Mama Tia mengernyit begitu melihat Ajeng berbincang bersama seorang pemuda yang cukup tampan dengan pakaian kantor yang cukup rapi.
Memang, setelah perdebatan nya tadi dengan Ajeng, dia memutuskan untuk melihat ke kamar Aca untuk melihat kondisi anaknya itu yang ternyata sudah agak membaik, bahkan sudah berjalan dengan santai.
Setelahnya saat dia akan ke ruang tengah samar dia mendengar Ajeng berbincang dengan seseorang di depan rumah. Dia yang kepo pun keluar dan mendapati Ajeng berbincang dengan seorang pria.
"Siapa pria itu, sepertinya kaya," gumam mama Tia yang masih mengumpet di balik pintu.
"Ngapain sih ma,"
Mendengar suara itu, mama Tia langsung menoleh, dan mendapati Aca yang berjalan ke arahnya.
"Itu, Ajeng lagi bicara sama siapa?"
Aca langsung ikut menyembulkan kepalanya dan melihat apa yang mamanya ucapkan, seketika mata Aca langsung berbinar melihat wajah pria yang sedang berbincang dengan iparnya itu.
"Ganteng banget, itu siapa ma?" Aca saking hanyut dalam rasa kagumnya malah balik bertanya pada sang mama.
"Ck, kamu ini. Mama kan yang nanya. Mama juga nggak tau, mereka kayaknya akrab. Apa dia teman Ajeng?"
"Loh, Ca!" mama Tia terkejut karna tiba tiba saja Aca malah berjalan ke arah Ajeng dan juga pria tadi.
"Dia siapa mbak?"
Ajeng yang mendengar suara Aca langsung menoleh, dan terkejut ketika melihat mama mertuanya juga ikut berjalan menyusul. Dia takut jika pertemuan nya dengan Diro nanti di laporkan pada Alfa.
"Mbak!" pekik Aca dengan nada kesal karna Ajeng bukanya merespon ucapan nya malah asik melamun.
"Eh iya, ini Diro temen aku Ca, dan ini Aca adik dari suami aku Ro," Ajeng memperkenalkan keduanya.
Keduanya pun saling berjabat tangan untuk berkenalan.
"Oiya Ca, kondisi kamu udah membaik?" tanya Ajeng karna melihat Aca yang sepertinya sudah sedikit lebih segar dan tidak pucat lagi.
Aca mendengus, dalam hati malam jika harus menghadapi iparnya itu, namun berhubung ada Diro, akhirnya Aca membalas dengan ramah.
"Iya mbak, udah agak enakan!"
Aca beralih pada Diro yang hanya menyimak,"oiya, kamu kerja dimana kayaknya juga kerja di kantoran," Aca mencoba mencari perhatian dengan Diro dengan cara basa basi.
"Aku kerja di Kyler Grup."
"Wahhh!! Perusahaan itu terkenal banget loh, banyak temen aku juga yang kerja di sana!" Aca terlihat begitu heboh dan antusias, sedangkan Diro hanya menanggapi seadanya, itupun karna menghargai Ajeng. Jika saja tidak ada Ajeng, dia malas menghadapi orang yang sok asik.
"Yaudah, aku pergi dulu ya. Udah jam segini," pamit Diro sembari melihat jam di tangan nya.
"Oh iya, hati hati Diro," bukan Ajeng yang membalas, malah Aca yang terlihat begitu semangat. Membuat Dero tersenyum kikuk.
"Yaudah Jeng, aku pergi dulu ya," pada akhirnya, Diro memperjelas pamitnya untuk Ajeng, membuat Ajeng mengangguk dengan singkat, ucapan Diro itu. Sedangkan Aca mendengus keras karna kesal.
Setelahnya, Diro pun masuk ke dalam mobil, dan berlalu meninggalkan ketiga orang itu.
"Jangan aneh aneh ya mbak. Jangan sok akrab sama pria lain. Nanti kak Alfa bisa marah." peringat Aca dengan serius, sedangkan mama Tia diam diam memikirkan cara untuk membuat Alfa salah faham, agar nantinya Alfa dan Karin bisa dekat. Impian memiliki menantu kaya akan segera terlaksana.
"Nggak Ca, dia cuma teman satu komplek aja kok. Aku juga tau kalau aku udah punya mas Alfa. Nggak mungkin juga aneh aneh."
"Awas aja!" dengus Aca untuk yang terakhir kalinya. Lalu pergi meninggalkan Ajeng yang masih harus menyelesaikan pekerjaan nya. Menyiram bunga. Sedangkan mama Tia hanya mengekor di belakang.
"Heh Ndok, mama punya rencana bagus!" mama Tia menghentikan langkah Aca ketika sudah berada di dalam rumah, seketika Aca menghentikan langkah kakinya saat mamanya itu berbicara.
"Rencana apa ma?"
"Kamu tau Karin kan?"
Aca terdiam sejenak, mengingat nama yang sepertinya tak asing baginya. Hingga ketika dia mengingat orang yang bernama Karin itu adalah teman kakaknya, dia langsung mengangguk.
"Emang kenapa ma?"
"Itu orang, suka sama kakak kamu. Dia kan orangnya kaya. Cantik, fashionable juga. Kamu suka kan sama ipar yang bisa di ajak jalan jalan tapi nggak ngurangin duit kamu? Dia adalah orang yang tepat!" mama Tia berbicara dengan semangat.
Aca kembali terdiam memikirkan ucapan mamanya itu, memang dia suka sekali jika memiliki ipar yang begitu royal, sedangkan Ajeng. Dia saja makan masih di ketek kakaknya, mana bisa dia di traktir. Tapi.. Jika dia ikut mendukung Alfa dengan Karin, bisa bisa Ajeng dengan Diro. Tidak! Aca tidak akan rela jika Diro harus bersama dengan Ajeng. Dia sudah menyukai Diro di pandangan pertama.
"Ah nggak ah ma, kan Ajeng juga kata mama udah kerja. Jualan live. Nanti dia juga banyak uang. dan nggak numpang hidup doang sama kak Alfa" Aca mencoba mencari alasan yang tepat. Namun hal itu membuat mama Tia langsung berfikir yang aneh aneh, dia merasa Aca menyembunyikan n sesuatu, biasanya, anaknya itu selalu mendukung ucapan nya terlebih, ini masalah uang. Dan kenikmatan.
"Nggak biasanya kamu gini? Kamu kenapa?" mama Tia menatap Aca dengan tatapan menuding. "Kok kamu kayak bela Ajeng sih. Kamu udah nerima dia sebagai ipar kamu?" lanjutnya kemudian.
Aca gelagapan di buatnya, "hah? Nggaklah. Mama bicara apa sih!"
"La iya. Nggak biasanya kamu malah kayak bela Ajeng. Ada apa?"
Aca menghela nafas dalam, lalu memilih untuk jujur daripada menghadapi mamanya yang rempong ini, "aku suka sama Diro, jadi kalau kak Alfa memutuskan buat sama Karin, bisa bisa Ajeng sama Diro dong. Aku nggak mau." tolak nya dengan keras.
Mama Tia menghela nafas mendengar alasan sang anak, jika sudah begini sedikit sulit, namun dia tak akan menyerah. Dia akan berusaha memisahkan Alfa dengan Ajeng agar Alfa bisa bersama dengan Karin.
------
Ajeng kembali bekerja seperti biasanya, yaitu jualan live. Beberapa kali mama mertua dan adik iparnya menoleh ke arahnya saat entah akan ke dapur atau ke ruang TV. Keduanya menikmati hidup dengan begitu santai.
"Sudah dulu ya, besok kita ketemu lagi, Terima kasih yang tadi udah order. See you next time," Ajeng mengakhiri aksi jualannya dengan ramah, yang langsung di sambut ketidak relaan para penonton dan pembeli.
Setelah live, Ajeng segera membereskan barang barangnya dan mengembalikan semuanya di gudang. Dan langsung kembali ke kamar tidurnya. Semenjak ada mamanya dan iparnya di rumah ini, serasa dia tak nyaman berada di rumahnya sendiri. Padahal rumah ini adalah rumahnya bersama dengan Alfa. Namun dia harus sabar dan mengalah.
Baru saja dia mengunci pintu, ponsel di tangannya berdering, dia pun melihat sang penelfon dan mendapati nama Diro yang ada di sana. Ajeng langsung mengangkat nya.
"Kenapa Ro?"
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengemis nafkah suamiku.
General FictionAjeng Rahayu, wanita yang bak mengemis nafkah suaminya sendiri, karna, Alfandra, sang suami lebih mengutamakan memberi uang pada mantan istrinya dengan alasan memberi nafkah pada sang anak. di satu sisi saat dia akan bekerja sendiri, suaminya melar...