"Nggak deh Rin, aku udah punya istri di rumah!"
Alfa mencoba menahan gejolak kelelakian nya, meskipun dalam otaknya seakan ingin menikmati tubuh Karin yang secara cuma cuma disodorkan padanya. Terlebih, tubuh Karin yang terbilang sangat menggoda setiap iman para laki laki.
"Iya, aku tau mas. Kalau mas udah punya istri. Aku cinta sama mas juga udah lama, kita main di belakang istri mas aja. Aku janji deh nggak akan bocorin semuanya. Sumpah!" Karin mencoba menyakinkan Alfa sembari menunjukan huruf V dan tatapanya pun seolah benar benar yakin.
"Tapi.. "
"Nggak harus sekarang, mas kan udah punya nomer ponsel aku. Kapan kapan aja, kalau mas pengen mas bisa hubungin aku." Kembali, Karin menggoda tak pantang menyerah, kemudian Karin mendekat ke telinga Alfa membuat Alfa kaku, "servis aku bagus loh mas, kalau nggak percaya, cobain sekali aja!" Bisiknya sensual, membuat bulu kuduk Alfa berdiri.
Alfa segera memundurkan sedikit tubuhnya, setelah dia sadar. Kemudian dia menatap Karin yang tersenyum miring ke arahnya, "iya, nanti aku kabarin lagi Rin, aku pulang dulu!"
"Iya mas, hati hati di jalan yah!"
Alfa langsung berjalan ke arah mobilnya dan masuk, saat akan menjalankan mobilnya dan melewati Karin, Alfa membunyikan klakson dan langsung berlalu.
Di sepanjang, perjalanan Alfa terus saja menggeleng mengusir setan yang seolah menggodanya untuk menanggapi Karin, namun satu sisi dia menyakinkan dirinya untuk lebih setia pada Ajeng. Ajeng sebenarnya tak kalah cantik dengan Karin, hanya saja tubuhnya lebih berisi Karin dengan bagian tertentu yang lebih menonjol.
Namun selama ini dia sudah merasa puas bermain dengan Ajeng, meskipun saat di ranjang Ajeng memang terkesan hanya pasrah padanya. Namun itu sudah sangat memuaskan nya. Bagian bagian tubuh Ajeng sangat pas di genggamannya.
"Nggak, aku nggak boleh tergoda."
Tak di rasa, Alfa sudah sampai rumah. Diapun segera turun dari mobil dan langsung di hadapkan dengan mamanya yang ternyata tengah menunggunya di teras, dan begitu melihat nya, mama Tia langsung bangkit dari duduknya, dan menghampiri Alfa dengan tak sabaran.
"Gimana adik kamu Al? Dirumah?"
"Nggak ma, Aca belum pulang kayaknya. Rumah masih terkunci soalnya,"
Terlihat wajah mama Tia langsung lemas dan kecawa,"dimana anak itu ya? Kamu udah coba tanya teman temannya?"
"Iya, tadi aku ketemu sama teman aku, katanya tetangganya temen Aca. Nanti deh aku hubungin lagi."
"Kabari mama secepatnya yah Al, mama takut Aca kenapa napa deh!"
"Iya, mama sebaiknya masuk kamar aja, udara malam nggak baik buat mama," Alfa menuntun sang mama untuk masuk ke dalam rumah. Dan di antarkan langsung ke dalam kamar untuk Istirahat, dia takut mamanya kenapa napa, terlebih tubuhnya yang sudah tua rentan penyakit.
Selesai mengantarkan sang mama, Alfa langsung naik ke kamarnya, saat membuka pintu di lihatnya Ajeng yang masih di atas ranjang dan kini menatapnya balik.
"Gimana mas? Acanya udah balik?" Tanya Ajeng sembari mendudukan dirinya di atas ranjang, Alfa menghela nafas dalam. Lalu ikut menyusul istrinya itu di atas ranjang, dengan tampang lesu.
"Nggak ada, Aca belum pulang ke rumah."
"Kamu udah coba hubungi teman temannya?"
"Aku nggak ada nomernya, akupun nggak terlalu kenal sama teman teman dia"
Keduanya terdiam, kemudian Alfa menatap Ajeng dengan dalam. Dari ujung rambut sampai kaki. Pakaian Ajeng begitu sederhana tak pernah menonjolkan sesuatu yang berlebihan, wajahnya putih bersih tampak alami. Namun dia seperti menginginkan sesuatu yang berbeda, dia ingin Ajeng lebih agresif dan menggodanya, atau paling tidak memakai lingerie untuk membuatnya labih bergairah.
Bukan, bukan selama ini dia tidak bergairah pada istrinya itu, hanya saja dia ingin merasakan hal yang lebih.
"Kamu nggak ada lingerie sama sekali sayang?"
Ajeng langsung menatap suaminya itu dengan tatapan heran, tak biasanya suaminya itu menanyakan hal yang seperti itu. Lagipula dengan gaji yang Alfa berikan tentu saja sangat tidak sanggup jika harus membeli lingerie yang menurutnya tak terlalu penting. Dia saja membeli baju jika lebaran saja, itupun hanya berapa ratus ribu saja dan menabung dari uang sisa belanja.
"Nggak ada, uangnya nggak cukup kalau sampai beli begituan," Ajeng menjawab dengan apa adanya.
"Kok gitu? Kamu bisa beli skincare tapi nggak beli baju itu buat nyenengin suami," terlihat wajah Alfa yang berubah menjadi marah.
"Loh mas, kalau aku jelek. Buluk, dan nggak terawat sama sekali apa kamu betah pandang aku? Aku beli skincare juga uang tabungan aku saat dulu belum menikah mas. Uang yang kamu kasih satu juta itu cuma cukup buat makan mas, apalagi ini ada ibu, ibu maunya makanan yang enak enak. Ada dagingnya. Aku uang dari mana mas, mas juga nggak ijinin aku kerja!"
"Kok kamu malah bahas mama juga? Kamu nganggep mama beban? Selama ini sebelum aku nikah sama kamu. Aku yang di rawat mama, di biayain mama Jeng. Nggak seharusnya kamu bahas mama seolah mama itu kayak benalu."
"Loh, aku nggak bahas mama kayak benalu mas, cuma semenjak mama disini dia mau makannya yang enak enak, sedangkan uang yang mas kasih satu juga buat seminggu sekalian sama listriknya itu nggak nyambung banget mas!"
Keduanya malah saling beradu mulut, Ajeng yang mengatakan kebenarannya nampaknya Alfa tak Terima, bahkan malah lebih membela sang mama.
"Kamu nggak pernah bersyukur Jeng, harusnya kamu juga ngerti.. "
Ajeng mencoba menghela nafas meraih kesabaran yang begitu dalam, "aku kurang ngerti apa sih mas? Mas kasih uang bulanan ke Runa lebih banyak daripada aku, mama juga. Aku yang masakin kamu, nyuapin keperluan kamu, kamu kasih pas pas an. Apa aku pernah protes?"
"Udah lah, capek aku ngadepin kamu yang selalu kurang bersyukur, kamu nggak pernah lihat di luar sana yang jauh lebih sengsara daripada kamu? Kamu tinggal di rumah, rawat suami kamu aja sering ngeluh!"
"Yaudah deh mas, kalau mas mau aku pakai lingerie minta uang buat belinya," Ajeng mencoba sabar dan menguji Alfa untuk memberikan uang tambahan agar dia bisa membeli lingerie yang Alfa inginkan, bahkan tangannya sudah di ulurkan untuk menerima uang yang mungkin saja Alfa akan berikan padanya.
"Apaan sih kamu, aku mana ada uang, aku cuma ada buat pegangan beli bengsin sama makan di kantor aja Jeng!"
"Istri sendiri kalau minta aja nggak di kasih, kalau adik sama mama selalu ada. Bahkan nyaris nggak pernah mas tolak karna merasa kasian, tapi aku yang istri kamu sendiri kayak orang lain," Ajeng tersenyum miring meratapi kisah rumah tangganya, seakan miris.
"Jeng kamu tau sendiri kan kalau.. "
"Kalau mama dan adik kamu cuma punya kamu, tanggung jawab kamu, dan kamu adalah pelindungnya. Karna ngegantiin papa?"
----
Versi lengkapnya di KBM APP ya say..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengemis nafkah suamiku.
General FictionAjeng Rahayu, wanita yang bak mengemis nafkah suaminya sendiri, karna, Alfandra, sang suami lebih mengutamakan memberi uang pada mantan istrinya dengan alasan memberi nafkah pada sang anak. di satu sisi saat dia akan bekerja sendiri, suaminya melar...