-15. Erlan's plan

906 148 2
                                    

[ Devil's kids ]

___°°

  Kai duduk di atas bangku panjang besi halte yang cukup sepi, tubuh kecilnya di apit oleh Erlan juga seorang pria dewasa yang sedang menatap jalanan dengan kosong.

Karena tak ada lagi bagian yang tersisa, terpaksa Sky harus berdiri sambil bersandar pada tiang penyangga halte. Memamerkan luka panjang di telunjuk juga bahu, lebam biru di bagian lengan namun wajah bocah itu tetap terlihat santai.

Sedangkan Erlan duduk tegap, terpaku pada pohon rindang di seberang jalan sebelum mengambil nafas dalam dalam dan sedikit menunduk untuk mengusap kedua lengan Kai.

"Sakit, ya? sabar yaa.. nanti kakak usaha buat cariin obat, Kai sama Sky ga boleh nangis lagi, oke?"

Sky mulai membuat wajah nelangsa, menyentuh lebam di lengannya sambil meringis seolah itu adalah luka yang cukup nyeri.

Lain halnya dengan Kai, anak laki laki berusia sebelas tahun itu memang memiliki bakat alami untuk membuat wajah sedih dan menderita.

"Kalian kenapa malem malam ada di sini? orang tua kalian kemana?"

Erlan kembali duduk dengan tegak, merengut sedih, "Ga tau, kami kabur dari panti."

Yang mendengarnya terkejut, tangan besar itu dengan ragu terangkat untuk menyentuh luka panjang yang dalam, di wajah Erlan, "Ini kenapa?"

"Ibu panti suka hukum anak nakal, padahal waktu itu aku cuma mau main keluar," Erlan menunduk sedih.

Pria itu sontak bangkit dari duduknya, menyentuh dua lengan Kai yang banyak sekali goresan juga tangan Sky yang memiliki luka panjang di bahu juga lebam, "Kalian, kalian di siksa?"

Ketiga bocah laki laki itu mengangguk dengan lemah, meremas baju mereka dan Kai mendongak untuk menatap ke arah wajah Pria di hadapannya, "Kalo om? om kenapa malem malem ada di luar?"

Pria itu tak kembali duduk, melainkan berdiri di sebelah Sky, memperhatikan wajah sedih dan menderita dari ketiga anak laki laki yang baru saja ia temui, "Om.. habis kehilangan, istri om keguguran."

Sky memiringkan kepalanya, "Keguguran?" wajahnya bingung, ia memang tak mengetahui maksud dari kata yang baru saja ia dengar.

"Iya, meninggal di dalem perut.. padahal saya udah nunggu banget dia lahir," Pria itu menunduk dan menghela nafas berat.

Erlan bangkit, berdiri di depan yang lebih besar dan dewasa di antara mereka lalu memberikan satu kue kering berbentuk manusia salju, "Buat om, biar ga sedih lagi."

Kai juga ikut berdiri, menaruh satu bungkus cokelat kecil di saku celana pria itu begitu pun dengan Sky, walau hatinya ribut ketika ia harus memberi sisa permen yang ia miliki.

"Ini semua buat om?"

Ketiganya mengangguk dengan kompak, senyum mereka terlihat sangat murni dan polos, membuat pria itu sedikit membungkuk untuk memeluk ketiga anak laki laki itu.

"Makasih, kalian udah pada makan?"

Erlan menggeleng dengan wajah sedih sambil memegang perutnya sendiri, sama halnya dengan Sky yang entah bagaimana perut penuh makanan manis itu bergemuruh ribut meminta makan.

Pria itu terkekeh, "Kalo yang kecil ini, laper ga?"

Kai mengangguk dengan malu malu, menyembunyikan setengah wajahnya di belakang tubuh Erlan.

"Ayo, kalian gandengan ya? jangan sampe lepas," pria dengan jas yang cukup berantakan tersenyum teduh, ketika tangan kasar dan besarnya melingkupi yang lebih kecil, ia takut menggenggam mereka terlalu keras.

Selama perjalanan Sky yang memang banyak bicara sesekali akan mengarang cerita, tentang tempat tinggal mereka agar membuat kepercayaan semakin terbangun. Erlan yang berada di dekat ujung jalan hanya diam, memperhatikan sekeliling untuk mengenali tempat yang baru saja ia pijak.

Dengan jalan kurang lebih lima belas menit, mereka berempat kini berdiri berjejer di depan rumah besar dengan pagar yang terbuka lebar tanpa seorang pun di dekatnya. Kai mendongak untuk menatap pada satu satunya pria dewasa, "Ini rumah om?"

Pria itu mengangguk, menarik ketiganya untuk masuk dan berjalan melewati pekarangan rumah yang cukup luas dan asri, mata cokelat terang milik Kai tertarik untuk menatap pada salah satu pancuran, dengan bentuk ikan.

Sedangkan Sky tak sabar agar mereka cepat cepat sampai di pintu utama yang terlihat terbuka, ia tak sabar untuk segera mendudukkan bokongnya atau meminum segelas air yang dingin. Malam malam seperti ini ternyata tak ada penjual es kelapa.

Berbeda dengan Erlan, bocah laki laki tiga belas tahun itu sedari tadi sibuk memikirkan banyak hal, mengenali tempat asing ini juga mencetak dengan jelas di otaknya apa saja yang baru mereka lewati sebelumnya.

Mereka di bawa masuk, cahaya lampu yang cukup terang menyapa mata mereka, menyilaukan setiap manik yang berbeda itu, "Kayak istana."

Ucapan polos dari Kai membuat pemilik rumah terkekeh kecil, menyuruh ketiganya untuk mengambil kursi masing masing dan mengambil apapun yang mereka suka, karena dirinya dan keluarganya sudah dari lama menyelesaikan makan malam.

Erlan menyenggol lengan yang berada di samping kanannya.

Sky hendak marah namun ia malah membuat wajah sedih sambil meringis kesakitan kala Erlan menyentuh lebam di lengannya. Kai yang melihat itu langsung mendekatkan kursi mereka dan menyentuh lengan Sky, "Apa sakit?"

Di dalam hati si empu menggerutu, namun tak ayal ia mengangguk dan hal itu justru membuat pria dewasa yang sedang membuka kulkas segera datang, membungkuk dan mengambil lengan Sky.

"Tunggu ya? om ambilkan obat," pria itu berjalan ke arah kotak obat yang tertempel di dinding, lalu dia mengobati ketiganya dengan salep, tangannya bergerak dengan telaten dan lembut agar tidak menekan.

Erlan melihat sekeliling, rumah besar ini sepi sejauh ia memandang tak ada seorang pun yang terlihat, namun ketika ia melihat jam dinding yang tersedia hatinya mengutuk diri, tentu saja sepi karena ini pukul satu dini hari.

Rencana mereka berjalan dengan sederhana dan rapih, mata kelabunya terpaku pada Kai yang terlihat tidak nyaman ketika lukanya di sentuh, Erlan mencoba menggenggam tangan Kai yang bebas untuk membuat dia tenang.

"Sudah, kalian bisa makan apapun yang kalian mau," pria itu menaruh piring satu persatu di depan ketiga anak laki laki, menaruh tiga gelap yang sebelumnya sudah dia isi dengan air mineral.

Sky tanpa pikir dua kali langsung mengambil nasi dan menaruh ayam di piringnya, makan dengan perlahan dan nyengir ketika mendapati Erlan menatapnya.

Erlan membantu Kai yang kesusahan mengambil lauk, lalu ia mendongak untuk menatap ke arah pria dewasa yang sedang tersenyum teduh ke arah mereka, "Om, nama om siapa?"

"Regardo."

Tbc

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang