Usal Alfa berangkat ke kantor, Aca dan mama Tia langsung masuk ke dalam kamarnya masing masing, untung persiapan menuju klinik aborsi. Sedangkan Ajeng kembali Dirutinitas nya yaitu bersih bersih rumah.
Saat baru saja mengepel, Aca dengan santainya melewati nya hingga menimbulkan kembali bercak kotor yang membuatnya harus kembali mengepelnya. Aca duduk dengan tenang di sofa ruang tengah, tanpa rasa bersalah sedikitpun pada istri kakaknya itu.
Tak lama kemudian, mama Tia menyusul dan ikut menginjak-injak lantai yang masih basah.
"Orang masih mau lewat kok di pel, ya salah kamu sendiri to!" Dengan ketus mama Tia berujar, Ajeng hanya menghela nafas sabar menghadapi keluarga suaminya itu.
Saat mengepel, samar samar Ajeng mendengar mama Tia dan Aca sedang berbincang, tidak terlalu jelas, karna posisi Ajeng sudah begitu jauh. Namun dari percakapan itu terlihat cukup serius. Beberapa kali Ajeng melihat Aca menyatukan alisnya dengan wajah kesal. Hingga tak lama kemudian keduanya keluar, Ajeng tak terlalu ambil pusing, menurutnya Aca dan mama Tia sedang ingin memeriksakan kandungan Aca, hingga membuatnya kembali mengepel lantai hingga selesai.
Disisi lain, Aca langsung menuju mobilnya yang semalam telah di antar orang suruhan kakaknya untuk mengambil di apartemen milik temannya kemaren.
"Jadi temanmu udah nunggu di sana?"
"Iya!"
"Tapi kamu beneran nggak papa kan nanti? Soalnya mama kuatir kalau.. "
"Udah lah ma, mama jangan lebay. Mama terlalu parno karna nontonin film film nggak bermutu itu. Orang cuma Ngegugurin bayi doang, bukan mau ambil ginjal," dengus Aca dengan kesal, pasalnya mamanya tadi terus saja membahas perihal keselamatannya yang dia takutkan akan terancam.
"Iya iya, pokoknya kamu harus hati hati!" Peringat mama Tia untuk yang terakhir kalinya.
Disepanjang jalan mama Tia terus saja berdoa untuk keselematan anak perempuannya itu. Hingga rak di rasa mereka telah sampai di tempat yang di tuju Aca, dilihat dari dalam mobil di teras sudah ada wanita cantik dengan pakaian pendek yang begitu sexy.
Merekapun segera turun, setelah lebih dekat mama Tia baru melihat jika perempuan tadi tengah merokok.
"Udah siap kan? Tinggal nunggu satu pasien lagi. Baru habis itu loe," wanita itu memberi tahu lalu membuang putung rokok dan menginjak nya. Kemudian bangkit dari duduknya, dan Aca hanya mengangguk dan duduk di kursi yang memang di sediakan disana.
Tak lama kemudian pasien terakhir keluar, dengan wajah yang begitu pucat dan lemas, dia terlihat di tuntun seorang pria yang mungkin saja pacarnya.
Mama Tia yang melihat itu menjadi cemas, takut anaknya kenapa napa.
"Ndok, kamu nggak bakal kenapa kan?" Mama Tia memegangi ujung baju Aca yang akan masuk bersama dengan wanita tadi.
"Apaan sih ma, aku gak akan kenapa napa, udah ah lepas," Aca melepas tangan mamanya yang mencengkram ujung bajunya membuatnya risih dan malu pada temannya yang kini menatapnya aneh.
"Iya, tapi janji sama mama kamu nggak akan kenapa napa,"
"Haha mama loe lucu juga, jadi terharu gue," ejek teman Aca dengan wajah gelinya, Aca semakin di buat malu dengan sikap mamanya yang terlampau lebay ini.
"Iya!"
Setelah itu, Aca dan temannya masuk, meninggalkan mamanya dengan cemas, tak lama kemudian ada seorang lagi datang, juga di temani seorang cowok di sisinya. Mama Tia memperhatikan wajah wanita itu yang terlihat begitu muda, bahkan jauh lebih muda dari Aca, terlebih mereka masih mengenakan baju SMA, mama Tia semakin ngeri melihatnya, masih sekolah tapi sudah berani berbuat yang tidak tidak.
Jujur saja, dulu mama Tia begitu mendambakan seorang anak, dia mempunyai Alfa pun butuh beberapa tahun. Sepertinya hampir 3 tahun. Jadi tak pernah ada dibenaknya untuk menggugurkan bayinya sedikitpun.
"Aku takut Ric," suara wanita muda di depannya terdengar begitu pilu dan kuatir, bahkan di nada bicaranya saja terdengar begitu bergetar.
"Udah, nggak akan kenapa napa sama kamu, orang cuma di ambil aja janinnya, nggak papa. Loe mau keluarga kita malu?" Pria di samping nya terlihat tegas, tak ada kelembutan sedikitpun dalam berbicara, "lagipula, loe mau di usir dari rumah? Loe udah di kasih makan sama tempat tinggal sama papa loe aja udah sukur kan? Nanti kalau mereka tau loe hamil, aku yakin pasti loe langsung di tendang dari rumah!"
Mata wanita yang tengah mengandung itu terlihat berkaca kaca sembari menunduk dalam, membuat mama Tia di buat iba melihatnya, namun dia tak terlalu ambil pusing. Yang terpenting sekarang adalah Aca nya yang tidak apa apa. Persetan dengan urusan orang lain.
Baru saja akan melihat ke arah pintu menunggu sang anak, tiba tiba saja sebuah mobil datang, mobilnya begitu mewah. Pasti mahal, tak lama kemudian turun seorang wanita dewasa. Umurnya sepertinya sepantaran dengan Aca, atau lebih tua sedikit. Karna dari make up yang begitu kentara, dan dengan pakaian yang begitu berani. Terlihat sexy. Bahkan pria yang tadi berseragam SMA sampai melongo melihat nya.
Anehnya, saat wanita itu telah turun, dia sedikit berbincang pada sorang yang menyetir, mama Tia melihat nya agak samar, namun dia bisa memastikan jika orang yang di ajak bicara wanita itu adalah seorang pria yang terlihat cukup berumur. Malahan dia bisa menebak jika umur pria itu seumuran dengannya.
Setelah berbincang singkat, mobil itu melaju. Kemudian wanita itu berjalan menghampiri tempatnya, dan langsung duduk di tempat yang kosong. Dari wajahnya tak ada rasa takut sedikitpun, bahkan yang membuatnya lebih heran lagi adalah, saat baru saja meletakkan pantatnya pada kursi, wanita itu terlihat mengeluarkan sebatang rokok beserta koreknya, lalu menyulutnya dan menghisapnya dengan begitu dalam.
"Loe mau?" Tawar wanita yang terlihat nakal itu pada pria SMA tadi.
Dengan cepat di pria SMA itu mengangguk, dan tak lama kemudian sebuah rokok telah sampai ditangannya dengan api yang sudah menyala.
Keduanya terlihat begitu menikmati setiap hisapan dari tambakau itu, bahkan dengan tak ada rasa bersalahnya sama sekali, si wanita menghembuskan asap rokok ke udara begitu banyak, hingga membuat mama Tia yang memang berada di dekatnya persis langsung terbatuk batuk, membuat si wanita nakal itu mengernyit heran.
"Nenek nenek kok disini? Mau gugurin kandungan juga? Hebat juga sudah tua tapi masih bisa hamil!"
Hampir saja mama Tia mendelik di katai nenek nenek oleh wanita itu, namun baru saja mulutnya akan membuka pintu terlebih dulu terbuka dan Aca terlihat setelahnya, bersama dengan temannya tadi.
Mama Tia reflek langsung bangkit, dan membantu Aca yang terlihat lemas dan pucat, seperti wanita yang keluar dilihatnya tadi pertama kali.
"Ca, nduk. Kamu nggak papa kan?" Mama Tia terlihat cemas, bahkan beberapa kali mengusap punggung anaknya itu dengan tak sabaran mendengar ucapan anaknya yang terlihat begitu ingin memejamkan matanya.
"Dia nggak papa kok tan, cuma efek keluar nya bayi itu, nanti juga sembuh. Lebih baik kalian segera pulang aja!" Teman Aca mencoba menenangkan mama Tia yang terlihat begitu cemas.
"Tapi, yang nyetir mobil nanti siapa? Saya nggak bisa nak," mama Tia membalas ucapan teman Aca setelah mereka hampir sampai dalam mobil.
"Aku bisa kok ma, mama Jangan berisik deh!" Sentak Aca pada akhirnya. Kemudian dia menatap temannya yang telah melepaskan tangannya daat membawa tubuhnya tadi.
"Thanks ya Ran, gue balik dulu!"
"Iya Ca, hati hati!"
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengemis nafkah suamiku.
General FictionAjeng Rahayu, wanita yang bak mengemis nafkah suaminya sendiri, karna, Alfandra, sang suami lebih mengutamakan memberi uang pada mantan istrinya dengan alasan memberi nafkah pada sang anak. di satu sisi saat dia akan bekerja sendiri, suaminya melar...