Nadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya.
Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan wajah yang kusut, belum mandi dan masih menggunakan pakaian seadanya. Nadien berjalan seorang diri ke cafe, ia ingin membeli kopi dan kebetulan hari ini Satria shift siang, tidak biasanya, tapi itu sebuah keuntungan, kopi buatan Satria sedikit lebih enak dibanding barista yang lain.
Melangkahkan kaki masuk ke cafe, Nadien dengan cepat berdiri di depan meja kasir, sedikit membungkuk, menyanggah kepalanya dengan kedua tangan "Hei ganteng, bagi kopi dong" goda Nadien yang melihat Satria tengan membuat kopi
Satria tersenyum, menyerahkan kopi ke barista lain kemudian menghampiri Nadien. Tangan laki-laki itu mengacak rambut Nadien "Kalo kesini ya mandi dulu gitu loh Nad"
"Ngapain, cuma beli kopi, lu ini yang bikin" Nadien mengangkat bahunya tak acuh
"Gak tidur lagi semaleman? itu sampe item banget" Satria menunjuk area bawah mata Nadien
Nadien menegakan tubuhnya, mengangguk sambil merengut kecil "Iya, revisi skripsi sama naskah barengan"
"masih belum lu lepas dulu itu naskah?" tanya Satria
"Engga lah, sayang banget. Lumayan buat jajan tau Sat. Udah bikinin gua satu ya" Nadien mengeluarkan kartu dari saku celana pendeknya, saat akan memberikannya pada Satria, laki-laki itu justru menahan tangan Nadien.
"Hari ini gua yang traktir"
"Dih sok kaya. Udah gua bayar, nanti gaji lu abis dipotongin nraktir orang mulu" Nadien mengelak namun Satria mendorong tangan Nadien lebih kuat
"Gak usah ngeyel, udah tunggu, gua bikinin dulu"
Akhirnya Nadien pun mengalah, ia menunggu Satria yang sedang membuatkan kopi untuknya seraya kembali menopang kepalanya di meja sambil mengetuk-ngetuk ujung sandalnya ke lantai.
Tak lama, setelah Satria selesai dan memberikan kopi untuknya, ada seseorang yang menarik tangannya cepat. Menyeret Nadien keluar dari cafe.
Bahkan hanya melihat punggungnya saja, Nadien tahu itu adalah Wirya.
Kenapa jadi ketemu dia terus sih? keluhnya dalam hati
"Ngapain keluar apart masih pake baju begini sih?" tanya Wirya langsung sambil menatap Nadien, setelah berhasil membawa Nadien agak menjauh dari cafe.
Sebelah alis Nadien meninggi "Ya emang kenapa?"
"Jelek" ucap Wirya tanpa filter
Mata Nadien melebar "Ya biarin! gua ini yang ... " ucapannya langsung berhenti saat Wirya melepas jasnya dan menyampirkan ke punggung Nadien
"Siang-siang pake baju pendek tipis keluar itu selain bisa bikin kulit lu ke bakar matahari bisa bikin orang lain mikir jelek, bahaya" ucap Wirya
Bagaimana perasaan Nadien sekarang? tentu saja berantakan. Salah satu alasan Nadien menghindari Wirya adalah agar ia tak mendapatkan perhatian seperti ini, karena ini membuatnya sulit menghilangkan rasa sukanya.