Nadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya.
Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...
Entah terpaksa atau tidak, Mahesa akhirnya meraih uang ditangan Nadien.
Hari ini terlalu aneh bagi Nadien, mulai dari ia berada di toko buku yang jauh dari apartemennya, bertemu Mahesa, lalu bertemu Wirya dan Lusi. Semuanya terlalu aneh dan tiba-tiba, membuat otak Nadien tak bisa berpikir jernih.
"Aku lihat, kamu sama laki-laki itu gak berhasil ya?" tanya Mahesa
Bahu Nadien naik "Aku gak tahu"
"Nad, kalo dia gak sayang sama kamu--"
"Kayaknya cukup hari ini kak" sela Nadien, tentu saja, Mahesa tak boleh terlalu lama bicara dengannya "Aku pergi, sekali lagi, thanks buat pinjemannya"
Tanpa menunggu Mahesa menjawab, Nadien masuk ke dalam mobil, menggunakan safety belt, menghidupkan starter mobi, mengubah persneling, lalu menginjak pedal gasnya, melaju menjauh dari Mahesa.
Nadien mengisi daya baterai ponselnya di dalam mobil, dibiarkannya di dekat persneling lalu ia kembali fokus menyetir. Selama perjalanan pulang, ponsel Nadien terus berdering, ia tak menanggapinya karena ia melihat nama Wirya yang terpampang di layar. Saat ini, sepertinya ia harus menjauhi Wirya dulu.
Nadien berkeliling jalanan ibu kota tanpa tahu ia harus pulang atau terus menenangkan pikirannya. Wirya beberapa kali menelpon, namun tiba-tiba nama yang terpampang di layar ponselnya berganti ke nama Jetta. Nadien pun menjawab telepon itu dengan mode loud speaker.
"Ya kak?" jawab Nadien
"nad, lagi di apart atau di luar?"
"Otw balik kak, kenapa?"
"Bisa ke rumah gak?"
"Ada masalah?"
"Ke rumah aja sekarang. bisa?"
"Oke oke, gua langsung kesana deh"
Panggilan itu berakhir dan Nadien pun mengubah tujuannya langsung. Sangat jarang Jetta memintanya ke rumah, biasanya Nadien pasti menolak karena pusing dengan skripsinya, namun kali ini karena bab dua nya sudah mendapat persetujuan, ia akan menuruti Jetta.
Beberapa menit perjalanan ke rumah Jetta dan Viggo, Nadien sedikit bingung karena ada beberapa mobil disana. Seperti memang ada acara yang diselenggarakan.
Turun dan berjalan menuju pintu utama, Nadien menekan bel rumah lalu menunggu dibukakan pintu. Tak lama pintu terbuka, Viggo tersenyum menyapa Nadien.