-28. Hantaman toples kaca

728 121 15
                                    

[ Devil's kids ]

___°°

  Karin berlari ke arah dapur untuk mengambilkan apa yang bibinya inginkan, tangannya yang sudah akan mengambil buah jeruk di atas meja makan berhenti, ketika matanya melihat Erlan sedang berdiri di dekat kulkas dengan gelas di tangan kanannya.

"Kamu ngapain di sini?"

Erlan mengabaikan suara itu, fokus menikmati minuman perisa jeruk yang ia buat sendiri, dan menegaknya hingga sisa setengah dari gelas.

"Kamu ngapain ada di sini?" Karin bertanya dengan tidak sabaran.

Ia masih di abaikan, Erlan kini berjalan ke arah wastafel dan membuang air perisa jeruk itu. Menaruh gelas pada tempatnya, berbalik dan menyeringai kecil.

"Kenapa? ada masalah?"

Karin sedikit merasa terintimidasi, gadis itu mundur selangkah dengan tangan yang sudah memegang jeruk.

"Iya, kamu ngapain ada di sini? di rumah om aku!"

"Om?" Erlan semakin menyeringai, ia mendongak dengan senyuman yang semakin lebar, "Maksud kamu, di rumah papa?"

Ucapannya berhasil membuat Karin kesal, meremas jeruk di tangannya hingga membuat tetesan jingga jatuh ke lantai.

"Dia bukan papa kamu," Karin berteriak kesal.

"Oh? harusnya aku yang bilang begitu," Erlan memiringkan kepalanya, tersenyum nakal.

"Dia emang bukan papa kamu! dia papanya kak Jean!"

"Kak Jean itu kakak aku," Erlan menjawab langsung, berjalan mendekati meja makan dan semakin membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

"Kak Jean punya aku, bukan kakak kamu."

"Kamu tadi gak liat? kak Jean lebih milih meluk Sky dari pada meluk kamu, kamu liat, kan?"

Karin mengingat hal itu, remasan di jeruknya semakin kencang dan maniknya mulai basah, "Kalian yang rebut kak Jean dari aku!"

"Kami gak ngerebut milik siapapun," Erlan menyandarkan samping tubuhnya pada tembok, "Itu emang kak Jean aja yang lebih mau meluk Sky dari pada cewe berisik kayak kamu."

"Kamu diem!" Karin menghapus air matanya, "Kamu yang berisik."

Erlan memutar bola matanya bosan, melengos pergi meninggalkan gadis itu yang mulai berteriak kesal dan menangis dengan suara yang begitu kencang.

Dia benar benar mengganggu ketenangan di rumah ini.

Ia melangkahkan kakinya pada ruang keluarga, semakin di buat tersenyum ketika melihat mama sedang memeluk Sky sambil mengusap usap rambut cokelat gelapnya. Ia beralih melihat Jean yang sedang menghibur Kai.

Ada apa dengan Kai?

Erlan mendekat, duduk di sofa sebelah yang lebih kecil, menyentuh gips itu dengan gerakan pelan, "Kamu kenapa?"

"Aku gak nyaman, pasti kita ganggu keluarga mereka di sini," Kai menatap ke arah Erlan dengan manik cokelat terangnya yang sudah basah.

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang