bab 25

184 8 1
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Genap setahun sudah Ajeng telah sukses bekerja bersama Diro, dan tabungannya semakin banyak.

Dia tak menghamburkan, tidak juga membeli make up. Karna tak ingin membuat suaminya curiga, dia hanya membeli pembersih agar wajahnya tak kusam, karna memang dia tak pernah berjerawat jadi tak perlu make up pun dia sudah begitu cantik.

"Kayaknya uangmu banyak ya? Di kasih jatah sejuta sama Alfa bisa buat belanja enak enak, dan nggak kekurangan sama sekali," sindir mama Tia ketika dia membantu Ajeng memasak untuk makan malam.

Dia benar benar membantu Ajeng agar tak ketahuan Alfa, namun dia pun tak tau jika uang gaji yang ajang dapatkan banyak, setahunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari, itupun sudah membuatnya senang karna makanan enak setiap hari, namun jatah bulanan yang Alfa berikan tak bertambah.

"Alhamdulillah ma, bisa buat beli kebutuhan dapur," Ajeng menjawab seadanya, bukanya dia pelit tak mau memberikan uang pada mertuanya, hanya saja dia ingin membeli tabungan sendiri jika sewaktu waktu ada kebutuhan mendesak.

"Sukur deh, nggak nyusahin anak saya lagi. Palingan juga gaji kamu sejuta juga perbulan."

Tak lama kemudian suara mobil Aca dan Alfa datang hampir bersamaan, yang begitu masuk langsung di sambut oleh mama Tia.

"Loh Karin ikut kesini juga," mama Tia langsung memeluk Karin yang memang sekarang sering bermain ke rumah mereka.

"Iya ma," sekarang Karin sudah tak sungkan memanggil mama Tia dengan sebutan mama, karna mama Tia itu sendiri yang menyuruhnya dan memaksanya.

"Ayo makan dulu, kebetulan mama udah selesai masak," mama Tia menuntun Karin menuju meja makan, sedangkan Alfa dan Aca lebih dulu masuk kamar untuk meletakkan tas dan juga melepas sepatunya.

"Ajeng, siapin makanannya ya, Karin mau ikutan makan malam juga," Ajeng yang tengah membersihkan alat alat yang tadi dia pakai untuk memasak sontak saja menoleh, dan mendapati Karin yang berjalan bersama mamanya.

"Eh mbak Ajeng, mau saya bantuin?" Tawar Karin basa basi, dan hendak menuju Ajeng, namun tangannya lebih dulu di tahan oleh mama Tia.

"Eh nggak usah, itu emang pekerjaan dia. Kamu duduk aja," mama Tia mendudukkan Karin di salah satu kursi yang ada di ruang makan, Karin pun hanya bisa pasrah dan menurut karna memang itu yang dia mau kan.

Selesai menyuci, Ajeng menyiapkan makanan dan dia taruh di atas meja, setelah semuanya selesai bertepatan dengan Aca dan Alfa yang juga masuk ke dalam dapur.

"Untung ada gunanya numpang sekalian jadi pembantu, dan makanannya enak," mulut Aca memang selalu tak bisa dikontrol sedikitpun. Asal bicara, dan seluruh rumah tak ada yang menegur, termasuk suami Ajeng sendiri. Suaminya itu memilih diam seolah membenarkan ucapan sang adik, membuat kadang Ajeng merasa memang dirumah ini seperti pembantu.

Namun juga pelacur di atas ranjang suaminya juga, dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan makan dan seluruh rumah, namun Sejauh ini Ajeng sabar, dan mampu bertahan.

"Eh maaf mas ada nasi," Karin tanpa sungkan mengambil sebutir nasi di sudut bibir Alfa di depan semua orang.

Aca cuek, sedangkan mama Tia sudah tersenyum bangga lalu melirik Ajeng dengan sinis, dan Alfa hanya terpaku menatap Karin sesaat lalu berdehem karna malah salah fokus pada bibir ranum wanita didepannya itu.

"Makasih Karin,"

Ajeng memegang erat sendok di tangannya, matanya memerah karna merasakan hatinya begitu sakit saat tak ada penolakan dari suaminya itu, dia semakin hari semakin tau jika Karin menyukai suaminya itu, dan yang lebih membuat hatinya sakit adalah mama mertuanya seolah mendukung Karin.

"Kamu nggak langsung pulang kan Rin? Disini dulu, belum terlalu malam juga. Ngobrol dulu sama mama," kata mama Tia begitu acara makan sudah selesai.

Disana tinggal ada alfa, mama Tia dan Karin. Sedangkan Aca sudah masuk ke kamar, dan Ajeng sedang mencuci piring, namun karna jaraknya yang tidak terlalu jauh, dia bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

"Nggak kok ma, Karin juga masih mau disini," senyum Karin sembari melirik Alfa yang juga meliriknya penuh arti.

"Oh, ada yang masih kangen to," goda mama Tia membuat Karin tertawa, sedangkan Alfa langsung mengalihkan pandangan dan memainkan ponselnya.

Ketiganya langsung berjalan menuju ruang tengah untuk berbincang tak lupa mama Tia membawa cemilan terlebih dahulu dari dalam kulkas untuk menemani nonton filmnya bersama anaknya dan juga Karin.

Sedangkan Ajeng yang tak di ajak memilih untuk langsung ke kamarnya menunggu Alfa selesai urusannya bersama Karin dan juga mamanya.

"Gimana hubungan kalian?" Tanya mama Tia begitu ketiganya sudah duduk di depan TV yang menyala.

"Apaan sih ma, hubungan apa? Aku sama mas Alfa kan cuma teman!" Karin tersenyum sembari melirik Alfa yang sok sibuk dengan memainkan ponselnya, namun dia tau jika diam diam Alfa sebenarnya mendengarkan pembicaraan mereka.

"Alah nggak usah bohong, mama udah tau kalau kalian makin deket," mama Tia gencar menyudutkan Karin membuat Karin akhirnya tertawa.

"Iya deket ma, do'ain aja mas Alfa semakin luluh dan mau sama aku,"

Alfa langsung menatap Karin dengan malas, lalu kembali memainkan ponselnya, mencoba menutup pendengaranya mengenai perkataan perkataan dia wanita itu.

Akhirnya mereka berbicang cukup lama hingga mampir jam 9 malam, dan Alfa mengantarkan Karin untuk pulang ke rumahnya.

Memang semenjak kedekatan mereka, Karin tak pernah pergi ke kantor membawa mobilnya sendiri karna ada Alfa yang selalu menjemputnya, awalnya memang hanya suruhan sang mama, namun lama kelamaan Alfa terbiasa dan nyaman untuk mengantar dan menjemput wanita sexy itu.

"Makasih makanan dan sambutan ramahnya mama,"

"Kamu ini, kayak sama siapa aja. Kan bentar lagi akan jadi menantu mama juga." Goda mama Tia membuat Karin tersenyum penuh arti, bahagia.

Sedangkan Alfa sudah berjalan mendahului karna ingin mengambil mobilnya.

Setelah berpamitan dan masuk ke dalam mobil, Karin dengan iseng meraba bagian sensitif Alfa dengan berani, bahkan mereka belum keluar komplek perumahan.

"Rin," tegur Alfa membuat Karin tertawa, dan melepaskan elusannya pada benda pusaka milik pria itu.

Namun tak sampai di situ, Karin malah dengan berani membawa salah satu tangan Alfa untuk dia masukkan kedalam belahan kemejanya lalu dia relaskan dengan kencang, membuat Alfa terjengkit dan hampir salah fokus karna saking terkejutnya dengan aksi berani wanita disamping nya itu.

"Ahhhh.." Desah Karin dengan ulahnya sendiri karna tangan Alfa, lalu dengan binalnya dia memasukkan tangannya sendiri ke dalam mulutnya dengan sensual dan mengeluarkan suara suara desahan yang membuat Alfa semakin panik.

"Karin, jangan aneh aneh kamu!"

-----

Cuss lanjut ke KBM, di sana udah lengkap ceritanya 😚

Mengemis nafkah suamiku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang