Jangan selalu bilang iya, saat hatimu ingin mengatakan tidak.
Kemarin, aku membaca sebuah cerita tentang kucing yang mati kelaparan. Cerita itu berawal dari....
Suatu hari, seekor kucing orange sedang berjalan di tepi sungai. Berusaha mendapat ikan untuk ia makan. Perutnya sudah keroncongan sejak semalam, sementara sekarang matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Saat sedang mencari, ia melihat seekor ikan berada di pinggir sungai, dimana air tak terlalu tinggi di sana. Kucing itu berusaha keras mendapatkannya, ia mengambil ikan itu setelah membunuhnya dengan cakar tajam miliknya.
Kucing itu berjalan ke arah rerumputan. Baru saja ia ingin menyantap ikan, seekor kera datang menghampirinya dengan wajah sedih yang amat kentara. Kucing yang heran pun bertanya pada si kera, "Ada apa denganmu? Mengapa wajahmu terlihat menyedihkan?"
"Aku kelaparan, semua pisang di kebun diambil oleh manusia." ucap sang kera penuh kesedihan. Sang kera menatap ikan di depan kucing, sebuah ide licik melintas di kepalanya. "Wahai kucing, bisakah ikan itu untukku? Aku belum makan dari pagi. Bukankah kita teman?" ucapnya.
Kucing terdiam, ia juga kelaparan, namun sang kera juga membutuhkan bantuannya. Dengan berat hati, ia memberikan ikan yang susah payah ia dapatkan. "Ambillah," ucap sang kucing.
Dengan penuh kegembiraan, kera itu mengambil ikan segar di depan sang kucing, lalu pergi dari sana dengan seringaiannya. "Dasar bodoh! Aku hanya memanfaatkan kebaikanmu itu kucing bodoh!" batin sang kera.
Kucing yang kelaparan itu berusaha mencari ikan lain, dengan keadaan lemah ia mulai menyusuri sungai. Namun hingga keesokan harinya ia tak mendapatkan apapun, karena lelah, ia terjatuh di tanah. Selama berhari-hari, tak ada yang membantunya, hingga ia kehilangan nyawanya.
Akhir kisah menyedihkan itu, membuatku tersentuh. "Mengapa kucing itu tidak mengatakan tidak?" tanyaku pada diriku sendiri.
Dia membantu orang lain saat ia sendiri kesulitan, ia memikirkan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Ia terlalu sering berkata iya, sehingga si kera memanfaatkan kebaikannya. Jadi, bukankah belajar berkata "tidak" itu sangat penting? Aku berfikir, apa aku sudah bisa berkata "tidak" pada orang lain, ataukah aku sama seperti kucing itu, yang selalu berkata "iya" tanpa memikirkan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Diriku
Non-FictionBanyak orang diluar sana merasa lelah dengan semuanya. Mereka sibuk mencari hal yang bisa membuat mereka bahagia, dan membuat mereka tenang untuk menjalani hari-hari yang ada. Padahal, ada hal yang bisa mereka lakukan, untuk mendapat kebahagiaan dan...