-17. Irish dan Jean

911 150 1
                                    

[ Devil's kids ]

___°°


  Kini ada lima raga yang sedang duduk berkumpul di ruangan yang berisi dua sofa panjang dan satu sofa tunggal, televisi yang besar juga beberapa camilan di atas meja yang sedari tadi sangat ingin Sky cicipi.

Erlan menghela nafas pelan, mencoba menyembunyikan perasaan kesal yang sebelumnya sempat bersarang.

Pagi tadi, benar benar masih pagi buta tiba tiba saja seorang wanita dewasa menarik lengannya hingga terjatuh dari atas kasur, mengatakan bahwa mereka penyusup atau pencuri dan segala macamnya. Karena terlalu berisik hal itu membuat Sky bangun dari tidurnya dan bersiap untuk menerjang dalang dari kerusuhan, Kai yang memang sudah bangun sedari awal langsung mencekal lengan temannya dan mencoba segala hal agar Sky kembali tenang.

Hingga kemunculan seorang pria dapat menghentikan wanita itu, sangat telat bahkan Erlan sudah hampir ingin memasukan lampu tidur ke dalam mulut wanita itu yang terus berbicara.

Dan di sinilah mereka, dengan wajah sedih yang masih terpasang apik di ketiganya juga raut bersalah dari satu satunya perempuan di antara mereka.

"Maafkan saya," wanita itu mendesah pelan ketika tak juga mendapat balasan, maniknya menangkap ruam merah yang di hasilkan karena ia sebelumnya menggenggam lengan itu begitu keras, "Mau? ambil aja, makan yang banyak, ya?"

Sky yang di tawari toples berisi kue kue manis tersenyum senang, mengangguk kecil dan membuka tutup toples itu lalu melahapnya, "Mantep nih."

Erlan menyipit kan matanya ketika melihat kelakuan Sky, mengarahkan pandangannya pada seorang wanita, "Iya gapapa tante, kita juga yang tidur di rumah tante, jadi wajar kalo tante lakuin hal yang kayak tadi pagi."

Regardo mengangkat bicara dan berhasil mengambil seluruh atensi semua orang yang ada di ruangan itu, "Lebih baik kita semua sarapan, lupakan tentang tadi pagi, oke sayang?" Regardo menunduk untuk melihat wajah istrinya.

"Saya irish," wanita itu terpaku pada seorang bocah laki laki yang lebih kecil, sedari tadi tak kunjung mengangkat wajahnya, "Siapa nama kamu?"

Erlan menyenggol lengannya, membuat Kai tersentak dan mendongak lalu mendapati mata lembut milik seorang wanita mengarah padanya, "Ah, Kai. nama aku Kai."

"Kai? nama yang lucu, kalo kamu?"

"Nama saya Erlan," si empu menjawab dengan cepat, menatap bingung ketika wanita itu berpindah tempat duduk menjadi di sebelahnya, lalu menyentuh luka di wajahnya dengan gerakan lembut.

"Kalo yang lagi makan?"

"Sky," ia menjawab di sela sela kunyahan, tersenyum polos sambil menyuapi potongan kue kacang pada mulut Kai.

"Aku belum masak, sayang," kali ini Irish melihat ke arah suaminya, beranjak pergi ke dapur dan mulai menyiapkan bahan bahan untuk sarapan. Ia kali ini harus memasak lebih banyak porsi.

Regardo mengawasi langkah sang istri sampai ia masuk ke dalam dapur, lalu tertawa dan menyerahkan segelas aqua yang memang selalu tersedia di atas meja, "Pelan pelan makannya, Sky."

Sky mengangguk kecil dan meminum segelas air yang sudah di sediakan, menegaknya hingga tak tersisa lalu menyandarkan seluruh tubuhnya pada punggung sofa.

Kai di sebelahnya mengikuti apa yang di lakukan temannya, dengan wajah polos ia bahkan sampai mengikuti helaan nafas Sky yang terdengar lega.

Erlan menyeringai kecil, tangannya menggenggam milik Kai untuk bisa mengelus punggung tangan itu dengan jari jempolnya.

"Kalian bersaudara atau bagaimana?"

"Kami teman, baru kenal di panti.. karena tidak banyak yang mau berteman sama kami, jadi aku, Sky dan Kai memilih berteman dan sampai sekarang," Erlan menjawab pertanyaan itu dengan lugas, seolah dia selalu punya jawaban dari degala segala pertanyaan yang akan di lontarkan, walau seratus persen tak pernah mereka alami.

"Kami punya nasib yang sama," Erlan mengangkat bahunya dan tersenyum, "Jadi mungkin itu alasan kita terlihat seperti saudara."

...


  Sarapan yang tersaji di meja makan begitu banyak, bahkan Sky sebagai anak yang sangat suka makan apapun merasa tak akan bisa menghabiskan satu pun porsi piring lauk yang tersedia. Irish bilang, dia begitu senang karena mereka ada di rumahnya. Dan wanita itu kalap hingga memasak sarapan begitu banyak.

"Kamu yakin kita semua sanggup ngabisin ini? kamu berlebihan, sayang."

Irish menghiraukan lontaran dari suaminya, ia dengan semangat menyiapkan piring untuk masing masing dari mereka dan semakin tersenyum lebar ketika seseorang muncul di daun pintu, "Jean, akhirnya kamu turun, ayo makan sarapan sekarang dan nanti akan mama kenalin kamu sama mereka bertiga."

Jean mengangkat satu alisnya dengan bingung, langkahnya sampai di samping seorang bocah dengan rambut hitam legam yang menarik perhatiannya, tangannya terangkat untuk mengambil lauk. Mengabaikan senyuman kedua orang tuanya, lalu menaruh satu ayam bagian paha di atas piring Kai.

Kai mendongak untuk menatap ke arah pria yang baru saja menaruh daging ayam di atas piringnya, dan membuat Jean dapat dengan mudah melihat mata cokelat terang itu yang basah dan lugu, "Makan, mama suka cerewet kalo masakannya gak habis."

Ucapan yang ia lontarkan terdengar tanpa nada dan emosi, datar. Dan itu membuat Irish merengut kesal di kursinya sambil memakan sarapannya, tersenyum kecil ketika melihat Kai mengangguk atas ucapan sang putra dan dengan patuh memulai sarapan.

Maniknya terus meliar, begitu terharu melihat ketiga anak yang suaminya ceritakan sedang makan dengan lahap dan tersenyum. Luka mereka tentu terlihat jelas, bahkan hanya dengan melirik semua orang sadar bahwa ketiga anak itu mengalami hal yang mengerikan di masa lalu.

Erlan membantu Sky dengan menghilangkan duri di badan ikan, sedangkan Sky dengan lahap memakan makanannya.

Regardo tak pernah merasa selengkap ini, melihat ketiga anak yang ia bantu sedang tersenyum dan keluarganya menerima kehadiran mereka. Melihat interaksi anak kandungnya yang begitu perhatian, melihat istrinya sangat senang memberi mereka semua makan.

Regardo tidak tau harus berkata apa, suasana hangat ini yang selalu ia nantikan di meja makan sebagai kepala keluarga.

Biasanya sang istri selalu murung dan hanya diam, begitu pula dengan Jean yang tak pernah mengatakan satu patah kata pun jika bukan ia yang bertanya. Anak itu seolah paham, bahwa rumah mereka sedang di selimuti duka dari kehilangan bayi yang seharusnya hadir di antara mereka bertiga.

"Kak," Kai mendongak, menaruh perhatiannya pada wajah Jean, "Makasih."


Tbc

Devil's kids ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang