Tama seorang dokter bedah yang tidak sengaja diikuti pria cantik hybrid kucing pink yang begitu menggemaskan, memiliki telinga runcing dan ekor, pipi chubi dan bibir semerah ceri yang kabur dari tuannya sendiri.
harga dari makhluk pemuas napsu itu s...
Tama yang duduk di lantai menguap, rasanya benar lelah dan mengantuk, tapi tangannya harus tetap sibuk mengelus kepala Miko agar kucing jantan manis berwarna merah muda yang sudah tertidur di sofa ini cepat lelap. Tama sudah berjanji saat pamit berangkat praktik sore tadi, kan? Dan sekarang dia benar lakukan.
Berat dan semakin berat rasanya kelopak mata Tama, hingga lambat-lambat ia juga ikut memejamkan mata dan kepalanya jatuh ke bantal yang Miko gunakan meski tangan masih mengelus kepala Miko. tapi sedetik kemudian. "Ah!" Tama mengerejap dan menegakkan duduknya lagi, dia tidak boleh tidur di sini.
Mengelus sekali lagi kepala Miko lalu beranjak pergi ke kamar. Dia menutup pintu dan naik ke ranjang. Sedikit bersyukur karena kucing itu tidur lebih dulu dari pada dirinya, jadi Tama yakin tidak akan lagi ada gangguan dan dia bisa tidur lelap malam ini.
Mulai memejamkan mata, mengambil napas dalam, lalu lelap ... semakin lelap ... dan bertambah lelap, hingga tepat saat rahangnya mengendur, pintu kamar kembali terbuka. "Tamaa ...," rengek Miko di ambang pintu dengan mengucek mata menggunakan punggung tangan yang terbukus hoodie kebesarannya.
"Oh, Semesta ... punya dosa apa aku?" geram Tama dengan semakin mengeratkan pejaman mata dan beringsut memunggungi pintu.
Miko masuk dan menutup pintu lalu merangkak naik ke ranjang dan melekat ke punggung Tama dilanjutkan mengusakkan wajahnya ke sana, tidak peduli betapa terganggu Tama oleh kelakuannya. "Jangan tinggalin Miko sendiri, Miko suka tidur berpelukan," suaranya redam, tapi justru Tama semakin jelas mendengar.
"Biarin aja, Tama ... biarin aja. Kamu perlu tidur, Tam! Besok sift pagi!" batin Tama mencoba menerima kenyataan, lalu membiarkan Miko melingkarkan lengannya ke perut.
Dan mereka akhirnya terlelap bersama karena Tama sudah tidak mau lagi ambil pusing dibuat Miko. dan lagi-lagi malam ini Tama tidur memunggungi Miko seperti kemarin malam.
Malam kian larut ...
Miko terbangun, ia mengerejapkan mata dan menguceknya sembari menggeliat kecil, sementara Tama sekarang tidur terlentang dengan mulut sedikit ternganga. Miko beringsut mendekatkan diri pada Tama lalu meletakan kepalanya ke lengan. Tersenyum dengan mendongak menatap wajah terlelap Tama yang tampan. Miko senang. Pelan Miko mulai menyentuh bibir Tama dengan jari telunjuk lentiknya. "Tama ... Miko suka Tama," ucap Miko dengan terkikik kecil di sela kantuknya.
Tama menggeliat sedikit lalu mengusap mulutnya sendiri yang terasa geli karena ulah Miko.
Miko kembali terkikik lucu melihat Tama terganggu, lalu setelah itu mengeratkan pelukannya di perut Tama, menggusakan wajah ke dada dan menghirup dalam-dalam aromanya. "Miko suka aroma dan suhu tubuh Tama." Lalu mencoba kembali memejamkan mata, tapi. "Arh ...! Miko lapar!" Miko beringsut duduk memegangi perutnya yang berbunyi. "Tama ...," Miko merangkak mengukung Tama yang terlentang dan masih sangat lelap itu. "Taam ..." Duduk di pangkal pahanya, lalu tanganya mulai memijat-mijat pelan dada Tama. Pijatan itu semakin turun ke perut, semakin turun, semakin turun ... dan naik lagi. "Miko lapar ... beri Miko makanan," ucap Miko yang suaranya semakin terdengar mengiba tak dapati respon. "Tamaa ..." Dia mencondongkan tubuh sintalnya untuk mengendus-endus wajah Tama. "Taam ..." lalu menjilat ujung hidung runcing Tama.
Tapi sayang, Tama yang sangat lelap dan kelelahan itu hanya mengusap hidung yang terasa basah lalu menggeliat sedikit.
"Tama ..., Miko lapar." Dan Miko menjilat lagi di pipi. "bangun ...," panggilnya sekali lagi. "Tama," Dan kali ini satu jilatan di bibir.
Dan detik itu juga Tama langsung terperanjat.
"Beri Miko makan ... Miko lapar," ucap Miko dengan mencebik dan mengetuk-ketukan dua ujung jari telunjuknya.
"Miko ..." Dengan satu gerakan Tama memindahkan tubuh Miko dari atas tubuhnya.
"Miko lapar," rengek Miko lagi.
"Haiish!!" Tama mengusak wajah ngantuknya, lalu mendongak melihat jam dinding di kamarnya yang remang-remang, dan waktu menujukan sekarang masih pukul empat dini hari.
"Miko lapar," ulang Miko sekali lagi.
Dengan membuang napas lelah Tama beranjak lalu pergi meninggalkan Miko ke dapur.
Sumringah Miko yang sedari tadi memainkan ujung-ujung lengan hoodienya ikut beringsut turun mengikuti. Hingga sampai di dapur, tampak Tama membuka lemari pendingin lalu mengambil tuna sisa tadi sore. "Miko nggak mau tuna," ucapnya.
"Eung?" Tama menoleh ke arah Miko di belakang punggung.
"Miko mau makan yang lain, Miko mau makan mie seperti yang Miko lihat di TV. Tama punya?"
Tama mengangguk, jujur ia masih mengantuk, jadi lebih baik ia menuruti saja apa mau kucing itu. Bergerak ke depan kompor, mengambil panci lalu ia isi dengan air, menyalakannya dan sembari menunggu mendidih tangannya terulur ke lemari gantung tepat di atasnya, di mana ia menyimpan mie instan di sana.
Hingga tiba-tiba tangan Miko melingkar memeluknya dari belakang.
"Miko ...," tolak Tama dengan melurukan bahu. Dia mengantuk, dia lelah, dia malas menjelaskan lagi bahwa Miko tak boleh memeluknya manja dan intim seperti ini.
Tapi justru Miko malah meletakan dagunya ke bahu Tama yang diluruhkan itu meski harus sedikit berjingjit, dan tanpa merasa terbebani ia tersenyum manja menatap Tama. "Terima kasih, Tama ... Tama sangat baik! Miko suka Tama!" Dan satu kecupan mendarat ke pipi.
Mata mengantuk dan lelah Tama membulat sempurna detik itu juga bersamaan dengan Miko melepaskan pelukannya di pinggang.
"Setelah makan, ayo kita berpelukan di kamar." Ringan Miko berjalan menuju meja makan.
Menelan ludah. Ini tidak bisa dibiarkan, Miko semakin menyukainya, semakin Miko menyukainya, maka akan semakin susah jika kucing itu dikembalikan pada pemilik aslinya.
Tbc ...
happy weekend, Btw ada promo buku-buku gue, kalian bisa cek out di shopee : Moon Seed shop atau wa admin +62 838-2478-1293 untuk dapet diskon, boss Yudis masih ada sisa 4 eks cover lama.
atau beli PERMEN GAN dan JUARA KEDUA dapat hadiah tambahan juga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.