Setelah pertengkaran dengan Ajeng, Alfa memilih menghindar dan menuju balkon.
Setelah cukup tenang, dia menghubungi Karin untuk menanyakan perihal Aca pada temannya yang Karin kenal.
Baru saja didering pertama, panggilan langsung Karin angkat.
"Gimana Rin? Kamu udah tanyain perihal temen Aca yang katanya tetangga kamu?" Alfa langsung menanyainya tanpa basa basi mengenai yang di janjikan Karin.
"Ah iya mas, tadi udah. Katanya Aca lagi di apartemen milik temannya, besok kita kesana,"
"Tapi kamu tau apartemen nya kan?"
"Iya mas tau, habis kerja ya, kita kesana!"
"Iya Rin, makasih banyak ya Rin,"
"Iya mas,"
"Yaudah, aku tutup dulu.."
"Eh mas, mas lagi sendiri atau sama istri mas? ," Alfa langsung mengernyit begitu Karin menanyakan sesuatu yang menurutnya aneh.
"Lagi sendiri, emang kenapa Rin? Ken.. " baru saja Alfa akan menanyainya tentang itu, tiba tiba dari layar terlihat Karin tengah memintanya untuk videocall an.
Dengan masih bingung, Alfa pun mengangkat panggilan itu, yang ketika melihat itu, mata Alfa langsung melotot, dia reflek menoleh ke belakang, dilihatnya istrinya tengah tertidur sembari membelakangi nya.
"Ngapain kamu pakai lingerie itu Rin?" Alfa bertanya dengan gugup, pasalnya, di balik lingerie itu, dia dapat melihat jelas jika Karin tak mengenakan apapun, dia dan bawahannya pun, hanya celana yang tembus pandang, sangat kentara sekali.
"Aku mau nunjukin sama mas, bagus nggak mas, lingerie nya? Aku baru beli kemaren." Karin meletakkan ponselnya di bantal yang di ganjal belakangnya, lalu dia berpose memperlihatkan lingerie yang dia pakai, bahkan dia sempat merabai tempat tempat sensitif nya sendiri.
Alfa yang melihat itu di buat panas dingin, dia seolah tengah menonton live orang bugil atau lebih tepatnya porno.
"Bagus, tapi.. " belum sempat Alfa menyelesaikan ucapannya, tiba tiba alfa di buat tergugu di tempat saat melihat Karin dengan adegan slomow nya menurunkan tali lingerie, hingga hampir memperlihatkan payudaranya sepenuhnya.
"Mas nungguin apa sih," Karin terkikik geli melihat wajah penuh nafsu yang Alfa perlihatkan.
"Eh," Alfa langsung tersadar, namun kemudian dia mendelik menatap Karin yang masih tertawa seolah mengejek Alfa yang bernafsu tadi,"kamu ini, nakal juga ternyata, jangan aneh aneh Karin!" Peringat Alfa dengan tegas.
"Nakal gimana sih mas? Tapi mas suka kan? Pasti di bawah sana udah tegang kan, ayo ngaku!"
"Apaan sih, nggak ya!"
"Kalau mas pengen, mas bisa langsung ke sini kok, lagipula aku di rumah cuma sendiri, orangtua aku di tangerang, jadi kita bebas lakuin apa aja," goda Karin kembali membuat iman Alfa nyaris goyah, dia menggeleng beberapa kali.
"Nggak Rin, aku udah punya istri. Kalau aku pengen, aku bisa minta sama istri aku!" Alfa berusaha tenang, meskipun matanya sering kali mencuri pandang pada dada berisi Karin yang begitu besar dan montok tercetak jelas, bahkan putingnya pun kelihatan. Membuatnya ingin meremas payudara signal itu.
"Mas yakin?" Dengan berani, kini Karin melepas tali yang melingkar di lehernya hingga membuat lingerie itu luruh sampai ke pinggang, dan Karin langsung menutupi payudaranya dengan tangan.
"Karin.." Tegur Alfa dengan cukup keras, namun Karin malah tertawa.
"Mas beneran nggak mau gini?" Dengan nakalnya, Karin meremas payudaranya sendiri dengan gerakan sensual, bahkan raut wajahnya begitu membuat Alfa bernafsu.
Alfa meringis saat merasakan, miliknya terasa tegang dan begitu ngilu.
"Mas nahan apa sih? Kok kayaknya sakit banget!" Karin mencoba bertanya dengan penasaran, padahal dia tau sendiri Alfa kesakitan karna apa.
Tanpa berkata kata lagi, Alfa mematikan ponselnya, tidak ada pilihan lain. Dia harus meminta pada Ajeng, karna tak mungkin dia kalau ke rumah Karin.
Dengan tergesa Alfa masuk kamar, dan tanpa sadar dengan gerakannya yang terburu buru hingga menutup pintu balkon kamarnya dengan cukup kencang hingga membuat Ajeng terusik.
Saat Ajeng baru saja akan menoleh, dia di kejutkan dengan Alfa yang langsung naik ke ranjang dan menyerbunya dengan ciuman ganas yang membuat nya gelagapan.
"Mas.. " Ajeng mendesis saat dengan bruntal Alfa menggigit bibirnya, dan melakukan usapan usapan yang terkesan tak sabaran.
"Sekarang kamu yang gantian, pegang kendali!"
"Hah?" Ajeng langsung melotot tak percaya dengan apa yang suaminya ucapkan, keduanya memang sudah sama sama naked. Dan Alfapun sudah terbaring di sampingnya.
"Iya, kamu yang ada di atas, gantian kamu yang pegang kendali. Biasanya kan aku!"
Tentu saja Ajeng bingung bercampur malu, dia tak pernah begini sebelumnya. Biasanya dia hanya akan mengikuti alur yang Alfa ciptakan. Dan menurut nya itu sudah cukup.
"Tapi mas, aku nggak bisa. Aku nggak terbiasa!"
"Makanya, biar terbiasa. Latian mulai sekarang. Latian nyenengin suami kamu, masak aku terus yang nyenengin kamu!"
Ajeng di buat kikuk karna permintaan Alfa kali ini, sungguh, ini sangat di luar ekspektasi nya. Karna selain dia orang yang cukup pemalu urusan ranjang, dia pun tak terlalu hyper sampai mengendalikan apa yang Alfa magsud.
"Ayo Jeng, aku udah nggak tahan!" Alfa mendesis sembari meraih tangan Ajeng agar segera naik ke atas tubuhnya.
Ajeng yang awalnya enggan akhirnya nurut pada suaminya, awalnya dia sedikit ragu. Namun berkat arahan dari Alfa, akhirnya dia bisa menikmati percintaan itu meskipun awalnya sedikit kaku dan terasa aneh.
"Ahhhh.. " Alfa mendesis panjang, dengan Ajeng yang ada di atasnya, dipeluknya tubuh istrinya itu dari bawah, dan menyibak rambut Ajeng yang menutupi sebagian tubuhnya karna lepek oleh keringat.
Nafas Ajeng masih ngos ngosan berkat percintaan panas itu, terlebih dia merasa begitu capek.
"Makasih sayang!" Alfa mengecup kening istrinya itu dengan lembut.
"Iya mas!"
-----
Pagi harinya karna kecapean, Ajeng bangun sedikit terlambat, saat dia keluar kamar, dia mencium aroma masakan dari dapur. Dengan cepat, Ajengpun menuju sana.
"Enak banget yah, bangun bangun udah jadi sarapannya," mama Tia menyindir sembari menyiapkan makanan yang memang sudah jadi.
Ajeng merasa kikuk dan sedikit bersalah dengan sindiran mama mertuanya itu, alhasil dia ikut membantu menyuci barang barang yang selesai di gunakan untuk memasak.
"Bangun siang, kalau kamu gini tiap hari, bisa telat suami kamu kerjanya!"
"Biasanya juga bangun pagi ma, cuma tadi malam sedikit sedikit kecapean aja!" Ajeng mencoba membela diri karna merasa jengah juga dengan sikap mama mertuanya yang selalu seakan menyudutkan nya.
"Capek? Kamu emang ngapain? Orang kerjanya cuma tidur main ho kok capek!"
Ajeng bungkam mendengarnya, tak mungkin juga dia menjelaskan jika dia semalam habis melayani suaminya.
"Jadi perempuan itu harus mandiri, kamu belum punya anak aja malas malasan kayak gini, apalagi kalau udah punya, makin malas kamu. Suami kamu nggak ke urus!"
-----
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengemis nafkah suamiku.
General FictionAjeng Rahayu, wanita yang bak mengemis nafkah suaminya sendiri, karna, Alfandra, sang suami lebih mengutamakan memberi uang pada mantan istrinya dengan alasan memberi nafkah pada sang anak. di satu sisi saat dia akan bekerja sendiri, suaminya melar...