-27. Ungkapan Kai

681 111 8
                                    

[ Devil's kids ]

___°°

  Erlan benar benar sangat muak dengan semua hal yang terjadi beberapa hari terakhir ini, gadis dengan rambut panjang yang selalu di ikat dua itu akan menjerit kencang ketika melihat papa memangku Sky atau Kai. Dia juga akan berteriak marah saat Jean lebih suka bermain dengan dirinya di kamar dan memperkenalkan hal hal soal komputer yang baru di beli papa. Bahkan, gadis itu terus menjerit saat mama memanjakan mereka bertiga.

Berisik, Erlan sangat ingin merobek mulut itu.

Malam pertama gadis itu datang, Erlan memang sudah mendapati tatapan tidak suka yang di layangkan, lalu saat Sky yang hampir lepas kendali karena Karin menginjak tangan Kai yang jelas masih terluka. Erlan ingin sekali mendorong kepala itu hingga terbentur meja.

Saat pagi hari pun, Karin menangis dan menjerit, menciptakan kebisingan di pagi buta ketika melihat Regardo sedang menggendong Kai di dekat kolam renang.

Ketika sarapan, Karin langsung menjerit saat Jean berdekatan dengan dirinya.

Sungguh, Erlan benci gadis itu.

"Kamu berisik!" suara lemparan benda yang membentur meja kayu terdengar, Erlan segera menghampiri ruang keluarga dan melihat Sky yang sedang memasang raut kesal.

"Kamu yang selalu ngambil om!" Karin berteriak nyaring.

"Om? dia itu papa aku," Sky mendengus kesal, membuka toples berisi permen manis.

Karin yang melihatnya langsung mengambil toples itu dan memeluknya, Sky hanya mengangkat alis namun bersikap acuh dan mengambil toples yang lain, tapi Karin kembali mengambilnya.

Erlan memperhatikan mereka dengan penuh minat.

"Kamu tuh kenapa, sih? ganggu banget," sudut bibir Sky berkedut kesal, mencengkeram lengan sofa dengan kuat.

"Kamu sama temen temen kamu yang kenapa! ngambil om dari aku, ngambil kak Jean dan kalian ngambil tante!" Karin menjerit kesal ketika menyebutkan semua itu, "Kamu ngambil semua milik aku!"

Sky mengernyitkan keningnya dengan ekspresi bingung, mengambil permen di atas meja lalu membuka bungkusnya, menggigit manisan keras itu dan menghela nafas lelah, "Aku udah bilang ini berkali kali, kamu itu berisik banget. Kai lagi tidur di atas, jangan sampe karena suara kamu yang jelek itu bikin dia kebangun, jangan sampe."

Karin yang mendengar ejekan itu langsung melempar boneka di tangannya sampai mengenai wajah Sky, maju dengan amarah yang membara dan menjambak rambut laki laki itu dengan kuat.

Erlan mendongak ketika merasakan kehadiran seseorang dari tangga, mata kelabunya menangkap siluet Jean yang sedang menggendong Kai sambil menuruni tangga. Ia menyeringai kecil dan bersorak dalam hati.

Remaja laki laki itu sedikit terganggu dengan jeritan dari arah ruang keluarga, merasa bingung ketika mendapati Erlan sedang berdiri di daun pintu dan ia langsung menurunkan tubuh Kai di atas sofa dan menjauhkan Karin dari adiknya.

"Karin! kamu ngapain jambak rambut Sky?" Jean memeluk adik keduanya dengan erat, memeriksa beberapa rambut yang rontok dan ada di genggaman gadis itu.

Karin semakin menjerit kencang, membuat seseorang di daun pintu harus menutup kupingnya.

"Karin," Jean memanggil nama itu dengan nada mengintimidasi, menatap pada satu satunya gadis kecil dengan tajam, "Berhenti teriak, dari kemarin kamu terus aja berisik. Kakak kesel dengernya."

"Kakak kenapa bela dia?"

"Dia adik kakak, mereka bertiga adik kakak sekarang, Karin."

Gadis itu menggeleng dengan kuat, berteriak kencang sambil terus berkata 'bukan' dan memejamkan matanya karena ia menggunakan seluruh suaranya.

"Aku yang adik kakak!"

Jean menuntun Sky ke sofa dimana Kai masih duduk manis di sana, terlihat tidak nyaman dengan segala teriakan yang muncul setiap hari.

"Iya, kamu juga adik kakak, adik sepupu kakak, kalo mereka itu.. udah kayak adik kandung, mereka manggil mama dan papa kayak kakak juga."

"Enggak! enggak! aku yang adik kakak," Karin berteriak, bersikukuh dengan segala ucapannya.

Jean menghela nafas keras, "Kamu manggil mama dan papa apa? om dan tante, kan? kamu itu emang adik aku, tapi adik sepupu."

"Enggak!" Karin berteriak kencang, begitu kencang hingga membuat suara pintu kamar mamanya yang terbuka terdengar hingga ke ruang keluarga, Jean menatap Erlan yang masih berdiri diam di daun pintu.

Karin mengambil boneka di atas karpet, berlari keluar dari ruang keluarga sebelum mendorong Erlan hingga hampir terjatuh, gadis itu berlari mendekati tangga dan mengadu pada Irish.

Sky mendengus kesal, "Cewe itu berisik banget, kayak yang dulu di samping kamar kamu."

Kai yang merasa di ajak bicara mengangguk setuju, begitu pun dengan Erlan yang mengingat seorang gadis kecil yang sempat ia dorong, ketika di depan ruangan Kai saat dirinya baru di keluarkan dari ruang isolasi.

"Di panti kalian dulu juga ada anak cewe kayak Karin?"

Pertanyaan bingung dari Jean membuat Sky mengalihkan perhatian pada Erlan yang kini melengos pergi, ia tersenyum canggung sambil menggaruk belakang lehernya, "Iya kak, dulu ada juga cewe kayak dia yang berisik banget."

Jean mengangguk paham dan tak menanyakan lebih lanjut, ia duduk di lengan sofa sambil membelai lengan Kai, lengan kecil itu masih menggunakan gips, "Kamu ga nyaman, ya?"

Kai mendongak, "Kakak mau jawaban jujur atau bohong?"

"Jujur, dong."

"Iya, ga nyaman banget, kita ganggu kalian, ya? kayaknya dia gak suka banget sama kita."

Sky sedikit mengerutkan alisnya dengan jawaban itu, kedua tangannya melingkari pinggang Kai dan memeluknya, membenamkan wajahnya di bahu yang lebih kecil.

"Enggak, kalian sama sekali gak ganggu kita. Kamu, kalian bertiga sekarang itu adik aku."

Pernyataan penuh keyakinan itu membuat Sky semakin memeluk temannya dengan erat, seorang wanita yang sudah berdiri dekat dengan meja kayu dan lukisan baru akan menghampiri ruang keluarga harus berhenti seketika. Menahan tangan kecil seorang gadis yang menggenggamnya, bagaimana bisa anak anak yang ia angkat berpikir seperti itu?

Irish perlahan mulai merasa kesal dengan kehadiran keponakan suaminya, "Karin, bisa ambilin tante jeruk di dapur?"

"Oke, mama."

Ia mengerutkan alis, panggilan itu sedikit tak ia terima ketika seorang anak lain yang memanggilnya, rasanya asing.

Irish melangkahkan kakinya ke ruang keluarga, langsung memeluk ketiga anaknya yang sedang duduk di sofa.

"Sayang.. jangan berpikir kayak gitu lagi, ya?"

Tbc

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang