-22. Beach

1K 138 9
                                    

[ Devil's kids ]

___°°

  Weekend kali ini mobil terasa lebih penuh dan ramai, banyak sahut sahutan yang saling berbicara dan tawa yang keluar. Bagasi mobil di isi oleh beberapa peralatan mereka, kursi belakang di duduki oleh Jean di dekat pintu, Sky yang berada di tengah lalu Erlan di pintu lain.

Kai kini berada di pangkuan Irish, duduk di kursi penumpang dengan Regardo yang menyetir.

Kemarin malam berita tentang kematian seorang penjaga di rumah mewah begitu ramai di bicarakan, orang orang mengaitkan hal itu pada kejahatan mafia. Orang kaya kebanyakan memiliki akses untuk mengenal para manusia kotor di dunia hitam itu, bukan?

Ada pula yang berkata bahwa itu perbuatan pembunuh bayaran untuk mengacaukan sebuah pesta yang sedang di selenggarakan, dan beberapa berkata itu hanyalah kelakuan psikopat yang gila darah. Lihat saja, bagaimana mungkin salah satu mata pria itu tak di temukan di manapun? mulutnya berbau sabun dan tenggorokannya patah juga lebam.

Hal seperti itu adalah bagian kesenangan bagi orang gila layaknya pembunuh berantai.

Erlan benar benar ingin sekali tertawa senang ketika ia melihat berita di televisi, tapi tak pernah ia bebaskan tawanya.

"Erlan? kenapa dari tadi diam aja? ada yang ketinggalan?"

Yang di panggil mengalihkan perhatiannya dari jendela mobil pada kursi penumpang, dimana Irish sedang menoleh ke belakang di sambut tatapan Kai yang begitu lugu, ia sangat ingin memeluk bocah itu.

"Enggak, aku sedikit mual aja," Erlan menjawab dengan tidak enak, tangannya mencengkeram celananya sendiri, alasan bodoh macam apa itu?

Irish buru buru merogoh dashboard mobil dan mengeluarkan plastik hitam, menaruhnya di atas pangkuan Erlan, "Pake ini nanti, mau mama kasih minyak badannya?"

"Enggak usah, ma," ia menjawab sambil menggeleng.

Jean merangkul kedua bahu kecil di sebelahnya, ujung tangannya meremas salah satu bahu Erlan dan tersenyum layaknya abang, "Tenang aja, kita bentar lagi nyampe, kok."

Sky menaruh satu bungkus permen di atas telapak tangan Erlan, "Buat kamu."

Erlan mengangguk atas ucapan Jean dan tersenyum senang dengan permen di atas tangan kirinya, lalu membuka bungkus itu dan memakan permen yang memiliki rasa manis dan asam.

Semakin lama perjalanan mereka menjadi hening, ketiga bocah sudah mengarungi mimpi dengan Jean yang kini hanya sibuk mendengarkan musik, sambil membelai kepala Sky yang sedang bersandar padanya.

Regardo melirik ke samping, menemukan sang istri sedang mengusap pipi Kai yang sedikit bersemu karena teriknya panas matahari membias dari kaca mobil, "Lucu banget dia."

"Iya, ya? kayaknya dia emang yang paling kecil, aku paling suka kalo liat Kai tidur," Irish sedikit menundukkan kepalanya untuk mengecup kening itu.

"Aku paling suka kalo liat Sky makan, tangannya mulai gemuk sekarang," Regardo tertawa pelan, matanya masih fokus menatap jalan.

"Erlan lebih dewasa, dia juga nurut dan gampang di kasih tau."

"Mama.. papa.. makasih udah kasih Jean adek yang lucu lucu," Jean ikut masuk ke dalam pembicaraan kedua orang tuanya, membuat Regardo tertawa dan mengangguk angguk.

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang