Kontrak 26 : Pisah?

227 50 6
                                    

Happy reading

*

*

*



Floren akhirnya membuka mata. Pandangannya yang semula kabur perlahan mulai jelas. Dia mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Floren hanya melihat seorang yang juga ikut menatapnya.

"Freya belum sadar" ucap orang tersebut seolah tahu apa yang Floren cari.

Yah, Floren pun pasti menyadari hal itu. Tapi dia cuma berharap Freya berada di sampingnya saat ini.

"Aahh, sakit banget badan gue" ucap Floren saat dirinya mencoba untuk duduk.

"Berapa jam gue pingsan bang?" lanjut Floren.

"Berapa jam apaan, udah 3 hari lo pingsan, liat noh tangan kiri lo, belum lagi badan lo, makanya kalo mau bertarung ga usah sok sendirian gitu, akhirnya gue juga yang dimarahi mama"

Floren yang mendengar omelan Gito tersebut hanya menunjukkan senyumnya. "Namanya juga demi orang tersayang"

"Sesayang itu? emang lo yakin itu sayang? atau cuma rasa kasihan?"

Pertanyaan dari Gito berhasil membuat Floren terdiam dan berpikir sejanak. Apakah yang diucapkan Gito itu benar. Tapi, Floren pun belum benar-benar yakin dengan perasaannya.

"Ah udah ah, gue lagi sakit malah lo omelin"

Floren berusaha kembali duduk dan berniat untuk turun dari ranjangnya. Gito tentu langsung menyadari hal itu dan menahan Floren. Floren pun terus memaksa dengan alasan mau melihat Freya.

"Yaudah, tapi lo harus pake kursi roda, rusuk lo kemaren ada yang retak jadi belom boleh dibawa jalan" jelas Gito yang akhirnya mengalah dari keras kepala adiknya itu.














Dengan bantuan Gito, Floren sekarang sudah berada di depan kamar Freya. Saat Floren baru masuk ke dalam, Papanya pamit keluar dan meninggalkan Freya yang masih belum sadarkan diri, Floren dan mamanya. Perasaan kurang nyaman mulai Floren rasakan.

Benar saja, dengan suara datar, Adiba tiba-tiba minta penjelasan dari Floren. Dengan suara gugup, Floren menjelaskan yang terjadi pada dirinya. Tapi belum juga selesai, Adiba malah memotong penjelasan Floren.

"Bukan yang itu" ucap Adiba masih dengan nada datar sembari memutar rekaman suara yang ada di ponselnya.

"3 bulan lagi kontraknya berakhir ya, Fre? waktu kamu udah ga sama Floren, semoga kamu mau sama aku ya"

Setelah mendengar rekaman suara itu, Floren terdiam, lidahnya kelu. Hal yang paling dia takuti sekarang terjadi juga.

Melihat Floren yang tak kunjung memberi penjelasan, membuat Adiba geram. "JELASKAN!!" bentak Adiba.

Floren yang pertama kali mendengar suara mamanya setinggi itu tentunya terkejut, dengan sendirinya dia mengakui itu dan menjelaskannya.

"Jadi itu alasan sampai sekarang kalian belum punya anak?" Floren hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Adiba.

"Ga perlu nunggu habis kontraknya, besok mama minta kamu batalin kontraknya, setelah itu nunggu Freya sadar baru diurus surat cerainya"

"Tapi ma-"

"Udah nanti bicarain lagi setelah Freya sadar" Adiba pun pergi meninggalkan ruangan itu.

Floren hanya bisa membiarkan mamanya pergi.

Membatalkan kontrak? mungkin dia bisa melakukan itu, tapi untuk bercerai dengan Freya, Floren pasti akan menolaknya.

Tapi bagaimana jika Freya menyetujui perceraian itu?














NIKAH KONTRAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang