tujuh 🐣

147 51 8
                                    

"Senyum lo serem bum" senja menyentuh pipi buma.

"Sorry ya, gue ngobrol kelamaan, ayo gue anter pulang" buma menggenggam tangan senja dan masuk kemobilnya.

Senja hanya diam menurut.

Buma menjalankan mobilnya. Dia mengenggam tangan senja dengan erat bahkan sangat erat sampai senja menahan sakit.

"Gue sayang sama lo nja" ucap buma tiba tiba.

Senja menoleh. Dia merasa bersalah karena membuat buma diomeli seperti tadi oleh papanya karena dirinya.

"Pipi lo merah" ujar senja.

Buma terkekeh. "Efek salting megang tangan lo"

"Kok bisa si dia ketawa gitu" inner senja.

"Gue ga niat nguping, tapi suara lo kedenger sampe luar" celetuk senja tak enak.

"Kenapa? Itu bukan rahasia" ucap buma tertawa pelan.

"Sakit ya bum" senja mengulur tangannya mengusap pipi buma.

"Lo pegang langsung sembuh" ujar buma.

"Bercanda mulu si, gue serius juga" kesal senja.

"Gue juga serius by" buma mengecup tangan senja.

Senja jengkel, dia menarik dan melipat tangannya. Buma sama sekali tidak bisa diajak serius.

"Lo laper ga?" tanya buma mencoba mengalihkan perhatian senja.

"Engga, gue mau cepet cepet pulang" ujar senja memejamkan matanya.

Buma mengangguk dan mempercepat laju mobilnya. Tidak, dia sama sekali tidak merasa sakit, hanya saja dadanya terasa sesak hingga dia sedikit sulit untuk bernafas.

"Mama, buma cape" inner buma.

Tidak sampai 5 menit buma sudah ada diparkiran apartemen senja.

"By udah sampe" ucap buma melirik senja, namun gadis itu sudah keluar dan berjalan mendahului.

"Kapan turunnya tuh bocah" gumam buma buru buru menyusul senja.

"Cepet banget turunnya, nembus ya lo" celetuk buma saat disamping senja.

"Emang gue apa bisa nembus pintu mobil" malas senja, dia membuka pintu apartnya dan masuk kedalam diikuti buma.

Senja membawa buma kelantai atas.

"Duduk dulu situ, jan kemana mana" titah senja.

Buma duduk disofa yang tersedia disana, ini seperti ruang keluarga, dibawah ada ruang tengah.

"Cakep juga nih model apartemennya, ngambil satu boleh lah ni" ucap buma melihat lantai dua yang tidak begitu besar, tapi enak untuk bersantai.

Senja keluar kamarnya dengan rambut cepol asal. Dirinya turun kebawah dan naik dengan membawa p3k dan minum ditangannya.

Senja duduk disamping buma.

Buma memperhatikan setiap gerakan senja.

Senja mengambil kompresannya.

"Uuww" buma sedikit terkejut saat kompresan itu menyentuh pipinya.

"Sakit ya" ucap senja sedikit meringis.

Buma menggeleng.

"Ga lebih sakit dari ini" buma menunjuk dada kirinya.

Senja tersenyum.

"Gue ngerti" ujar senja mengangguk.

"Nafas gue juga sesek gara gara ini" ujar buma mengusap dadanya.

Senja menatap kasihan buma.

|| Study For You || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang