Vote dulu kayak biasa!
.
.
"Nggak, Ibu ..., aku nggak tidur sama cowok, astaga ..., udah aku bilang, aku tidur di rumah sakit, tadi itu asisten dokter, kami bahkan cuman tidur 20 menit kalau ibu mau tahu, kami baru aja selesai oprasi transplantasi jantung pasien, ada lima orang di ruangan." Bohong Tama pada ibunya di seberang sana yang terus mendesak agar Tama mengakui dia menyimpang karena suara serak imut Miko barusan.
Hingga akhirnya ibu terdengar menghembuskan napas lega. "Okey, baiklah ... maafin ibu yang udah mencurigai kamu, Nak ... kalau gitu pulang dan istirahatlah, jangan lupa sarapan, ibu menyayangimu," ucap beliau.
"Terima kasih, Ibu, Tama juga sayang Ibu."
Telpon berakhir, Tama menurunkan ponselnya dari daun telinga dan meremasnya kuat, dengan dada kembang kempis dia lalu menoleh ke arah Miko di atas ranjang yang tadi sempat ia punggungi untuk menjawab telpon ibu. "Mikoo ...," geram Tama. "Jangan sentuh ponselku lagi meski dia berbunyi atau apa pun!"
Kedua telinga kucing runcing Miko turun ke bawah. Takut ia menatap mata Tama yang berkilat marah itu hingga memilih semakin menggelung diri memeluk ekornya sendiri.
"Kamu paham apa yang aku katakan, Kucing?!" ulang Tama dengan maju dua langkah lebih dekat ke arah ranjang.
Miko mengangguk dua kali dengan bibir mencebik.
"Bagus,"
"Tapi bisa Miko dapat sarapan, Tama? Miko lapar." Miko takut-takut menatap tama dengan bola mata jernihnya yang sedikit berkaca.
Tama menarik napas dalam hingga dadanya menggembung lalu mengusak wajah frustasi. "Oke, ayo sarapan." Lalu keluar kamar.
"Yey!" Miko berjengit senang lalu turun dari ranjang dengan langkah kaki riang dia berjalan mengikuti Tama ke belakang, napak semangat sekali, seolah ia lupa baru saja dimarahi.
"Aku berangkat bekerja pagi ini, Miko tetap di rumah dan jadi kucing baik sesuai janji, bisa dipahami?" ucap Tama seraya mengocok telur dan tepung pan cake.
Miko mengangguk, lalu dia mendekat ke arah Tama di depan meja kompor yang kini menuangkan adonan ke pan.
"Setelah sarapan siap aku mau mandi, dan Miko habiskan sarapan ini." Tama membalik pan cake-nya
Miko tidak mendengarkan, dia semakin mengikir jarak untuk lebih dekat lagi, lalu mengendus-endus aroma Tama dengan tersenyum dan memejamkan mata.
"Miko!" Reflek Tama menjauh satu langkah ke samping.
"Miko suka aroma Tama di pagi hari, itu alami," jawab Miko jujur dengan tersenyum cantik, bahkan kedua kelopak matanya juga seolah ikut tesenyum di sana karena menimbulkan cekungan bulan sabit pada kelopak bawah matanya. Lucu.
"Jangan lakuin itu, kamu menakutiku." Tama menuangkan lagi sisa adonannya, seolah tidak mau peduli meski Miko benar menakutkan saat begini.
"Tama takut? Sebenarnya Miko pengin cium Tama, tapi kata Tama nggak ada lagi cium dan peluk." Miko merunduk sedih dengan mengetuk-ketukan kedua ujung jari telunjuk, dan lagi lagi telinga runcingnya melayu. "Jadi, Miko endus Tama aja."Dia tersenyum. "itu solusi terbaik." Telinga runcingnya menegak naik. "Miko pintar, kan?" Matanya berbinar dan ekornya bergoyang.
"Astaga ..." Tama membuang napas berat. "Senggaknya itu lebih baik." Dia pasrah.
Dan pan cake siap, Tama memindahnya ke piring. "Sekarang duduk dan sarapan," titahnya dengan berjalan ke meja makan.
Tama dengan senang hati menurut, ia duduk ke kursi meja makan dan menunggu Tama yang sekarang menuangkan madu ke atas pan cake tadi.
"Aku mau mandi, setelah itu langsung berangkat kerja, oke?" Tama menyodorkan pan cake itu ke hadapan Miko. "Aku akan pulang sebelum makan siang, makanan banyak di lemari pendingin, nanti aku nyalakan lagi TV selama aku pergi. Bisa diterima?"
Miko yang pipi halusnya itu menggembung tengah mengunyah itu hanya mengangguk-angguk.
"Kalau gitu habiskan sarapan ini,"
Miko mengangguk lagi.
Tama kembali ke kamar, ia harus bersiap untuk sift pagi, hari ini ia tak ada jadwal operasi untungnya, hanya beberapa pasien kontrol dan mungkin pasien baru.
Dan itu kadang tak harus melakukan pemeriksaan rumit untuk pasien baru, karena Tama bertugas di rumah sakit rujukan yang biasanya pasien sudah menjalani step-step pertama pemeriksaan, dan ia hanya tinggal menyelesaikan, memutuskan untuk ke tahap operasi atau tidak.
Selesai mandi dan bersiap, Tama menyisir sekali lagi rambutnya ke belakang, hingga kemudian Miko tiba-tiba masuk.
"Aku akan berangkat, akan kunyalakan TV setelah ini." Dan Tama keluar.
Miko yang tadi sempat duduk sebentar di tepian ranjang kembali mengikuti keluar.
Tama menyalakan TV saluran anak-anak dan menyuruh Miko duduk di sofa seperti biasa.
"Tapi Tama beneran pulang sebelum makan siang, 'kan?" tanya Miko setelah duduk bersila.
"Iya ... janji," jawab Tama meletakan lagi remot TV-nya
"Oke!" Miko menyorot layar TV-nya.
Tama kembali ke kamar mengambil tas dan jas dokter, lalu keluar lagi. "Kalau begitu aku berangkat," ucap Tama seraya membuka pintu.
"Hati-hati di jalan, Tama ... semangat!!" ucap Miko dengan mengepalkan tangan dan menunjukan senyum cantik manisnya sampai memiringkan kepala.
Dan entah perasaan jenis apa, kata semangat dan wajah manis itu seolah menyalurkan setrum dalam dada hingga tama tak sanggup menjawab, Kucing manis itu benar-benar membuat hatinya menghangat dan berdegup seketika.
Miko melambai dengan masih memasang wajah cantik manis tersenyum itu, membuat Tama berkedip dan tersadar, ini sudah waktunya berangkat.
Dia keluar dan menutup pintu. Masuk ke dalam lift dan turun dari unit, berjalan keluar gedung dengan semakin erat mencengkeram pegangan pada tas jinjing dokternya, rasanya menjadi takut dengan perasaan bedegup tak nyaman dalam dada tapi entah kenapa dia suka. Hingga seolah sesuatu memaksa untuk mendongak mengecek kembali jendela unit miliknya di lantai dua. Dan ternyata tampak Miko di jendela kaca atas sana, tersenyum dan melambai ke arah Tama di bawah sini.
Tanpa sadar Tama ikut mengangkat tangan, melambai dan ...
"Ey! Apa yang aku lakuin?" Dia menurunkan tangannya sendiri dan melihatnya horor. "Konyol!" Lalu tanpa ba bi bu ia melanjutkan langkah lebar terburunya seolah barusan tak terjadi apa-apa.
Tbc ....
Gue usahain up tiap hari abis ini kalau komen di part ini nyampe 65 deh! tapi nggak dihitung komen "Lanjut/next!"
happy weeked!
tolong tetap sehat dan bahagia, dan ayo follow authornya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Kitty [BoysLove]
Teen FictionTama seorang dokter bedah yang tidak sengaja diikuti pria cantik hybrid kucing pink yang begitu menggemaskan, memiliki telinga runcing dan ekor, pipi chubi dan bibir semerah ceri yang kabur dari tuannya sendiri. harga dari makhluk pemuas napsu itu s...