

Bibir tipisnya tiada henti mengoceh saat tangannya bergerak lincah mencuci bekas makan yang ia pakai semalam.

Mungkin karena mulai terbiasa di kafe, Beomgyu hanya butuh waktu singkat untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

"Apa Bang Jeno makan dengan benar?" tuturnya sambil menatap piring yang masih basah di tangannya.

***

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang