Chapter 14: That Girl, Intrude

14 5 1
                                    


Gadis berwajah tengkorak itu melangkah masuk ke dalam area gelap. Hawa yang dirasakan oleh Vera berubah drastis. Begitu masuk ke dalam area itu, rasanya seperti berada di dunia lain.

Vera tidak dapat melihat lantai di bawahnya, maupun ujung koridor ini. Yang dapat ia lihat hanyalah rak buku yang mengapit setiap koridor. Melihat ke kanan, tampak koridor panjang yang tidak memiliki ujung. Melihat ke kiri, pemandangannya tidak jauh berbeda. Perpustakaan ini bukanlah perpustakaan biasa. Lengah sedikit saja, Vera akan tertelan ke dalam kegelapan perpustakaan.

Vera menatap jalan yang ada di depannya. Jalan itu terbuka lebar untuk Vera, tetapi Vera tidak dapat melihat lebih jauh. Dia tidak dapat melihat apa yang ada di balik rak buku.

Kaki Vera menolak untuk mengikuti perintah pemiliknya. Tubuh Vera menyadari adanya sesuatu yang berbahaya di balik rak buku yang ada di sekelilingnya. Vera menolehkan kepala sedikit, tergoda untuk berbalik kembali dan pulang, tetapi ia segera menahan dirinya dan kembali menatap lurus ke depan. Bagaimanapun juga, Vera harus terus melangkah maju.

Vera berjalan tanpa suara dengan kaki telanjangnya. Dia melewati rak-rak buku bak labirin itu. Dia tidak benar-benar tahu ke mana dia mengarah, tapi instingnya menuntun Vera ke suatu tempat. Vera yakin bahwa lentera itu pasti berada di bagian terdalam perpustakaan.

Wanita itu berjalan dan terus berjalan. Perjalanan ini terasa seperti selama-lamanya, tetapi Vera tahu, kalau itu hanyalah ilusi. Tidak ada yang benar di dalam bangunan ini. Satu jam di sini bisa berarti satu menit di luar, tetapi satu menit di sini juga bisa berarti satu jam di luar. Yang mana pun yang dirasakan di dalam sini bukanlah waktu yang sesungguhnya.

Si Penjaga selalu memberikan ilusi bagi penyusup seperti Vera. Jika penyusup itu adalah makhluk kelas bawah, maka ia akan menjadi gila. Sementara itu saat ini Vera sendiri sedang berusaha menjaga dirinya agar tidak terbawa arus kegilaan perpustakaan ini.

Sedikit demi sedikit Vera merasakan napasnya semakin tipis. Suhu di ruangan itu juga semakin rendah. Kepala Vera pun menjadi pusing karenanya. Rasanya seperti menaiki puncak pegunungan.

Gadis itu mulai limbung dan kesulitan menjaga dirinya untuk tetap berdiri tegak. Vera pun mengeluarkan kapak panjangnya dan menjadikannya sebagai tongkat untuk membantunya berjalan.

Setelah berjalan lama, mata Vera menjadi berkunang-kunang. Tanpa niatan untuk menyerah sedikit pun, Vera tetap berjalan semakin jauh ke dalam.

Vera tiba di koridor yang tidak lagi berkelok-kelok seperti labirin. Di ujung pandangannya, Vera melihat suatu cahaya. Vera memicingkan matanya, tidak yakin akan yang ia lihat karena pandangannya sendiri sudah berkunang-kunang.

Di ujung sana, ada cahaya berwarna hijau.

Vera pun berlari ke arah cahaya itu. Langkah kaki dan kepalanya semakin berat, tetapi dia terus berusaha untuk maju. Keringat bercucuran di keningnya, dan air matanya pun hampir keluar. Nafasnya semakin berat dan menimbulkan suara yang cukup keras, tetapi Vera sudah tidak lagi memedulikannya.

Sedikit lagi. Sedikit lagi maka ia akan terbebas.

Cahaya itu semakin membesar dan membesar, hingga tanpa sadar Vera sudah berdiri dekat sekali dengan cahaya itu. Vera menghentikan larinya secara mendadak, dan kakinya itu terseret beberapa meter ke depan akibat gaya inersia.

Di hadapannya, melayang-layang sebuah lentera dengan api berwarna hijau. Vera terperangah untuk beberapa detik, kemudian perlahan ia mulai tertawa.

Vera mengulurkan tangannya secara perlahan, merasakan keberhasilan sudah berada di depan matanya.

Namun, ketika ujung jari Vera menyentuh gagang dari lentera itu, tiba-tiba saja lentera itu meledak.

Vera sangat terkejut dan tidak sempat melindungi wajahnya dari ledakan tersebut. Angin ledakannya cukup besar untuk menghempaskan Vera ke belakang.

The Black SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang