Sudah lima belas menit Daniel berdiri di depan kamar Vera. Wanita itu tidak juga membukakan pintu untuknya.
"Buka saja pintunya, Dan," perintah Master, tampak sudah tidak sabar untuk berangkat ke mansion Gourmet.
Daniel pun menuruti perintah Master dan membuka pintu kamar Vera. Tidak ada seorang pun di dalam sana. Kamarnya gelap dengan lentera yang dingin.
Ini adalah kali pertama Daniel memasuki kamar Vera. Kamar itu cukup rapi dengan sedikit barang di dalamnya. Ada sebuah ranjang kecil di dekat jendela, kemudian sebuah lemari menempel di dinding dan sebuah kaca setinggi tubuh disandarkan di dinding di samping ranjang.
Perahu Vera masih berada di tempatnya, yang berarti wanita itu tidak pergi ke laut hari ini. Kalau begitu, ke mana dia pergi?
"Dia tidak ada di kamarnya," ucap Daniel seraya melangkah keluar dari kamar Vera.
"Wah, itu bukan hal yang biasa," timpal Master sambil memegang dagunya. Pria itu menatap langit-langit dan berpikir sejenak, ke mana kira-kira wanita itu pergi. "Kuharap dia baik-baik saja."
Setelah berkata seperti itu, Master mengajak Daniel untuk segera pergi karena tidak ingin membuat pelanggan istimewa mereka menunggu lebih lama lagi. Daniel menatap kamar Vera untuk terakhir kalinya, lalu menutup pintu kamar itu.
Daniel tak bisa tidak memikirkan Vera. Bahkan Master mengatakan kalau ini bukanlah hal yang biasa terjadi. Selama perjalanan di dalam kereta, Master mengatakan kalau Vera tidak pernah pulang setelah matahari terbenam. Apalagi pada hari dimana mereka harus mengantarkan pesanan Gourmet. Walau terlihat baik-baik saja, Daniel dapat melihat kilat kekhawatiran di mata Master.
Ketika kereta melewati perpustakaan, Daniel memandang ke luar jendela. Perpustakaan itu tetap megah dan ramai seperti malam-malam lainnya. Anak lelaki itu melepas pandangan dari perpustakaan dan otomatis kembali memikirkan cara untuk mendapatkan jiwa hitam itu. Daniel melirik pria tua yang ada di depannya, lalu kembali menunduk ketika melihat Master hampir menyadari tatapan dari Daniel. Daniel menaikkan buff-nya sedikit lebih tinggi, lalu tenggelam dalam pikirannya.
Daniel merasa perjalanan mereka kali ini lebih singkat daripada perjalanan yang terakhir kali. Kemegahan mansion milik wanita mungil itu masih membuat Daniel takjub. Kali ini Daniel berusaha berjalan sambil menatap lurus ke depan dan tidak menengok-nengok.
Hari ini, Master membawakan sebuah jiwa berwarna ungu tua. Jiwa yang dibawakan Master kali ini mendekati warna hitam, tetapi tidak cukup hitam untuk Gourmet. Untuk makanan penutupnya, Master menyajikan daging bagian punggung dengan hati manusia.
"Hari ini kau tidak membawa gadis kapak itu bersamamu, Master?" tanya Gourmet basa-basi.
"Begitulah, hari ini dia sedang berhalangan," jawab Master seraya membungkuk hormat.
Gourmet menyantap habis makanan dan minumannya. Wajahnya terlihat tenang dan puas, tidak banyak berkomentar. Master menemukan hal ini sedikit aneh, tetapi dia tidak punya kecurigaan apa pun.
"Aku ingin mengobrol sebentar dengan anak tampan ini, Master. Bolehkah?" tanya Gourmet tanpa diduga sambil melirik Daniel dengan tatapan jahil.
Daniel tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh Gourmet. Daniel pun melirik Master dengan panik, menemukan Master juga sedang melirik kepadanya. Pria tua itu juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh wanita ini.
"Apakah itu adalah obrolan yang tidak boleh didengar olehku, Madame?" tanya Master sambil tertawa ramah.
Gourmet bangkit berdiri dari duduknya, lalu berjalan mendekati Daniel. Gourmet menyentuh pundak Daniel, lalu menyandarkan pelipisnya pada dada Daniel dan menatap Master sambil tersenyum. "Sudah lama aku tidak melihat anak setampan dia. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Soul
Fantasía***Mengandung gore dan sadisme*** Update setiap Jumat, pk. 17.00 (Di Karyakarsa sudah sampai Chapter 30) Daniel, seorang manusia biasa, tahu-tahu saja terjebak di dunia yang aneh. Para makhluk penghuni dunia itu menyebut dunia mereka Hueca. Daniel t...