Kontrak 2: Masa Lalu Freya

883 67 2
                                    

Happy reading

*

*

*

Freya berulang kali mengetik dan menghapus pesan di ponselnya. Beberapa kali juga dia keluar masuk dari ruang obrolan yang tertera nama Kak Aldo itu. Rasa bersalah atas penolakan yang dia lakukan pada Aldo tempo hari masih saja menghampiri. Wajah yang penuh kekecewaan itu terus menghantui pikiran Freya. Ditambah sudah dua hari sejak kejadian itu Aldo tidak mengiriminya pesan. Padahal biasanya Aldo tidak pernah absen satu hari pun menanyakan kabar gadis tersebut.

"Mungkin kak Aldo lagi sibuk" monolog Freya berusaha meyakinkan dirinya sendiri agar tidak merasa bersalah lagi. Dia pun memutuskan untuk mematikan ponselnya dan beralih untuk segera tidur.

Kumandang suara adzan subuh berhasil membuat seorang Freya terbangun dari tidurnya. Berharap untuk seseorang membangunkannya hanya akan berakhir sia-sia. Bagaimana tidak, saat ini Freya hanya tinggal seorang diri di sebuah rumah kontrakan yang kecil tapi cukup untuk tempat tinggal satu orang.

Orang tua Freya? Orang tuanya telah berpulang sekitar tiga tahun yang lalu.

Flashback On

"Ada apa ini, Pak" Freya yang baru pulang dari kampus, berusaha mencegah beberapa pria dewasa yang tengah mengeluarkan perabotan rumahnya.

Merasa usahanya sia-sia, Freya memutuskan mencari seseorang yang pasti tau mengenai apa yang terjadi. Dia segera masuk ke dalam rumah untuk menemui ke dua orang tuanya.

Di ruang tamu pada rumah yang tergolong besar itu, terlihat kedua orang tua Freya yang sedang menangis.

"Pi, apa yang terjadi pi?" pertanyaan itu tidak langsung dijawab Baskara, papi dari Freya, melainkan dia hanya menatap kosong ke arah Freya.

Merasa pertanyaannya tak kunjung dijawab, Freya kembali mengulangi pertanyaannya sambil mengguncang bahu Baskara. "Papiii, apa yang terjadi?"

"Mami, ayo ceritain" tak terasa mata Freya juga sudah mulai menangis.

"Perusahaan kita bangkrut, maafin papi, nak" suara yang lemah dan bergetar itu keluar dari mulut Baskara. Tangisnya semakin menjadi, tidak sanggup membayangkan jika putri semata wayangnya itu hidup susah.

"Apa hubungannya dengan barang-barang yang mereka ambil, pi" sebuah pertanyaan kembali Freya lontarkan disela tangisnya.

"Perusahaan kita tidak hanya bangkrut, tapi juga memiliki hutang untuk membayar gaji karyawan, semua yang ada disini disita termasuk rumah ini" penjelasan itu bukan Baskara yang menyampaikan, melainkan sang istri, Andira.

Tangis Freya lagi-lagi pecah mendengar rumahnya akan disita. Tak pernah terbayangkan oleh Freya bahwa hidupnya akan seterpuruk ini.

Melihat anaknya menangis itu, Andira semakin sakit hatinya, tapi dia tetap berusaha tegar dan mencoba menenangkan putrinya "Tenang, Freya, mami masih ada tabungan setidaknya cukup untuk mengontrak satu rumah kecil"

'Sudah jatuh, tertimpa tingga' pepatah itu cocok untuk menggambarkan keadaan keluarga kecil ini. Pasalnya hanya berselang beberapa hari, Baskara tiba-tiba terserang stroke. Tabungan yang sebelumnya cukup untuk mengontrak rumah sekitar dua tahun, harus habis setengahnya untuk biaya pengobatan Baskara.

Melihat keadaan keluarganya yang makin memburuk, Freya memutuskan untuk berhenti dari kuliahnya dan membantu Andira yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga. Keputusan Freya itu, awalnya sempat ditentang oleh Andira, karena saat ini Freya tengah berada di tahun keempat perkuliahan. Namun, Freya menjelaskan bahwa biaya kuliah yang mahal dan tidak memungkinkan untuk mendapatkan beasiswa ditahun terakhir. Hal itu membuat Andira pasrah dan menerima keputusan Freya tersebut.

NIKAH KONTRAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang