Untuk masa depan yang cerah, aku tidak boleh kalah dan menyerah.
Semua orang menjadikanku harapan. Apa mereka tidak tau telah membuatku tertekan? Harapan yang mereka berikan dari kecil, terus berlanjut hingga aku dewasa. Pada akhirnya aku yang tertekan dan bersikap terlalu keras pada diriku sendiri.
Terkadang, aku sangat ingin menyerah. Bahkan berfikir untuk mengakhiri semuanya dan pasrah. Tapi, saat aku tersadar aku satu-satunya harapan. Lagi, aku bersikap keras dan memaksa untuk terus melangkah.
Katanya, aku tidak berusaha untuk melangkah dan hanya pasrah. Padahal, berulang kali aku jatuh memeluk tanah.
Mereka bilang, aku tak mengerti pengorbanan mereka. Kenyataannya, mereka juga tak melihat apa yang aku korbankan demi mereka.
Mereka memaksaku untuk terus melangkah. Hal itu membuatku marah. Namun anehnya, aku justru memperlakukan diriku sendiri seperti itu tanpa mau kalah.
Saat kakiku tak bisa lagi melangkah, yang aku lakukan justru memaksanya dengan penuh amarah.
Ingin rasanya menyerah, Namun itu akan membuat semua usahaku tak ada artinya. Jadi, kuputuskan untuk duduk sebentar saat lelah, lalu melanjutkan perjalanan dengan senyum yang merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Diriku
Non-FictionBanyak orang diluar sana merasa lelah dengan semuanya. Mereka sibuk mencari hal yang bisa membuat mereka bahagia, dan membuat mereka tenang untuk menjalani hari-hari yang ada. Padahal, ada hal yang bisa mereka lakukan, untuk mendapat kebahagiaan dan...