vote dulu!
Tama masuk ke kamar dan tentu saja Miko akan mengikuti. Miko itu benar-benar mirip kucing yang akan mengikuti Tuannya ke mana pun.
"Aku akan tidur siang Miko ...," Tama naik ke ranjang dan tertelungkup memeluk bantal.
Miko meremas-remas jemarinya sendiri dengan tetap berdiri di sisi ranjang melihat wajah Tama, bibirnya mencebik. "Tama berarti nggak jadi nemanin Miko seharian dong kalau Tama tidur," ucapnya sendu.
"Aku nanti akan sift malam, jadi aku harus tidur siang," Tama bicara dengan sudah mencoba memejamkan matanya.
"Nanti malam Tama pergi, dan Miko sendirian, Miko pasti kesepian. Terus Tama sekarang malah tidur nggak mau main sama Miko," Miko semakin sendu. Dia merunduk lalu mengambil ekornya sendiri untuk dia peluk.
Tangan Tama terulur lalu mengais-ais ke meja nakas, menarik lacinya dan mengambil gulungan bola wol merah dari sana. "Main sama benang wol ini dulu." Masih dengan tetap menutup mata siap tidur dia mengulurkan tangan menyerahkan bola wol itu pada Miko.
Miko mau menerimanya tapi tetap memasang wajah sendu. Ia lalu berjongkok membuat wajah mereka berharap-hadapan meski Tama tetap terpejam. "Miko bukan kucing," ucap Miko dan ia buang sembarang benang wol tadi dengan mengembungkan pipi. Hidung kecil itu memarah dan mulai kembang kempis menahan tangis.
Demi Tuhan itu lucu sekali, membuat Tama tersenyum tipis, kucing jantan manis ini yang tadi pagi merengek meminta kepiting raja, kemudian meyakinkan dia karnivora bukan manusia, sekarang merajuk mengatakan bahwa dirinya bukan kucing. "Kalau gitu ikut tidur siang aja," ucap Tama masih menahan kedutan di bibirnya menahan gemas.
Miko malah duduk bersila sekalian, semakin murung.
"Tidur di ranjang," Tama benar tersenyum sekarang, sudah tak tahan dengan kegemasan. Lagi pula ini siang dan Miko sudah kenyang, jadi Tama tak perlu khawatir Miko akan naik ke perutnya dan meminta jatah makan dengan menjilat bibir Tama nanti.
"Yey!!" Dengan senang hati Miko naik ke ranjang dan melompati tubuh Tama yang tertelungkup itu.
"Tidak berpeluk, Miko," Larang Tama detik tangan Miko trangkat siap memeluk.
Miko menurunkan kembali tangannya. Bibirnya jatuh dan mencebik lagi.
"Sekarang tidur dan jangan ganggu ... bukannya kucing harusnya itu tidur depan belas jam sehari?"
"Aku bukan kucing!" rengek Miko yang sepertinya sudah kesal sekali dengan manusia tampan satu ini.
"Ya ... ya ... terserah Miko aja, sekarang pejamin mata dan ayo kita tidur siang." Tama yang masih tertelungkup itu menghadapkan wajahnya ke arah Miko yang sedari tadi memang membelakanginya. lalu tangannya terulur untuk menutupi mata si Kucing manis yang sekarang pipinya masih menggembung itu.
"Tamaa ...," rengek Miko semakin tantrum dengan menyingkirkan telapak tangan besar Tama kasar dan mengentak-hentakan kakinya di ranjang.
Tama terkekeh. "Iya, ayo tidur," Dan Tama benar memejamkan matanya siap tidur.
Miko beringsut lagi memiringkan tubuh menghadap Tama yang tetap tertelungkup itu, ia meletakan kedua telapak tangannya yang saling tertakup ke pipi kiri, matanya berkedip-kedip menatap wajah tidur Tama meski bibir masih mencebik dan dadanya juga masih kembang-kempis menahan emosi.
"Tidur, Kuciing ..." perintah Tama masih dengan setengah menahan gemas dan tawa.
***
Rey masih terus melajukan mobilnya, mengelilingi kota dengan pelan serta menyapu pandang ke kanan dan ke kiri tiap sudut yang ia lewati.
Sungguh, dia benar mirip orang bodoh, tidak mungkin Miko akan berkeliaran di jalan, pasti makhluk itu sudah ada di suatu tempat. "Mungkin sebaliknya aku pulang," putusnya kecewa.
***
Waktu sudah menunjukan hampir jam lima sore, Miko membuka mata, kemudian kembali menyorot wajah lelap Tama yang kini tidur miring menghadap dirinya.
Miko tersenyum cantik saat pelan-pelan kelopak mata Tama terbuka.
"Hai, Tama," sapa Miko manis sekali dengan wajah yang masih terlihat mengantuk itu.
Tidak tau, Tama balas tesenyum. Di matanya kali ini MIko manis dan cantik sekali.
Lalu sepeti biasa Tama akan mendapat satu kecupan di ujung hidung, lagi dan lagi, Tama kali ini malah terpejam dan tersenyum mengijinkan Miko melakukannya.
"Miko nggak tidur?" tanya Tama lembut.
"Tidur," jawab Miko dengan mengangguk lucu hingga helaian rabut ping bagian poninya memantul.
"Kalau gitu aku mau mandi, abis itu nyiapin makan malam buat Miko, terus berangkat," ijin Tama masih dengan nada selembut tadi.
Miko merunduk menyembunykan sendu. "Miko bakal sendirian di rumah, Miko kesepian lagi pasti kaya kemaren," ucapnya lirih.
Tangan Tama terulur untuk mengelus puncak kepala MIko gemas, hingga kedua telinga runcingnya ikut bergerak naik turun bergantian kanan dan kiri karena ulahnya mengacak rambut pink Miko. "Aku bakalan langsung pulang besok dini hari, janji nggak akan nunggu pagi,"
"Tetep aaja Miko nanti tidur sendiri," gerutu Miko menatap Tama dengan bola mata bulat terangnya.
Tama terkekeh lagi. "Sini!" Dia merentangkan tangan.
Miko sejenak terdiam, pun Tama yang mendadak tersadar dengan apa yang baru saja ia tawarkan.
"Pelukan? Yey!" Miko dengan senang hati meringsak masuk ke dada Tama dan mengusapkan wajahnya ke sana bahagia.
Tama membulatkan bola matanya, sepertinya dia sudah gila, ditambah tangannya bergerak sendiri untuk balas memeluk tubuh kecil Miko erat.
"Miko suka aroma dan suhu tubuh Tama." Miko semakin erat memeluk dan menyesap dalam-dalam aroma Tama.
Tama masih dengan kebingungan akan dirinya, ia tergugu, menelan ludah, dan lagi-lagi dia tidak tau, tapi dia balas mendekatkan hidungnya ke puncak kepala Miko meski masih kaku. Lalu pelan ia hirup aroma rambut Miko yang lembut. Hatinya menghangat, ada gelitik halus yang menyeruak melintasi rongga dada. Dia tersenyum, ternyata aroma Miko begitu manis, mirip permen kapas, rambutnya begitu halus dan lembut.
Tama nyaman dan suka, dan dia membalas memeluk lebih erat juga akhirnya.
Tbc ....
Gue sedang berusaha keras untuk tetap lanjut nulis. tolong apa pun yang terjadi kalian harus tetap sehat dan bahagia. oke?
i love you

KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Kitty [BoysLove]
Teen FictionTama seorang dokter bedah yang tidak sengaja diikuti pria cantik hybrid kucing pink yang begitu menggemaskan, memiliki telinga runcing dan ekor, pipi chubi dan bibir semerah ceri yang kabur dari tuannya sendiri. harga dari makhluk pemuas napsu itu s...