Chapter 3: That Boy, Exploring

24 7 0
                                    

"Kakak, apa yang sedang Kakak lakukan?" tanya Daniel kecil ketika melihat kakak perempuannya sedang berlutut di sebuah tanah kosong di tengah-tengah daerah perumahan yang ditumbuhi banyak rumput liar.

Daniel yang masih mengenakan seragam putih-merah itu berjalan mendekati kakaknya. Beberapa teman Daniel juga ikut mengikuti Daniel karena penasaran, melihat kenapa seorang anak SMP duduk sendirian di antara rerumputan lebat yang dipenuhi nyamuk dan serangga.

Ketika jarak mereka sudah cukup dekat, Daniel dapat melihat kalau di depan lutut kakaknya, ada sebuah lubang yang di dalamnya berbaring bangkai seekor kucing liar yang setengah dari tubuhnya sudah membusuk. Daniel terkejut sekaligus jijik melihat pemandangan itu.

"Kasihan, sudah lama mati tapi tak ada yang mau menguburnya," gumam kakak perempuan Daniel tanpa menolehkan kepalanya.

Teman-teman Daniel mulai berteriak. "Ih, jijik!" seru mereka. Beberapa dari mereka tampak ingin muntah, lalu ada yang mulai mengambil batu dan lumpur dari tanah yang mereka injak.

"Kakak Daniel menjijikkan! Daniel menjijikkan!"

Mereka mulai menyoraki dan meledek Daniel sambil melempari kakak-adik itu dengan batu dan lumpur. "Hentikan!" pinta Daniel sambil berusaha berdiri melindungi kakaknya. Akan tetapi, meski mencoba berdiri menghalangi kakaknya, kakaknya itu tetap terkena kotoran-kotoran yang dilemparkan oleh teman-teman Daniel.

Setelah beberapa lama, anak-anak itu meninggalkan mereka berdua. Daniel terdiam dan menunduk, merasa kesal dan marah karena dilempari dan diejek seperti itu.

"Kenapa Kakak tidak berkata apa-apa?" tanya Daniel geram. Tangannya terkepal kuat dan gemetar.

Kakak Daniel pun bangkit berdiri, lalu melangkah maju untuk mencoba memeluk Daniel. "Maaf," ucapnya pelan.

Daniel langsung mendorong kakaknya itu dengan keras. "Karena itulah Kakak tidak punya teman! Jangan pernah mendekatiku lagi! Aku benci Kakak!"

Daniel pun berlari kencang menuju rumahnya tanpa menoleh kembali.

#

Daniel terbangun dari tidurnya karena suara yang sama seperti kemarin. Dia melirik Vera yang berjalan tanpa suara menuju dok. Wanita itu masih belum berbicara dengannya sejak terakhir kali di dalam perahu. Tampaknya, dia juga jarang berinteraksi dengan Master.

Pemandangan potongan tubuh manusia yang kemarin dilihat oleh Daniel masih menghantui pikirannya. Mungkin karena itulah dia juga teringat kenangan masa lalu yang sangat ingin dia lupakan.

"Vera," panggil Daniel sebelum wanita itu selesai melepaskan tali tambatan perahu. Wanita itu tidak menghentikan apa yang sedang dikerjakannya walau mendengar panggilan Daniel. "Aku mau mengucapkan terima kasih karena kamu sudah menolongku kemarin."

Vera sama sekali tidak menjawab Daniel dan mulai mendayung pergi.

Daniel bangkit berdiri dan berjalan menuju dok, lalu berhenti di ambang pintu. "Vera, bolehkah aku tahu kenapa kamu menolongku?" tanya Daniel lagi sebelum Vera benar-benar menjauh.

Vera menoleh ke arah Daniel tanpa mengangkat tudung kepalanya. Tudung kepala besarnya itu menutupi hampir seluruh dari wajah Vera. Wanita itu diam, dan Daniel kira wanita itu tidak akan mengatakan apa pun hingga tiba-tiba saja dia bersuara. "Kalau ingin menggali informasi, berbincanglah dengan pelanggan bar."

Setelah berkata demikian, wanita itu kembali fokus pada dayungnya dan menjauh dengan sunyi dari pondok itu.

Daniel pun bersiap-siap untuk kembali membantu di bar. Dia merasa bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba melakukan apa yang disarankan oleh Vera.

The Black SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang