Chapter 5: That Boy, Conversation

26 5 1
                                    

"Master, apakah memungkinkan kalau saya mengambil cuti?" tanya Daniel.

Pertanyaan Daniel itu datang begitu tiba-tiba. Master yang sedang mengelap piring terhenti ketika mendengar pertanyaan Daniel, lalu segera kembali melanjutkan pekerjaannya. "Untuk apa?" tanyanya.

"Anu," bisik Daniel, berhati-hati agar para pelanggan di depannya tak dapat mendengarkan, "saya mau mencari cara untuk pulang."

"Begitu, ya? Sebenarnya aku ingin mengizinkanmu, tapi seperti yang kamu lihat sendiri," ucap Master seraya membuka telapak tangannya ke atas, "Bar sedang sangat sibuk, aku membutuhkan bantuanmu."

Daniel tidak dapat membantah Master. Bagaimanapun juga, Master sudah membiarkannya tinggal di sini, dan dia juga membiarkan Daniel menyimpan uang tipsnya. Apa lagi yang bisa Daniel lakukan untuk penyelamat hidupnya, selain hal kecil seperti membantu di bar ini?

Kedua lelaki itu lanjut bekerja di balik konter tanpa berbicara untuk beberapa saat.

"Tapi," ujar Master tiba-tiba, "kurasa kamu bisa cuti setelah 'hari itu'."

"Hari itu?" ulang Daniel.

"Iya, beberapa hari lagi, adalah hari dimana kita harus mengantarkan menu spesial ke kota," jelas Master. "Pelanggan itu adalah pelanggan yang sangat spesial. Sudah puluhan tahun bar ini dan beliau berhubungan baik."

Ada beberapa tingkat yang membedakan jiwa dari warnanya. Menurut Master, hal itu mempengaruhi rasanya. Pada umumnya, jiwa manusia berpendar terang dalam warna yang berbeda-beda. Sejauh ini, Daniel tidak pernah melihat jiwa yang berwarna putih bersih seperti yang menurut Master dimiliki oleh Daniel.

Jiwa yang pendarnya terang menandakan bahwa manusia itu merupakan manusia yang baik semasa hidupnya. Mungkin masih berdosa, tetapi ada lagi tingkatan jiwa yang lebih buruk dari itu. Jiwa yang semakin banyak tercemar oleh dosa, maka warnanya akan tampak kusam dan kotor. Daniel lihat beberapa pelanggan menikmati rasa dari jiwa yang kusam itu.

Kemudian, pesanan khusus yang diinginkan pelanggan kesayangan Master ini adalah jiwa yang berwarna gelap. Kegelapan ini berbeda dengan warna kusam atau kotor yang disebutkan sebelumnya. Jiwa berwarna gelap ini cukup langka dan dihargai mahal oleh Master sendiri.

Jiwa berwarna gelap ini merupakan jiwa yang hanya bisa dimiliki oleh manusia yang bersekutu dengan setan. Tidak hanya pelaku yang melakukan kontak langsung dengan setan, mereka yang disantet atau semacamnya pun jiwanya bisa ikut tercemar kegelapan itu.

Karena mencari jiwa seperti itu sangatlah sulit, maka Master hanya mengantarkan jiwa berwarna gelap itu sebulan sekali. Si pelanggan yang disebut-sebut ini memiliki selera yang sangat tinggi. Sehari-harinya, beliau juga memiliki permintaan aneh untuk santapan hariannya. Bahkan dia juga rela berpuasa jika tidak ada makanan yang sesuai keinginan.

Pelanggan itu tentunya adalah seorang yang sangat kaya. Kalau tidak, kenapa juga Master sangat mengistimewakan beliau? Master pun selalu memenuhi segala antik dari orang itu. Setiap bulan, Master akan datang pada waktu dan tempat yang dijanjikan, membawakan pesanan apa pun itu untuk si pelanggan spesial.

Daniel penasaran, seperti apa pelanggan spesial ini. Daniel membayangkan sosok wanita gemuk yang berdandan menor dan memiliki tahi lalat di bawah hidungnya. Atau mungkin saja pria tua gemuk berkumis yang merupakan teman lama Master.

Anak lelaki itu merasa sedikit tenang karena Master sudah mengizinkannya cuti, walau harus menunggu beberapa hari lagi. Dia pun berusaha menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin sebelum hari itu tiba.

Waktu berjalan tanpa terasa, hingga akhirnya waktu tutup bar sudah tiba. Keduanya membersihkan bar dalam suasana yang tenang, tidak saling berbicara. Master di belakang konter, sementara Daniel sedang berada di antara tempat duduk pelanggan.

The Black SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang