-----
Ajeng segera masuk ke dalam kamarnya setelah memberikan minuman jahe anget pada mertuanya, dan kopi pada suaminya. Dia tak ingin tau apa obrolan keduanya. Lebih baik mengistirahatkan tubuhnya agar besok lebih fresh dan berharap besok bisa menarik pembali banyak saat live.
Namun baru saja memejamkan matanya, Alfa terlihat masuk kedalam kamar dan terdengar pula pintu di kunci dari dalam. Memang setiap malam ada orang maupun tidak, Alfa memang menyuruh mengunci pintu kamar saat akan tidur.
"Udah tidur sayang?" Tanya Alfa seraya naik ke atas ranjang, Ajeng yang matanya sudah tinggal 10% hanya bergumam, membuat Alfa mendesah, lalu masuk kedalam kamar mandi.
Ajeng jelas tau keinginan suaminya itu, bukan hendak menolak, namun jujur saja dia cukup lelah hari ini. Tadi ini dia live hampir 5 jam, dan mulutnya juga rasanya sudah kebas. Dia berharap suaminya itu mengerti, Ajeng kerja juga untuk menutup kekurangan uang bulanan yang suaminya itu berikan.
------
Pagi harinya, Ajeng bangun seperti biasanya, dan langsung masak untuk orang rumah, termasuk mertuanya itu. Saat akan ke dapur dia melewati kamar mertuanya itu masih tertutup, mungkin masih tidur.
Setelah semua makanannya sudah hampir jadi, terdengar suara langkah kaki yang mendekat, Ajengpun menoleh dan mendapati wajah mertuanya itu yang menatap menu makanan di meja sambil mengernyit heran.
"Kamu cuma masak kangkung, sambal sama ikan lele doang?" Mama Tia bertanya dengan nada yang Ajeng dengar seperti mengejek, namun Ajeng berusaha bersikap sedotan mungkin.
Ajeng yang selesai membersihkan alat alat masaknya menghampiri mertuanya yang duduk dengan masih menatap makanan di meja itu.
"Iya ma, memang uang yang mas Al kasih cuma bisa masak seadaanya,"
"Kamu emang di kasih suami kamu berapa sih? Banyak kan? Kenapa kamu nggak masakin anak saya makanan yang layak, ini kamu masakin kangkung memangnya anak saya kelinci?"
"Satu bulan mas Alfa cuma kasih satu juga perbulan ma, itu juga sama listrik juga. Jadi emang ini yang bisa Ajeng masak. Lagipula mas Al juga nerima nerima aja kok ma," Ajeng mencoba menjelaskan dengan sabar meskipun dalam hati kesal bukan main.
"Kalau anak saya kasih uang cuma segitu harusnya kamu sadar diri, kamu harus ikut kerja. Jangan cuma ngandelin uang dari suami kamu aja dong, nggak kasian apa suami kamu. Udah capek capek kerja, makananya nggak ada gizinya sama sekali gini," mama Tia terus saja mengomel dengan nada yang cukup sarkas.
"Mas Al sendiri yang ngelarang aku buat kerja juga ma,"
"Ya gimana caranya, agar kamu bisa kerja tanpa Alfa tau dong, kamunya aja yang bodoh. Atau? Malah malas? Maunya cuma minta aja, nggak mau bantu,"
"Udah ma, aku mah bangunin mas Alfa dulu, nanti takut kesiangan."
Tanpa mendengarkan balasan dari sang mertua, Ajeng bergegas pergi. Jika lama lama dekat dengan mertuanya bisa jadi dia ikutan gila dan darah tinggi.
Sampai di kamar, Alfa masih saja molor. Seperti biasa Ajengpun membangunkanya.
Kali ini saat Alfa mandi, Ajeng lebih memilih menunggu Alfa untuk bersama keluar, dia tak ingin menengar ocehan mamanya yang pedas itu, bukanya dia lemah. Hanya saja mama mertuanya itu mampu bersilat lidah dan membalikkan fakta, dan merasa menang sendiri, jadi Ajeng malas menanggapinya.
"Loh kok belum keluar tumben?" Alfa yang baru saja selesai mandi langsung menatap Ajeng heran karna tak biasanya istrinya itu menunggunya untuk keluar bersama.
"Nggak papa, pengen aja!"
"Kenapa? Karna ada mama?" Tebakan Alfa memang benar, namun Ajeng tak langsung mengangguk hanya diam saja.
"Kami itu harusnya malah deket deket sama mama terus biar mama lebih akrab sama kamu. Sebenarnya mama baik kok, cuma mungkin kamu aja yang kurang deket jadi kayak mama itu kurang suka. Padahal dia sayang sama kamu,"
Ajeng yang mendengar itu langsung menatap suaminya yang tengah menyisir rambut itu dengan bayangan dari cermin.
"Mama emang cerita gimana sama kamu?" Pancing Ajeng, ingin mengorek, fitnah apalagi yang mama mertuanya itu katakan pada suaminya itu.
"Ya mama cuma bilang kalau kalian cuma kurang tegur sapa aja, sebenarnya kalau kamu baik ke mama, mama juga baik kok ke kamu,"
Sontak saja Ajeng ingin tertawa mendengarnya, "kamu berarti nyimpulin kalau aku nggak baik sama mama mas? Mas pernah lihat aku bentak bentak mama atau berberilaku kasar?"
Alfa yang selesai menatap rambut langsung bangkit dari duduknya dan berbalik menatap istrinya itu"ya nggak juga sih setauku, tapi kalian kelihatan kurang deket. padahal dulu saat kita masih pacaran, kamu kan lumayan deket sama mama, kenapa sekrang agak menjauh?"
Memang, dulu sebelum menikah, Ajeng cukup akrab dengan mertuanya. Itu karna Ajeng tak tau sifat asli mertuanya itu, Ajeng menyimpulkan jika mama Tia baik padanya karna sesuatu, dia tau jika Ajeng dari keluarga berada daripada dia, mungkin dia berharap jika nanti Ajeng akan mendapat harta dari orang tuanya karna memang Ajeng anak satu satunya di keluarga nya itu.
Namun takdir berkata lain, karna Ajeng yang ngotot ingin menikah dengan Alfa membuatnya harus terusir dari rumah dan mendapatkan kebencian dari seluruh keluarganya.
Ajeng menghela nafas mengingat itu, jika dia tau akan berakhir seperti ini, dia akan menuruti keinginan ayahnya untuk tak menikah dengan Alfa dan pindah kuliah di London. Namun karna dulu dia begitu bucinnya dengan Alfa membuatnya kalap dan malah memilih meninggalkan orang tuanya itu. Atau memang hidupnya begini karna doa orang tuanya yang memang tak merestui nya.
"Heh, kok malah melamun," Alfa menegur sembari menepuk bahu istrinya itu.
"Hah, nggak. Udah selesai?" Ajeng ikut bangkit ketika melihat suaminya itu sudah rapi, namun hanya tingal merapikan satu barang. Yaitu dasi. Suaminya itu paling tidak suka atau lebih tepatnya tidak bisa memakai dasi. Hingga setiap pagi, Ajeng lah yang memakaikan nya.
Setelah merapikan penampilan suaminya itu, Ajeng dan Alfa bersama keluar dari kamar, menuju dapur. Dilihatnya sang mama mertua yang asik memainkan ponsel dan duduk di meja makan.
Begitu melihat kedua orang itu datang, mama Tia langsung menatap keduanya dengan tatapan malas, lebih tepatnya pada Ajeng.
"Lama banget, ngapain aja sih?"
"Lama gimana sih ma, emang siap siap dulu. Ya agak lama lah," Alfa menyaut ucapan mamanya itu sembari duduk di kursinya.
"Kamu sering di buatin sarapan ginian sama istri kamu?" Mama Tia bertanya saat Ajeng tengah menyiapkan sarapan untuk Alfa.
"Ya nggak selalu sih,tiap hari juga menu nya beda beda, emangnya kenapa ma?"
"Makanan hewan gini kok di kasih ke kamu, nggak punya sopannya sama sekali!"
-----
Tbc..
Kalian bisa langsung cuss ke KBM kalau mau lihat kelanjutan kisah mereka.
Udah bab 16.🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengemis nafkah suamiku.
Fiksi UmumAjeng Rahayu, wanita yang bak mengemis nafkah suaminya sendiri, karna, Alfandra, sang suami lebih mengutamakan memberi uang pada mantan istrinya dengan alasan memberi nafkah pada sang anak. di satu sisi saat dia akan bekerja sendiri, suaminya melar...