Nadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya.
Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...
Setelah menemani Nadien makan bubur dan mengantar gadis itu kembali ke apartement nya. Wirya pun kembali ke rumah sebelum ke kantor. Ia butuh mandi dan ganti baju, belum lagi mendengar rentetan pertanyaan Bunda.
Sesampainya di rumah, benar saja dugaan Wirya, Bunda sudah menatapnya menuh tanda tanya.
"Oh liat anak bunda, gak pulang semaleman gak ngabarin apa-apa" protes Bunda
Wirya mendekat lalu memeluk Bunda "maaf ya bunda cantik, ada perlu sampe subuh"
"Ngapain?"
"Ada deh, urusan anak muda" jawab Wirya seraya melepaskan pelukannya pada Bunda
"Wirya!" pekik Bunda sambil menatap tajam
Wirya tertawa 'Bercanda bun, gak bisa cerita. Tapi tenang aja, Wirya gak macem-macem"
"Ya kan kamu bisa telepon bunda dulu"
"Iya iya, maaf ya bun. Ini wirya buru-buru mau mandi terus ngantor. dah bunda" Wirya lantas berlari ke kamarnya menjauhi Bunda
Saat membersihkan dirinya, Wirya masih memikirkan Nadien. Entah mereka benar-benar berbaikan atau hanya perasaan Wirya. Tapi Nadien tidak berbicara dengan ketus lagi tadi, jadi Wirya simpulkan mungkin mereka berbaikan walau tak pernah ada kata marahan.
Hari ini Wirya memiliki perasaan yang lebih ringan, ia kembali berbicara pada Nadien, walau masih memiliki rasa khawatir karena gadis itu baru saja jatuh sakit di saat hidup sendiri.
Tangan Wirya meraih ponsel untuk mengirim pesan pada Nadien, namun pintu ruangannya tiba-tiba terbuka membuat ia menegakan kepala, tangannya spontan menaruh kembali ponsel saat ia melihat sosok Lusi muncul.
"kamu tuh susah banget dihubungi deh hari ini, sibuk banget?" protes gadis itu
Untuk sesaat Wirya lupa, ada Lusi di dunia ini.
"Sorry" ucapnya karena tak tahu kata apa lagi yang lebih baik agar membuat Lusi tenang
"Ngapain sorry deh? namanya juga orang kerja pasti kadang sibuk" Lusi duduk dihadapan Wirya sambil tersenyum lebar "Makan siang mau ke luar gak? temenin aku cobain cafe baru"
Entah kebiasaan atau memang ia ingin, Wirya mengangguk tanpa pikir panjang "Boleh"
"Ini tuh tempat bagus banget Wir, nih lihat" Lusi menunjukan akun instagram cafe yang di maksud lalu mulai bercerita tentang cafe itu, mulai dari makanan hingga konsepnya.
Wirya sebenarnya tak terlalu suka makan di cafe, tapi karena Lusi menikmatinya, ia pun lebih sering makan siang di tempat-tempat seperti itu sekarang. Bahkan terkadang Lusi masih mengajaknya sepulang kerja. Hal yang melelahkan, tapi masih Wirya lakukan.
***novurieen***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.