This is Original Story by NOVURIEEN
HAPPY READING
"Belom jam sembilan Nad" ucap Satria saat Nadien berpamitan untuk pergi
Sebenarnya ia bisa saja bertahan disana hingga tengah malam, tapi dirinya tak bisa menahan untuk berbicara dengan Wirya. Walau ia merindukan Wirya, laki-laki itu tidak boleh tahu.
"Udah ngantuk Sat, next time kita ngobrol lagi ya" ucap Nadien kemudian melambai pada Satria "Duluan ya, thanks kopi nya"
Nadien pun pergi meninggalkan kantor Satria, keluar dari cafe kembali ke apartemennya. Walau ini hampir jam sembilan, tapi suasana jalanan masih ramai, seperti biasanya, ibu kota seolah tak ada matinya.
Setelah sampai di apartemen, Nadien segera mengisi daya baterai ponselnya kemudian menelpon Wirya. Ia menunggu hingga dua kali nada sambung terdengar. Cukup lama, ia hampir membatalkan niatnya untuk menghubungi Wirya jika saja laki-laki itu tak menjawabnya sedetik yang lalu.
"lama banget, lagi sama cewe lu ya?!" teriak Nadien sebelum Wirya sempat menyapanya, ia hanya asal berteriak sebenarnya karena sedikit merasa canggung menelpon Wirya lebih dulu.
"Kok lu tau?"jawaban Wirya membuat kening Nadien berkerut, tiba-tiba saja ia kesal, bagaimana jika benar Wirya sedang bersama wanita lain?
"hey!! gua bilangin kak viggo ya! awas aja lu deket-deket cewe disana" Teriak Nadien lagi, mencoba menyembunyikan rasa cemburunya.
"Gua gak boleh gitu?" sekarang Nadien benar-benar kesal, ia berpikir mungkin benar Wirya sedang bersama wanita lain.
"Terserah!" teriak Nadien untuk terakhir kalinya sebelum mengakhiri panggilan itu.
Nadien meletakan ponselnya di meja kecil samping ranjang, lalu ia membanting tubuhnya di ranjang, menutup tiga perempat tubuhnya dengan selimut dan entah mengapa kedua kakinya menendang sembarang arah.
"Ngeselin!" Gerutunya sendiri
Padahal ia yang tak ingin berhubungan dengan Wirya dulu, padahal ia yang tak menjawab ajakan Wirya untuk berkencan, tapi ia juga yang kesal saat laki-laki itu dekat dengan wanita lain.
"Stupid" ucap Nadien untuk dirinya sendiri.
Walau ponselnya terus bergetar, Nadien tak ada niatan untuk menjawab telepon Wirya. Ia sudah terlalu kesal dan khawatir jika ia memaksa bicara pada laki-laki itu, Nadien akan mengeluarkan kata-kata yang tak seharusnya ia ucapkan pada WIrya sekarang.
Setelah mengaktifkan mode senyap di ponsel nya, Nadien memejamkan mata, membiarkan Wirya memborbardir ponselnya.
Semalaman mendiamkan ponselnya begitu saja, Nadien bangun dan menyesal karena ia tidur sebelum membersikah wajah dan tubuhnya, alhasil ia terlihat mengenaskan di depan cermin.
Saat akan berjalan ke kamar mandi, denting bel apartemennya berbunyi padahal ini masih jam tujuh pagi.
"Kak Jetta apa ya? kok tumben pagi banget" gumam Nadien sebelum ia berjalan ke arah pintu utama apartemennya, tanpa memastikan siapa yang ada di depan pintu, Nadien membuka pintu apartemennya begitu saja.
Mata Nadien melebar saat sosok Wirya ada dihadapannya dengan mata panda menatap dirinya.
"Kok lu ada--" ucapan Nadien terputus, Wirya memeluknya tanpa aba-aba
"Gila, jangan bikin gua panik lagi Nad" ucap Wirya
Pelukan Wirya terasa begitu erat, Nadien bahkan kesulitas bernafas sakit kuatnya pelukan Wirya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Crush
RomanceNadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya. Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...