Terperangkap dalam ucapan manusia, membuatku lupa siapa aku sebenarnya.
Terlalu banyak kata yang masuk dalam kepala, hingga aku bingung apa yang harus aku lakukan ke depannya.
Sebagian orang berkata, belok ke kanan lebih baik, namun sebagian orang berkata, belok ke kiri lebih baik. Jadi sebenarnya, kemana arah yang lebih baik?
Beberapa orang berkata aku tak berguna, beberapa lagi mengatakan aku adalah sumber bencana, dan beberapa yang lain mengatakan aku tak berusaha.
Padahal aku terus berusaha, hingga tertatih-tatih menaiki tangga. Tapi, tak ada yang menganggapnya.
Aku selalu menuruti setiap ucapan orang yang aku temui. Hingga lupa, ada hati yang ingin didengar dan dimengerti.
Saat semua terasa tidak baik-baik saja, yang bisa kulakukan hanya diam dengan derai air mata. Lupa ya, aku juga manusia biasa?
Aku terluka, namun dunia tak mengizinkan aku mengatakannya. Sangat sulit ya, memeluk tubuh rapuh anak kecil ini?
Orang bilang aku terlalu sering mengeluh, mereka berkata setiap manusia memiliki luka. Jika setiap manusia memiliki luka, bukankah aku juga? Memang kalian fikir aku apa? Robot yang selalu bekerja?
Padahal ini adalah hidupku, Tapi aku membiarkan orang lain menjadi pemeran utama dan mengendalikanku bagai boneka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Diriku
NonfiksiBanyak orang diluar sana merasa lelah dengan semuanya. Mereka sibuk mencari hal yang bisa membuat mereka bahagia, dan membuat mereka tenang untuk menjalani hari-hari yang ada. Padahal, ada hal yang bisa mereka lakukan, untuk mendapat kebahagiaan dan...