This is Original Story by NOVURIEEN
HAPPY READING
Nadien berjalan bersama Wirya menuju Cafe. Awalnya Nadien membawa laptopnya sendiri, namun dengan sedikit memaksa Wirya meminta untuk membawakan laptop tersebut. Alhasil tangan Nadien kosong, tak membawa apapun.
"Cafe yang di sebrang aja gak sih Nad? katanya enak juga loh kopinya" Ucap Wirya saat mereka sudah keluar dari gedung apartemen dan berjalan menuju Cafe biasa yang Nadien kunjungi, Cafe tempat Satria bekerja.
"gak enak, gua udah pernah coba" jawab Nadien sambil menggeleng
"Atau yang di Pondok Indah, gua balik lagi ambil mobil--"
Langkah Nadien berhenti, membuat Wirya tak melanjutkan kalimatnya, Nadien menoleh dan sedikit mendangak menatap Wirya "Lu balik aja deh"
"Oke, ke Cafe itu aja" jawab Wirya cepat seraya kembali berjalan
Nadien menghela nafas, menggeleng pelan kemudian melanjutkan langkahnya.
Berjalan satu langkah di belakang Wirya, Nadien menatap punggung laki-laki itu. Berapa kali pun ia pikirkan, Nadien masih menyukai Wirya, sangat. Sepertinya Wirya sudah masuk ke hidup Nadien tanpa bisa ia lepas begitu saja.
"Gua aja yang pesen, lu mau apa?" Tanya Wirya sambil berbalik saat mereka sudah berada di depan pintu masuk cafe
Nadien menggeleng "Gua aja, lu mau apa? Gua yang traktir"
"Gua aja" paksa Wirya
"Balik aja deh lu" ancam Nadien lagi
"Jelek banget anceman lu, demi apapun" Wirya menyipitkan mata dengan ekspresi kesal
Kali ini Nadien tersenyum "Udah ayo masuk" ucapnya seraya membuka pintu cafe kemudian menarik Wirya
"Lu cari duduk sana" pinta Nadien
Wirya menggeleng, "Gua mau ikut mesen aja"
"Ya Tuhan"
Nadien dan Wirya pun berjalan mendekat ke meja kasir. Mereka langsung berhadapan dengan Satria. Jam kerja Satria makin hari makin tidak menentu, Nadien terkadang bingung bagaimana bisa Satria bekerja sesuka hati begitu, Bos nya pasti orang yang baik.
"Hei Nad, pagi-pagi udah cantik aja" ucap Satria lalu melirik ke Wirya "ada yang nemenin juga, tumben"
"Biar fresh otak gua Sat, mandi dulu sebelum perang" jawab Nadien kemudian melirik ke Wirya "Dia kebetulan aja ketemu"
"Nad?? eng-akh" Ucapan Wirya terputus karena Nadien langsung menendang pelan kakinya
"Lu biasa kan?" Tanya Satria dan Nadien pun mengangguk, "Bang Wirya mau apa?"
"latte aja" jawab Wirya sambil mengelus tulang keringnya yang tadi di tendang Nadien
Nadien menahan tawanya, sambil menyerahkan kartu ATM yang ia kantongi ke Satria "Lu juga minum atau makan yang di mau Sat, gua yang traktir nih"
"Ih, baik banget cewek gua ini"
"Cewek lu darimana?" Wirya langsung melebarkan mata, menatap tajam Satria. Nadien dengan cepat memutar tubuh Wirya, mendorongnya ke salah satu meja yang kosong.
Memilih meja yang agak jauh dari kasir, Nadien memaksa duduk Wirya "Gak usah cari ribut, tunggu disini, gua aja yang bawain kopinya"
"Tapi Nad"
"Diem!"
***novurieen***
Sepertinya keputusan Wirya salah menemani Nadien mengolah data skripsinya, sekarang ia berakhir hanya duduk menatap gadis itu yang sibuk dengan laptopnya. Wirya bahkan berkali-kali hanya menoleh ke kasir, memastikan Satria tak menatap ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Crush
RomansaNadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya akan gatal-gatal jika sehari saja tak mengganggunya. Tetapi, apa jadinya jika hanya dia sendiri ya...