-19. Mama loves you

942 147 7
                                    

[ Devil's kids ]

___°°

  Hari pertama menjadi sebuah keluarga, Regardo mengajak mereka semua untuk makan malam di luar rumah. Bahkan, hari itu juga Jean memilih untuk bolos sekolah dan lebih menikmati waktu luang bermain bersama Sky dan Kai.

Irish selalu suka berbicara banyak hal dengan Erlan, entah kenapa bocah tiga belas tahun itu seolah lebih paham dan terkesan dewasa.

Hari kedua, Irish membuka pintu dan pagar rumah lebar lebar untuk mempersilahkan para tetangga masuk, memperkenalkan anggota baru pada mereka lalu melakukan pesta kecil kecilan.

Kai selalu senang dengan anjing cokelat yang di bawa salah satu tetangga.

Hari ketiga, Jean sudah di paksa Irish untuk bersekolah dan dengan rengutan kesal ia harus pergi dari rumah.

Dan Regardo mengajak ketiga anggota baru mereka untuk pergi memancing di danau, Irish kebagian tugas membawa keranjang rotan berisi sandwich juga beberapa makanan manis.

Sky sangat bersemangat saat membersihkan ikan lalu membakar mereka.

Semuanya berjalan lancar, bahkan sekarang Sky sedang tertidur di atas sofa dengan tangan yang masih menggenggam kue, dan televisi masih menayangkan sebuah kartun. Kai lebih sering bermain di teras rumah dengan mobil mobilan yang baru di belikan oleh Regardo.

Erlan berjalan masuk ke dalam dapur, berdiri tepat di samping seorang wanita yang sedang sibuk memasukan loyang berisi beruang beruang kecil ke dalam oven, "Halo, mama."

Irish menutup pintu oven, menoleh sambil membuka sarung tangan lalu membelai luka yang ada di wajah Erlan, "Halo, Erlan. sudah selesai membantu papa?"

Erlan mengangguk, bertepatan dengan Regardo yang baru datang dengan wajah yang lebih segar. Mereka berdua baru saja membersihkan kolam ikan di belakang rumah bersama.

"Mama baru aja buat kue," Irish terkekeh ketika suaminya mencium pipinya lalu mengecup kening Erlan.

"Kamu belum mandi, Erlan?"

Pertanyaan Regardo mendapat gelengan dengan mata kelabu yang menyorot lugu, hatinya dongkol ketika semua orang orang ini selalu menyentuhnya.

"Belum, papa."

"Mandi sana, kamu bau ikan," Regardo mengangkat kedua lengan Erlan hingga anak itu kini berada di gendongannya, mereka berdua memeluk Irish sebelum pergi menjauh dari dapur. Regardo berjalan melewati ruang keluarga dan tertawa melihat Sky yang sudah tertidur di sofa, pria itu menurunkan Erlan di depan kamar mandi tamu.

"Mandi di sini aja, nanti papa ambilkan baju ke sini, oke?"

Erlan mengangguk dengan patuh, menutup pintu kamar mandi dan menyandarkan kepalanya di tembok. Menghela nafas kesal dan menjatuhkan botol sabun hingga tergeletak mengenaskan di atas lantai.

Dirinya tidak suka di sentuh oleh orang yang tak akan pernah bisa masuk ke dalam hatinya, Erlan tidak suka di kecup, di peluk, atau di gendong. Semuanya adalah orang asing baginya, kecuali papanya, Sky dan Kai. Mama? bahkan wanita itu selalu takut berdekatan dengan Erlan.

Rencana ini memang berjalan sempurna, mereka bertiga membutuhkan rumah untuk bernaung. Tapi, terkadang ia tak bisa menahan rasa kesal ketika di sentuh sembarangan.

"Tenang Erlan.." bisiknya.

Ketukan pintu yang lemah membuat ia segera menoleh, membukanya dan menemukan tubuh kecil Kai yang masih memegang mobil mobilan kecil dengan baju di salah satu lengannya, "Kata papa ini baju kamu."

Erlan mengangguk, mengambil baju yang di sodorkan dan menaruhnya di atas wastafel yang kering. Menarik masuk Kai ke dalam kamar mandi lalu memeluk tubuh itu dengan erat, menghirup aroma manis yang menguar dan berhasil menenangkan perasaannya.

Ia menyeringai senang ketika jemari kecil itu mulai mengusap punggungnya, berbisik lirih untuk memberi ketenangan.

Ah, ini candu baru yang sangat memabukkan.

"Erlan, bau kayak ikan."

"Tadi aku habis bersihin kolam bareng papa, kamu habis dari mana?" Erlan sedikit menjauhkan tubuhnya, menempelkan kening mereka berdua dan menatap manik berbinar itu dengan lekat.

"Aku? habis main di luar, tadi aku liat Roy di luar pager."

"Roy pasti suka sama kamu, dia selalu berisik di depan rumah," Erlan menjauh, mengambil botol sabun yang sebelumnya jatuh. Mendengus ketika mendengar kabar barusan, anjing cokelat yang pernah berkunjung bernama, Roy. itu cukup menjengkelkan karena selalu berhasil menarik perhatian Kai.

"Roy suka aku? aku juga suka Roy, tapi dia kayak Sky.. suka gigit mainan aku."

Erlan terkekeh, mendorong pelan tubuh kecil itu hingga berdiri di luar pintu kamar mandi lalu berbisik kecil, "Tapi Sky adalah anjing yang penurut."

...

"Kakak!!"

Sky dan Kai langsung berlari ke arah pintu utama ketika Jean datang sambil memanggil nama keduanya, tangannya yang memegang sebuah plastik besar merentang lebar dan menerima pelukan kecil dari keduanya.

Wajahnya yang lelah seketika hilang dan sibuk mencium wajah Sky dan Kai.

"Kakak bawa mainan baru buat kalian," Jean yang sebelumnya berjongkok bangkit, menaruh masing masing satu kotak robot yang sedang marak di kalangan anak anak di pelukan Sky dan Kai.

Lalu berjalan mendekati sofa panjang dimana ada Erlan yang sedang duduk bersama Irish,"Ini khusus buat Erlan."

Erlan menerima sebuah kotak yang berbeda, membukanya perlahan dan menemukan sebuah ponsel baru, "Buat aku?"

"Iya, suka?"

Yang di tanya mengangguk semangat, kini di tangannya sudah ada sebuah ponsel. ponsel, ayolah benda ini akan menjadi hal yang seru.

"Itu apa?" Sky mendongak dengan wajah bingung, lalu berbinar senang ketika menemukan ponsel di tangan Erlan, "Wah, keren. Erlan, coba nyalain."

Erlan melakukan apa yang di minta, mata kelabunya kini tak berhenti berbinar dan semakin tersenyum lebar ketika ponsel itu menyala dengan baik.

"Makasih kak Jean, aku suka banget sama hadiahnya."

Jean tersenyum senang, mengangguk pelan dan membiarkan kedua bocah itu mulai bermain dengan ponsel yang baru saja di beli. Untung saja ia sudah mempersiapkan kartu di dalamnya, dan Erlan akan lebih mudah menggunakan benda itu.

Tubuhnya berbaring di karpet, membiarkan kepalanya di atas paha kecil milik Kai dan memperhatikan anak itu sibuk bermain dengan robot yang bisa bergerak, pipi itu bersemu dan membuat Jean tersenyum lebih lebar, "Lucu banget sih, adek."

Irish melihat interaksi mereka, menyesap teh hangat dengan anggun dan membiarkan ruangan penuh suara anak kecil juga Jean. Kini ia dengan sempurna, berhasil mengalihkan rasa sedih yang selalu menggerogoti hatinya atas kehilangan buah hati.

Mereka bertiga berhasil menghidupkan kembali keluarganya, dan Irish bersyukur akan hal itu. Ia berbisik pada dirinya sendiri, "Anak anak, mama sayang kalian."

Tbc

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang