Kamu tidak perlu memperhatikan seberapa indah sayapmu, kamu hanya perlu yakin akan kemampuan terbangmu.
Seperti kupu-kupu yang terbang bebas tanpa memperdulikan pemikiran serangga lain tentang dirinya. Seharusnya, seperti itulah aku bersikap.
Kupu-kupu tak pernah melihat sayapnya. Ia tak tau warna sayapnya, tak tau seperti apa bentuknya, dan seberapa indah sayapnya. Tapi ia tetap terbang dengan percaya diri. Tanpa takut akan ada yang menghina bentuk tubuhnya.
Seharusnya, aku juga seperti itu. Menyayangi diriku dengan segala kekurangan dan ketidaktahuanku. Serta percaya akan kemampuan dan kekuatanku.
Nyatanya, kupu-kupu tak pernah meragukan kemampuan dan kekuatan terbang sayapnya. Satu hal yang ia tau, bahwa ia memiliki kemampuan yang hebat dalam dirinya.
Jadi... bisakah aku menjadi seperti kupu-kupu? Yang terbang bebas tanpa takut dan ragu. Bisakah aku menemukan sayapku?
Semuanya hanya tentang percaya dan memahami diri sendiri. Karena keraguan dan kurangnya kepekaan untuk diriku, sering kali membuatku tersesat dan ragu.
Jadi kini... bisakah ku katakan, aku telah menerima diriku? Dengan segala kekurangan dan banyak kesalahan. Bisakah ku katakan, aku berhasil memeluk diriku? Dengan memahami rasa sakit yang aku rasakan dari dulu.
Mungkin ini akhirnya. Akhir dari kebodohan yang membuatku tak faham akan rasa sakit yang dirasakan jiwaku.
Kini matahari akan segera terbit. Bersamaan dengan aku yang akan bangkit. Mari mulai dari awal wahai jiwa yang bersemayam dalam diriku. Kita akan menjadi yang terbaik setelah terpuruk.
Kini aku telah mengakui, setiap rasa sakitku.
__TAMAT__
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Diriku
Non-FictionBanyak orang diluar sana merasa lelah dengan semuanya. Mereka sibuk mencari hal yang bisa membuat mereka bahagia, dan membuat mereka tenang untuk menjalani hari-hari yang ada. Padahal, ada hal yang bisa mereka lakukan, untuk mendapat kebahagiaan dan...