Nadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya.
Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nadien berjalan seorang diri ke sebuah toko buku, entah bagaimana ia berakhir di satu daerah ini sendirian. Setelah selesai bimbingan dan mendapatkan persetujuan untuk lanjut bab tiga, Nadien jadi terlalu senang hingga mengendarai mobilnya sesuka hati.
Menelusuri tiap rak buku, Nadien berhenti di deretan novel. Sebelumnya Nadien suka sekali membaca cerita-cerita romance picisan yang membuatnya senyum-senyum sendiri, namun sejak perceraian Jetta, sepertinya Nadien sudah tak memiliki gairah membaca cerita seperti itu.
"Nadien?" suara Mahesa membuat Nadien dengan cepat menoleh
Diam, itu reaksi pertama saat mata mereka bertemu. Nadien tak tahu harus bersikap bagaimana sejak pertemuan terakhir mereka.
"Kamu keliatan jauh lebih baik dari terakhir kali" ucap Mahesa sambil tersenyum
Masih diam, Nadien tak tahu harus menyikapi seperti apa. Ia harusnya membuang Mahesa dari kehidupannya, tetapi sepertinya Tuhan tak mengizinkannya, bahkan kurang dari satu bulan mereka sudah bertemu dua kali.
"Oh? Iya" jawab Nadien akhirnya karena Mahesa masih terus menatapnya seolah menunggu jawabannya
"Sendirian?" tanya Mahesa
Kali ini Nadien hanya mengangguk. Tuhan, kenapa kalo gak Wirya ya Kak Mahesa? tahu kan aku ini lagi ngehindarin dua orang itu?
"Gak nyaman ya Nad?" tanya Mahesa
Mata Nadien membulat, entah ia harus mengangguk atau menggeleng.
"Aku pergi deh, enjoy your time Nad. Hati-hati ya" Mahesa tersenyum kemudian berbalik, berjalan pergi meninggalkan Nadien
Menatap punggung Mahesa, Nadien menghela nafas "Sorry Kak" gumamnya sendiri
***novurieen***
Wirya mengikuti Lusi yang bersikeras mengajaknya kesalah satu daerah padahal ia sedang bekerja dan itu cukup jauh dari kantor.
"Aku harus balik jam dua ya Lus" ucap Wirya di dalam mobil
"Kenapa sih kamu buru-buru banget? kemarin kamu pergi sama temen kamu itu lama kan? kenapa kalo sama aku kok cepet-cepet terus?" protes Lusi
Menghela nafas "Aku kerja Lusi, gak bisa pergi lama-lama"
"Aku lagi protes loh ini, kamu bisa pergi lama sama temen kamu kemarin tapi gak sama aku? lagi pula itu kan perusahaan Ayah kamu, kenapa sih takut banget?"
Wirya menelan ludah mencoba menahan emosinya, "Oke, kali ini aja, dan aku tetep harus balik ke kantor"
"Gitu dong" Lusi tersenyum
Entah hanya perasaan Wirya saja atau memang Lusi semanja ini? tiba-tiba Wirya lupa bagaimana sikap gadis itu sebelumnya.
Mereka pergi ke salah satu toko buku, Wirya tak tahu mengapa Lusi memilih toko buku itu padahal di dekat kantornya juga ada toko buku yang lengkap.