Aku tidak berubah, aku hanya membatasi diri.
Kemarin, aku melihat seekor semut yang sedang berjalan seorang diri. Saat berjalan, ia menemukan satu butir gula di dekat jalannya. Karena bahagia, ia memberi tau temannya yang tak jauh dari sana.
Namun saat sampai, justru ia melihat temannya sedang bersama semut lain sedang berpesta dengan tumpukan gula. Lalu ia menghampiri temannya, memanggilnya dan berkata, "Hey kawan! Aku baru saja menemukan sebutir gula tak jauh dari sini. Ayo kita ambil dan makan bersama!"
Awalnya ia kira, temannya akan bahagia dan ikut dengannya untuk makan bersama. Tapi kalimat yang keluar dari mulut temannya, membuat sang semut terkejut tak percaya. "Apa kau tidak melihat aku sedang berpesta?! Pergi dan makan saja sebutin gula tak berharga yang kau temukan! Jangan pernah mengajakku lagi!"
Kulihat sang semut berbalik dengan wajah murung. Langkahnya mulai menjauh walau perlahan. Ia kembali ke tempat gula yang ia temukan dan memakannya seorang diri.
Hari ini, aku melihat semut yang sama. Ia sedang membawa dua butir gula dengan penuh kerja keras. Hingga beberapa saat kemudian, aku melihat teman si semut yang membentaknya kemarin, mendatangi sang semut dengan langkah gontai.
Tepat di hadapan sang semut, ia berkata, "Teman, kau menemukan harta karun! Berikan aku satu butir gula, dan mari makan bersama!" seru teman sang semut.
Sang semut tak menjawab, ia hanya menatap temannya. Dua butir gula itu masih ia pegang dengan kuat. Tanpa diduga, sang semut justru melanjutkan perjalanannya.
Temannya yang tak terima pun mengejar sang semut. Dengan penuh amarah ia berkata, "Apa kau tidak punya mulut hingga tak menjawab perkataanku?! Kenapa kau berubah?!"
Kulihat sang semut menatap tajam ke arah temannya. "Bukankah kau yang memintaku untuk tidak lagi mengajakmu?! Lalu kenapa sekarang kau bersikap seolah paling tersakiti saat aku tak lagi mengajakmu?!" bentak sang semut. Setelah menyelesaikan ucapannya, ia meletakkan satu butir gula yang ia bawa, lalu pergi dari sana.
Aku terdiam menatap perdebatan itu. Sekarang aku mengerti sesuatu. Sebenarnya sang semut tak pernah berubah. Ia hanya membatasi diri, agar tak kecewa untuk yang kedua kalinya.
Dan itu juga akan menjadi pelajaran untukku. Bahwa manusia berubah bukan hanya karena kesombongan atau keserakahan, bisa jadi karena mereka tak dihargai dan tak dipedulikan.
Suatu hari nanti, saat ada seseorang yang sifatnya berubah kepadaku, aku tau langkah apa yang harus aku ambil. Bukan menyalahkan orang itu, karena ia berubah. Tapi hal pertama yang ku lakukan adalah introspeksi diri, apa aku membuat kesalahan yang membuatnya berubah, atau justru ia berubah karena hal lain?
Membatasi diri, agar tak terlalu berekspetasi terlalu tinggi kepada orang lain, ternyata sangat penting, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Diriku
Non-FictionBanyak orang diluar sana merasa lelah dengan semuanya. Mereka sibuk mencari hal yang bisa membuat mereka bahagia, dan membuat mereka tenang untuk menjalani hari-hari yang ada. Padahal, ada hal yang bisa mereka lakukan, untuk mendapat kebahagiaan dan...