Chapter 9: That Doctor, Fell in Love with Red Chrysanthemum

13 5 2
                                    

Crow menunggu anak lelaki di sampingnya itu menenangkan diri. Orang-orang berlalu-lalang di atas jembatan tempat mereka berdiam tanpa memedulikan keberadaan kedua orang itu. Suasana malam yang ramai juga perlahan menyepi, menandakan waktu menuju fajar sudah semakin dekat.

"Crow, kenapa kau menolongku?" tanya Daniel setelah agak tenang. "Kenapa juga kau bisa tahu aku ada di sana?"

"Aku sudah mengawasimu sejak lama, semenjak aku pertama bertemu denganmu," ucap Crow.

"Mengawasiku? Kenapa?"

"Apakah kamu ingat apa yang aku tanyakan saat kita pertama bertemu?"

'Dan, apa kamu pernah mencoba pergi ke kota?'

Daniel mengangguk.

"Seorang anak baru di bar Master, tidak pernah sekali pun pergi ke kota. Kira-kira dari mana munculnya anak itu?" tanya Crow tanpa memerlukan jawaban. Daniel terlihat baru sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan, membuat identitasnya mudah terancam.

"Kalau begitu, karena kamu sudah tahu kalau aku ini manusia, apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan memakanku?" tanya Daniel tanpa ragu.

Pria dengan wajah yang tertutup masker wabah itu menggeleng. "Aku ini sakit. Menyedihkan, padahal aku ini seorang dokter, tapi aku justru sakit," ucap Crow lirih. "Aku tidak bisa lagi memakan jiwa maupun daging manusia. Aku hanya bisa meminum darah manusia. Sekarang ini juga aku hanya tinggal menunggu waktuku habis."

"Lalu kenapa menolongku? Apa untungnya buatmu?" cecar Daniel, tidak percaya bahwa Crow melakukan ini secara cuma-cuma.

"Untuk memenuhi rasa penasaranku," jawab Crow tanpa adanya perubahan dalam nada bicaranya. Daniel sama sekali tidak bisa menebak isi pikiran pria itu karena topeng yang digunakannya. Ekspresi lelaki itu tertutup dengan sempurna. "Usiaku sudah tidak panjang lagi, maka tidak ada salahnya untukku membantu manusia. Aku hanya ingin melihat, apakah kau bisa mencapai keinginanmu untuk kembali ke dunia manusia?"

"Kalau begitu, apakah kamu tahu bagaimana cara pergi ke dunia manusia?" tanya Daniel, mencengkeram lengan Crow tiba-tiba dan menatap mata pria itu dengan serius. Daniel mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati wajah Crow. Dari jarak itu, di balik kaca hitam di bagian mata topeng yang dikenakan Crow, Daniel dapat melihat sepasang mata menatap lurus pada Daniel. Sekilas, mata itu menampakkan kesedihan dan penderitaan.

Crow mengangkat sebuah buku merah yang dipegangnya. Buku itu adalah buku yang ditemukan Daniel di dalam perpustakaan. Ternyata, Crow berhasil mencurinya. "Aku belum tahu, tapi mungkin jawabannya ada di dalam buku ini. Buku ini dituliskan dalam huruf-huruf kuno, akan membutuhkan waktu untuk menerjemahkannya," papar Crow. Crow menatap Daniel dengan ekspresi yang tidak bisa diterka Daniel. "Sementara aku menerjemahkannya, kau harus tetap bertahan hidup, Dan."

Daniel mengangguk dengan yakin. Kini, dia kembali memiliki harapan.

"Setelah kembali ke dunia manusia, tebuslah dosamu dengan menyayangi orang-orang yang masih ada," tambah Crow.

Bagaimanapun juga, tidak ada manusia yang abadi...

Daniel mengangguk lagi. "Pasti," jawab Daniel teguh. Daniel dan Crow pun bangkit berdiri, bersiap untuk pergi.

"Lalu Dan, aku ingin menitipkan sesuatu."

Crow merogoh kantung jasnya, lalu mengeluarkan sesuatu. Pria itu mengeluarkan sebuah tusuk konde berhiaskan bunga krisan merah di ujungnya. Itu adalah perhiasan yang dilihat dan ditaksir oleh Daniel sebelumnya. Crow menyodorkan tusuk konde itu pada Daniel, dan tanpa sadar tangan Daniel sudah mengulur untuk meraihnya.

The Black SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang