H-37

578 61 10
                                    

          "Oy! Limji!"

Tskk

Anak berbadan besar itu mendesis tertahan saat namanya dipanggil dengan seenaknya.

"Decak aja lo sudah kaya cicak!" cibir Beomgyu yang baru saja selesai mengeluarkan sepasang baju ganti untuk Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Decak aja lo sudah kaya cicak!" cibir Beomgyu yang baru saja selesai mengeluarkan sepasang baju ganti untuk Jeno.

Hari ini kakaknya itu sudah bisa pulang. Lebih tepatnya Jeno memaksa untuk pulang, dan dokter mengizinkannya setelah perdebatan singkat.

"Tuh, masukin bajunya ke tas."

Puk

Sebuah tas di lempar oleh Beomgyu ke dekat kaki anak yang duduk di dekat rak buku di kamar Jeno. "Lo baca buku beginian?" tanyanya sambil meraih tas yang Beomgyu lempar.

"Orang yang tinggal sebelumnya ninggalin beberapa barang termasuk rak dan buku-buku itu." sahut Beomgyu dari kasur Jeno.

Merasa pertanyaannya sudah terjawab, anak yang Beomgyu sebut Limji itu tak lagi bertanya selagi memasukkan barang-barang yang harus dibawa.

Sreet

"Buruan." ujarnya begitu tas ransel yang biasa Beomgyu pakai sekolah sudah siap membawa pakaian ganti Jeno.

"Sabar kali, gue jadi begini juga karena siapa?" Beomgyu belum terbiasa dengan kruk yang harus ia pakai sementara waktu.

Ini pertama kali dalam hidupnya harus berjalan dengan satu kaki dan hanya bertumpu pada tongkat yang ia apit. Beomgyu sesekali masih harus duduk atau berhenti karena merasa pegal.

Limji memutar bola mata, "Apa gue gendong aja sekalian?" tuturnya yang setengah tangan menggendong ransel.

Beomgyu tertawa jahil, "Sudahlah."

"Lagian cuma terkilir, ga sampai patah." decih Limji.

"Kalau sampai patah, mungkin Bu Lim bakal jadikan lo babu cuma-cuma buat gue seumur hidup, bukan cuma sampai gue lepas ini gip." 

Anak berbadan lebih besar itu mengambil paksa tongkat Beomgyu dan menaikkan Beomgyu ke punggungnya, "Sudah suka ikut campur, lambat, berisik pula."

"Woi, turunin gue!" pekik Beomgyu sambil memukuli bahu Limji yang sama sekali tak terpengaruh.

"Lo aja kali yang pemarah! Mau apapun alasannya, ngamuk di Rumah Sakit itu bukan hal yang benar Jim."

Setelah melawan tak memberikan hasil apapun, Beomgyu memilih pasrah digendong oleh anak yang baru saja kemarin membuatnya celaka.

"Jam Jim Jam Jim, udah lo panggil Limji aja. Cuma orang terdekat gue yang boleh panggil gue Jimmie."

"Bukannya kita bakalan jadi teman dekat? Atau lo lebih suka gue anggap jadi babu aja?"

Langkah Limji yang sudah mencapai tangga mendadak berhenti saat mendengar candaan Beomgyu. "Atau gue lempar lo lagi aja? Biar gue gelindingin lagi di sini?"

HIRAETH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang