Chapter 27: That Man, A Father

15 2 0
                                    


Pintu rumah sakit akhirnya terbuka. Master datang sambil menggendong seorang Vera di punggung, penampilannya nampak rapi persis seperti sebelum dia berangkat. Memakai kemeja putih dan rompi kelabu di balik jas panjang hitam yang melindungi pakaiannya dari cipratan darah. Tidak jauh dari pintu, Daniel sedang duduk di salah satu kursi rumah sakit. Daniel menatap mata Master, lalu tersenyum.

"Master, syukurlah Anda pulang dengan selamat," ucap Daniel dengan sepasang mata yang menyipit karena senyuman. "Apakah Vera baik-baik saja?"

Master memberi jeda sejenak sebelum menjawab. "Untungnya Vera baik-baik saja. Dia terluka, tapi baik-baik saja," jawab Master seraya melepas topengnya, menunjukkan wajah ramahnya yang biasa. Dia menyelipkan topengnya itu ke balik jas dengan satu tangan tanpa menurunkan Vera.

Daniel bangkit berdiri. Master menyadari sedikit gemetar pada lutut pemuda itu, tetapi Daniel segera berjalan dengan lurus dan stabil ke arahnya. Daniel menatap wajah Vera yang masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. Remaja itu menyentuh pipi kakaknya, merasakan kehangatan manusia hidup, lalu menghela napas lega.

"Sebaiknya kita baringkan Vera di ranjang sampai dia bangun," saran Master.

"Tidak perlu, Master!" jawab Daniel agak terburu-buru, tetapi dengan suara yang rendah sehingga tidak terdengar panik. "Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, saya dan Vera harus pulang hari ini, tidak bisa ditunda-tunda lagi! Percayakan saja Vera pada saya, saya bisa menggendongnya!"

"Tidak bisa, di luar itu sangat berbahaya!" larang Master. "Dua manusia seperti kalian, pasti akan sangat menarik perhatian!"

"Tapi, Master..."

"Kalian bisa pulang tahun depan. Aku akan melindungi kalian sampai hari itu tiba," ucap Master dengan suara yang hangat dan meyakinkan, serta senyumnya yang seperti biasa. Namun demikian, Master dapat melihat sekerjap ketakutan dan ketidakpercayaan di dalam pupil mata Daniel. Pria itu menatap Daniel dengan sudut matanya, dan seketika saja ekspresinya berubah dingin. "Sudahlah, kamu menurut saja. Aku sudah mengunci pintu ini dengan sihir, tidak ada yang bisa membukanya selain aku. Ini semua demi keamanan kalian."

Master mengabaikan Daniel dan membawa Vera menuju lantai dua. Daniel diam dan mengawasi punggung pria itu untuk beberapa saat, lalu mencoba membuka pintu rumah sakit. Daniel tidak bisa membukanya.

Pria itu meletakkan tubuh Vera yang tidak sadarkan diri di salah satu ranjang di bangsal lantai dua, di samping ranjang dengan tirai yang tertutup. Setelah membaringkan Vera dengan hati-hati, Master menyadari bahwa tirai di sampingnya sedikit terbuka. Master mengambil langkah yang pelan dan sunyi, berdiri di posisi celah kecil tirai itu terbuka, membayangkan bahwa dirinya adalah seorang remaja lelaki yang mengintip melalui celah itu.

Master bisa mendengar gemerisik langkah kaki yang menginjak dedaunan kering. Pria itu memutar tubuhnya sedikit untuk mengerling pada Daniel.

Kini, mereka saling bertukar pandang dengan mata yang tidak lagi menyembunyikan apa pun. Daniel menurunkan buff-nya, menghadapi pria itu dengan seluruh keberanian yang dia miliki.

"Hueca ini adalah dunia yang aneh dan penuh misteri," ujar pria berkumis kelabu itu sambil merapikan tirai yang sedikit terbuka. "Tidak ada yang pernah tahu asal usul dunia ini. Kami semua lahir ke dunia ini, hidup dan memiliki nyawa, tetapi tidak memiliki jiwa."

Master memutar kakinya, disusul oleh badannya hingga menghadap Daniel. Remaja lelaki yang bernama Daniel itu tidak bergerak dan menyimak kata-kata Master dengan serius. Pria tua itu mengistirahatkan kedua tangannya di punggung dan mulai berbicara kembali.

"Tidak ada yang tahu asal-usulnya, tetapi ada mitos yang beredar," lanjut Master. "Mereka bilang, Hueca adalah neraka. Walau kami tidak mempunyai ingatan akan kehidupan sebelumnya, tetapi yang pasti kami sudah melakukan kejahatan yang sangat berat di kehidupan lalu.

The Black SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang